Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 26 - 26. Bersamamu

Chapter 26 - 26. Bersamamu

••

Lima belas menit yang lalu Aera dan Hyungtae memasuki mobil dan sekarang berada di tengah jalanan kota seoul. Tidak ada suara sama sekali, keduanya tidak ada yang berbicara atau sekedar menanyakan keadaan. Hyungtae yang tau Aera sedang butuh seseorang berada di sampingnya karena telah kehilangan anggota keluarga, ia paham apa yang harus dilakukan. Ia melihat genangan air mengalir dari mata Aera, tak perlu penjelasan apapun Hyungtae telah tau Aera begitu menyayangi appa nya terlepas bagaimana interaksi antara keduanya.

Mereka berdua saling mengerti pikiran masing-masing, Hyungtae tak ingin banyak bicara hanya perlu m n mani Aera yang tengah berduka, sedangkan Aera tetap diam selain karena lidahnya kelu karena sedang bersedih ia juga tau isi pikiran Hyungtae. Tadi saat berada di rumah duka, Hyungtae menyaksikan hubungan canggung nya bersama keluarganya. Pada umumnya keluarga akan saling menguatkan ketika dalam keadaan terpuruk maupun bersedih, namun keluarganya berbeda Aera seperti bukan anggota keluarga bagi eomma dan adiknya.

Bahkan ketika Aera datang berkunjung, bukan dirinya lah yang di sambut pertama melainkan Hyungtae. Memang hal ini bisa saja terjadi, orang-orang yang ada di rumah duka semuanya terpaku saat Hyungtae datang. Namun seharusnya tidak bagi keluarga Aera, melihat kondisi mereka sekarang yang sedang berkabung bukankah sebaiknya keluarga yang paling utama, setidaknya eomma Aera harus menanyakan kabar atau sejenis nya terlebih Aera tinggal terpisah dengan mereka.

••

Sekarang Hyungtae dan Aera berdiri di depan rumah kontrakan Aera, lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah Hyungtae. Saat dijalan tadi Aera meminta untuk diantarkan kerumahnya, entah ingin tinggal kembali dirumah lamanya dan berpisah dengan Hyungtae atau sekedar mengunjungi dan mengecek keadaan rumahnya. Hyungtae begitu pengertian ia tidak banyak tanya maupun protes mendengar permintaan Aera, meskipun dirinya sedikit takut Aera akan pergi meninggalkan nya. Padahal sekarang Hyungtae yang menyetir mobil bisa-bisanya ia berpikir Aera akan meninggalkannya.

Aera cukup tersentuh dengan sikap hangat Hyungtae yang mencoba memahami keadaan nya sekarang, jika biasanya Hyungtae akan banyak protes namun sekarang berbeda ia terlihat mengutamakan pendapat nya karena tidak ingin menambah beban pikirannya. Tadi pun saat akan memasuki mobil keduanya sempat berdiam diri di depan pintu mobil, bukan tanpa alasan sebab Hyungtae tiba-tiba memeluk Aera. Kapan terakhir kali Aera merasakan kehangatan seperti itu?

Aera merindukan kehangatan semacam ini sehingga ia diam saja ketika Hyungtae yang secara tiba-tiba memeluk dirinya. Setelah baru memasuki mobil pun Hyungtae yang memasangkan sabuk pengaman untuknya, bahkan setelahnya sempat memperhatikan Aera sedikit lebih lama kemudian tangannya beranjak dari atas paha berpindah ke pipi kanan Aera untuk menghapus air matanya, lalu berpindah ke pipi yang satunya.

Aera diam, ia tidak tau harus bereaksi apa saat Hyungtae melakukan itu semua. Yang pasti itu membuat jantungnya berdebar. Saat ini ia sadar dirinya hanya memiliki Hyungtae, keluarga yang begitu dingin akan tetap dingin dalam keadaan apapun. Siapa sangka ia yang dulu mengemis kehangatan keluarga malah mendapatkan kehangatan dari orang lain yang baru dikenalnya.

klik klik..

Aera membuka sandi pintu rumahnya, sebelum masuk pun Aera hafal betul dengan aroma tempat tinggal yang telah lama ia biarkan kosong tanpa penghuni. Ruang tamu kesayangannya terpaksa ia tinggal tanpa salam perpisahan dulu, kenapa menjadi tempat kesayangan? sebab disana banyak figura dan hiasan-hiasan Tweety, karakter kartun favoritnya. Aera tidak mengidolakan artis maupun idol-idol seperti kebanyakan gadis seusianya sebab hal itu terlalu rumit, ia harus update tentang banyak hal sedangkan ia tidak memiliki banyak waktu untuk itu semua.

Karakter kuning yang terlihat seperti anak burung maupun anak ayam, terkadang juga terlihat seperti anak itik. Menggemaskan sekali bukan? Di samping TV banyak miniatur dan boneka Tweety lucu yang tersusun rapih dan terlihat akur satu sama lain.

Hyungtae yang pertama kali datang ke rumah Aera merasa tertarik untuk melihat-lihat ke sekitar ruangan. Meskipun tidak seluas dan semewah rumahnya, rumah Aera seperti memiliki cerita yang memanggil rasa penasarannya. dan karena rumah ini merupakan tempat tinggal Aera selama ini tentu saja hal itu membuat Hyungtae penasaran dan ingin melihat lebih banyak hal didalamnya.

••

Aera menemukan secarik kertas memo diatas meja ruang tamu, tertulis 'hubungi aku jika kau kembali' tertanda pemilik kontrakan. "Ahh, benar saja. Aku sudah meninggalkan rumah ini dalam waktu yang lama tanpa memikirkan uang kontrakan tetap harus dibayar." Keluh Aera pelan, namun tetap saja tertangkap oleh rungu Hyungtae. "Kau tidak apa-apa ra?" Hyungtae senang mendengar suara Aera kendati barusan merupakan kalimat pertama yang keluar dari mulut Aera setelah beberapa waktu yang lalu, tentunya cukup lama bagi Hyungtae.

Aera tidak banyak merespon, ia hanya mengangguk samar kemudian meninggalkan Hyungtae sendirian di ruang tamu menuju kamarnya. "Kau mau melihat kamarku juga?" tanya Aera setelah berbalik dari arah pintu kamarnya. Tentu saja Hyungtae langsung mengikuti Aera masuk ke dalam kamarnya, ia penasaran bagaimana selama ini tempat tidur yang di tempati Aera.

Sebenarnya room tour paling menyenangkan saat berada di dalam kamar Aera, Hyungtae terlihat sekali lebih bersemangat ketika baru menginjakkan masuk beberapa langkah. Dan itu membuat Aera tertegun karena gemas, alhasil bibirnya mencuri-curi senyuman tanpa sepengetahuan Hyungtae. Syukurlah disaat Aera sedih ia bersama dengan pria seperti Hyungtae, selain wajahnya yang tampan sehingga mudah mengembalikan mood yang buruk tapi sifatnya lah yang lebih berperan penting sekarang.

Seharian ini Hyungtae seperti membagi usianya jadi beberapa bagian, terkadang sangat dewasa hingga membuatnya tidak perlu khawatir karena merasa terlindungi. Ia juga bisa konyol seperti teman sebaya yang cocok menjadi teman bercanda bersama. Tapi ia juga bisa menjadi pria polos kelewat menggemaskan seperti sekarang, matanya membulat ketika semangat dengan sesuatu hal. Senyumnya merekah lebar berbentuk kotak yang menunjukkan gigi-gigi rapihnya.

Alasan dirinya tampak semangat seperti bocah yang dibawakan oleh-oleh dari kampung oleh pamannya. Yaitu adalah foto-foto Aera yang terpajang di sebuah mading berukuran lumayan besar di dinding depan meja belajar. Entah itu meja belajar atau kerja kendati Aera sudah bukan siswa sekolah maupun kerja dibidang yang memerlukan sebuah meja untuk mengerjakan beberapa projek penting.

Disana terdapat banyak foto-foto nya dari berbagai macam usia, dari masih balita, anak-anak, hingga remaja sepertinya atau mungkin dirinya sudah masuk usia dewasa? apapun itu, yang pasti foto-foto itu sangat menarik bagi Hyungtae. Ia memandangi satu persatu foto Aera dari pojok kanan atas hingga pojok kiri bawah secara bergantian, yang masing-masing memerlukan waktu beberapa menit setelah itu baru berpindah menamatkan foto yang lainnya.