••
Jeglek..
Hyungtae membuka pintu kamar Aera.
Aera yang mengetahui hal tersebut sangat terkejut, matanya membelalak.
"Kim Hyungtae.. Kenapa kau masuk sembarangan." tangan Aera mengepal dan diangkat keatas, kakinya spontan menuju Hyungtae yang baru masuk dari pintu. Dan benar saja Hyungtae terkena pukulan Aera lagi, bertubi-tubi. Meskipun tidak sekuat itu tapi Hyungtae jelas tidak menikmatinya.
"Aera, tunggu. Dengarkan penjelasqnku dulu, berhenti memukul ku." Hyungtae pun segera menghalangi tangan Aera yang masih akan terus memukulnya, kedua tangan Hyungtae memegang tangan Aera yang kurus. "Dasar bandel, kubilang cepat ganti pakaian tapi kau malah pakai baju apa ini? masuk kamarku tanpa izin pula." Aera akhirnya angkat bicara lagi, matanya masih menatap tajam setajam jarum pentul sampai-sampai mata Hyungtae terasa pedas tanpa alasan.
"Makanya dengarkan aku dulu, coba kutanya sekarang hari apa?" tangan Hyungtae masih setia menahan rontaan tangan Aera yang mulai melemah sebab pemiliknya dipaksa untuk berpikir sejenak. "Memangnya hari apa?" tanya Aera dengan polos. "Hari minggu, sekarang kau mau mengomeliku lagi?" balas Hyungtae, sekarang smirk menggelikan sedang Aera saksikan dari dekat hanya berjarak setengah meter.
"Astaga." Aera seperti dilempari telur saat sedang ulang tahun, merasa kesal tapi kenyataan memaksanya untuk tidak begitu. Dengan cepat ia mengecek hari dan tanggal di ponselnya dan juga mendapatkan bonus informasi keadaan cuaca hari ini. "Lalu kenapa kau tidak segera memberitahu ku? kau pasti tertawa puas didalam pikiran mu sedari tadi kan!!" tatap Aera kemudian, matanya kembali tajam dan penuh kecurigaan.
"Hei bagaimana mungkin aku menertawakan mu." jawab Hyungtae sambil tertawa, wajahnya jelas sekali terlihat meledek. Benar apa kata Aera Hyungtae pasti menikmati moment bodoh Aera sedari sarapan tadi. "Kau tertawa?" tangan Aera memukul lagi, karena Hyungtae sudah lalai untuk memegangi tangan Aera tadi. Sekarang bahkan dipukul lebih keras dari pada tadi.
"Baiklah-baiklah aku minta maaf. Ini sebagai gantinya aku akan mengajakmu jalan-jalan." tangan Hyungtae dengan sigap mengambil baju yang ia taruh di lemari gantung saat baru masuk tadi. Bisa-bisa nya Aera tidak menyadari Hyungtae sedang membawa sesuatu tadi saat masuk. "Jalan-jalan?" tanya Aera masih belum sepenuhnya melepas kecurigaan pada si pria jail di depannya itu.
"Iya, kau ingat saat makan tadi aku bertanya tempat yang ingin kau kunjungi?" Hyungtae melihat kursi dei depan meja rias Aera terlihat sangat nyaman untuk di duduki, rasanya sedari tadi sudah memanggil-manggil dirinya agar segera duduk disana. Hyungtae lelah karena ia harus berganti baju dengan cepat dan berlarian kemari, belum lagi masih harus menanggapi singa mengamuk barusan. Bayangkan betapa capeknya Hyungtae.
"Benar, lalu kau ingin aku memakai baju ini?" ahirnya mimik wajah Aera terlihat lebih damai di bandingkan tadi, kedua sudut bibirnya tertarik keatas karena senang. Hyungtae yang menyaksikan perubahan singanya, mengangguk dan ikut tersenyum hingga terlihat gigi rapih nya. "Sekarang ganti bajumu dengan yang ini. Lalu kita akan berangkat." ujar Hyungtae, ia masih tersenyum tak kalah lebar dari Aera bedanya sekarang alis sebelah kirinya terangkat.
Tanpa banyak tanya Aera pun setuju, dan membawa baju pemberian Hyungtae ke kamar mandi untuk ia pakai. Di dalam kamar mandi Aera tidak langsung bergegas melepas pakaian yang sedang ia kenakan, ia menempelkan baju di tangannya ke badannya sambil menghadap ke kaca besar di samping wastafel. Coba perhatikan pipinya yang lucu, bersemu merona karena merasa perlakuan Hyungtae padanya. Hingga baju yang diberikan untuk ia pakai sekarang berwarna senada dengan yang Hyungtae pakai.
Bukankah mereka akan terlihat seperti pasangan setelah Aera memakainya, apalagi mereka akan jalan berdua nanti di tengah keramaian. Memikirkannya saja sudah membuat jantungnya menggila. Aera memang terlihat cuek didepan Hyungtae, tapi lihatlah ketika ia di belakang ia seperti orang bodoh yang sedang jatuh cinta. Tapi gengsinya membuat dirinya berlagak tidak peduli terhadap Hyungtae.
Aera selesai mengganti pakaiannya, sekarang ia sedang berpose-pose di depan kaca. sweater kotak-kotak warna coklat oversize, itu membuat dirinya terlihat feminim dan lucu di tambah celana jeans diatas lutut. Jadi seperti ini outfit idaman Hyungtae terhadap seorang gadis, terlihat feminim dan tegas secara bersamaan. Setelah ia ingat-ingat tadi Hyungtae mengenakan hoodie warna coklat muda ditambah outer coklat lebih gelap diluarnya sepanjang lutut.
Bukan main, Hyungtae terlihat sangat berbeda saat mengenakan outfit seperti ini dan Hyungtae saat berpakaian formal ketika ke kantor. Pakaian formal membuatnya terlihat sangat berwibawa sampai-sampai Aera tidak bisa menemukan seseorang yang bisa m ngalahkan wibawa Hyungtae, tapi Hyungtae tetap terlihat tampan dan seksi mengenakan dasi di kerahnya. Sedangkan outfit yang sekarang Hyungtae lebih terlihat boyfriend material, begitu sebutan keren jaman sekarang.
Lebih terlihat bersahabat, namun tidak kalah tampan karena poninya terbelah menjadi dua dan memperlihatkan jidat paripurna nya. Bisa di bayangkan ada berapa banyak gadis dijalan yang akan stagnan memperhatikan Hyungtae, pasti ada beberapa yang berhenti berjalan hanya untuk menamatkan ketampanannya. Karena Aera sendiri mengakui jantungnya sering tidak aman saat bersama Hyungtae apalagi saat mereka sedang bertatapan dengan jarak yang terlampau dekat.
Dasar Hyungtae egois, apakah ia pura-pura tidak tau kalau dirinya sering menggoda Aera apalagi mengenai kontak fisik, itu akan membuat Aera terpesona dan harus sigap dengan keadaan jantungnya.
"Raa.. kau tidak sedang tidur kan? kenapa lama sekali?" Hyungtae mengetuk pintu kamar mandi Aera yang membuat hadis di dalamnya menjingkat kaget karena mendengar suara tanpa aba-aba.
"I-iya aku sudah selesai. Kau tidak sabaran sekali." jawab Aera sedikit keras.
Lalu membuka pelan pintu kamar mandinya dan menampakkan dirinya di depan Hyungtae yang tengah berdiri tepat di depan pintu. "Dasar, kau sengaja pilihkan warna yang sama ya." ucap Aera, ia ingin protes karena bajunya jadi terlihat seperti couple. "Iya, aku memang sengaja. Kenapa kau tidak suka? kalau tidak suka sini biar kubantu lepaskan sekalian." jawab Hyungtae sekenanya. Tapi tetap mengandung unsur kejailan disana.
"Sudah sana pergi, akan kupukul dengan sapu kalau kau berani macam-macam padaku." lagaknya terlihat galak, padahal ia gugup mendengar hal sevulgar itu diucapkan dengan sangat enteng. Meskipun Aera menyukai baju yang diberikan Hyungtae tidak seharusnya bukan ia terlihat setuju di depannya langsung, nanti malah Aera terlihat gampangan hanya dengan hal seperti ini saja sudah luluh. Padahal di dalam hatinya memang luluh, dasar Aera sok jual mahal.
"Sini." Hyungtae menarik tubuh Aera dan didorong pelan dari belakang menuju meja rias. Hyungtae mengeluarkan benda kecil dari saku outer nya. Jepit rambut mutiara, manis sekali berwarna putih terang. Tanpa izin Aera ia memasangkan jepit cantik itu ke poni sebelah kanan Aera. Jangan ditanya lagi bagaimana keadaan Aera di dalam sana, ia shock dan terharu. Kenapa pria seperti Hyungtae bisa memberikan hal-hal kecil tapi manis seperti ini terlebih lagi untuknya, bukankah ada banyak gadis yang lebih pantas mendapat perlakuan manis dari Hyungtae seperti ini?