Setelah mendapatkan kabar bahwa 2 anggotanya meninggal, Skay berlari sekuat tenaga menuju markas di mana Kenzo dan inti Dark Wolfe tinggal. Ia seorang diri berlari, anggotanya yang lain mengurus kedua jenazah itu. Skay yakin jika meninggalnya mereka karena ulah Kenzo, dia tak akan memaafkan orang itu.
Sesampainya di depan bangunan berbentuk cangkang kura-kura, ia pun memukul-mukul bangunan itu berharap orang yang ada di dalam keluar. Air matanya bercucuran sudah tak dapat dibendung lagi, tangannya memerah sebab berulang-ulang kali memukul bangunan itu.
"KENZO KELUAR!" teriak Skay penuh amarah.
Brak
Brak
Brak
"KELUAR B*JING*N!" teriak Skay kembali.
Tak lama ia merasa pintu itu akan terbuka, ia melihat ada 2 orang yang keluar. Tije dan Satya, ia pun menghampiri mereka dan berdiri di depan mereka dengan amarah yang ingin meledak kapan saja.
"Di mana Kenzo?!" ucap Skay dengan nada rendah namun penuh penekanan.
"Ada apa?" tanya Satya.
"Enggak usah basa basi! Panggil ketua kalian yang seperti b*jing*n itu!" balas Skay.
"PANGGIL SIALAN!" bentak Skay karena mereka hanya diam.
Dengan segera Satya dan Vito masuk ke dalam, Skay menghadap ke belakang. Ia berjongkok dan menangis, ia mencoba untuk tak menangis namun air matanya tetap saja keluar tanpa dirinya suruh. Ia sesegukan tak beraturan, sampai akhirnya deheman seseorang membuat ia berdiri dan menghadap ke markas.
Ia melihat Kenzo berdiri dengan wajah tanpa dosanya, ia melihat Kenzo dari atas sampai bawah. Tangannya terkepal erat dengan gigi yang saling bersahutan. Tanpa aba-aba ia meraih kerah kemeja Kenzo dan mendorongnya ke belakang, Kenzo sendiri diam tanpa adanya penolakan.
"APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA TEMANKU SI*L*N! KAU MEMBUNUH MEREKA!" teriak Skay.
"KAU PEMBUNUH ORANG BAIK SEPERTI MEREKA! APA SALAH MEREKA PADAMU!" bentak Skay semakin mendorong tubuh Kenzo ke belakang.
"Apa salahku? Jika kau marah kepadaku, maka balaslah kepadaku. Jangan kepada mereka," lirih Skay dengan air mata semakin deras.
"Sudah ku peringatkan untuk kalian pergi dari sini, dan jangan lagi menganggu urusanku. Namun kalian masih saja berada di sini, ancaman saya bukan hanya omongan belaka," ucap Kenzo sembari merapikan bajunya yang berantakan.
"KAU TAK MEMPUNYAI HATI KENZO! KAU MEMBUAT KU MERASA MENJADI ORANG YANG PALING BERSALAH," teriak Skay sembari menunjuk wajah Kenzo.
"Saya tak peduli! Jika tak mau ada korban, pergi dari tempat ini. Saya memang tak mempunyai hati, itu urusan saya! Bukan urusan anda!" tekan Kenzo.
Skay tak habis pikir dengan jalan pikiran Kenzo, ia harus apa? Ia takut ada korban lagi. Baru kali ini ia mengenal manusia seperti Kenzo, laki-laki yang tak mempunyai hati. Sedangkan dari dalam Tije dan yang lain mendengarkan perdebatan antara Kenzo dan Skay. Mereka sedikit tak tega melihat Skay menangis tersedu-sedu.
Mereka tak bisa melakukan apa-apa selain diam, suara parau yang Skay keluarkan membuat mereka turut merasa bersalah. Dokter Edward sendiri memilih untuk pergi karena tak sanggup mendengarkan suara Skay. Yang lain masih ingin mendengarkan ini semua, juga berjaga-jaga agar Kenzo tak berbuat nekat kepada Skay.
"Kau menyuruh kita untuk pergi? Dan kau bebas membuat masyarakat di sini menderita? Apa rasa belas kasihanmu hilang? Kenapa Kenzo, kenapa? Kenapa bukan aku saja yang kau bunuh," lirih Skay.
"Pergi dari sini!" titah Kenzo.
"KAU JAHAT KENZO! BAGAIMANA AKU BICARA KEPADA KELUARGA MEREKA, BAHWA PAHLAWAN MEREKA MENINGGAL DALAM MELAKUKAN MISI INI?! Kau membunuh mereka," ucap Skay melirih di akhir.
"Pergi atau saya seret kau keluar dari sini?!" tawar Kenzo tanpa mempedulikan Skay yang tampak kacau.
"Selamat Kenzo, selamat kau telah membuat hati ketua organisasi kemanusiaan ini hancur. Kau membuat ketua sepertiku merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan oleh anggotanya sendiri. Selalu ingat, apa yang kau tanam itu yang akan kau petik dikemudian hari!" peringat Skay lalu berjalan pergi dari sini dengan langkah gontai.
Kenzo masuk, ia melewati Tije dan yang lain tanpa niat untuk berbicara lagi. Sedangkan Vito langsung berlari menyusul Skay, sesampainya di belakang Skay ia menyuruh perempuan itu untuk berhenti. Namun Skay tetap saja berjalan tanpa mempedulikan dirinya. Ia menarik tangan Skay hingga membuat perempuan itu menghadap ke belakang.
Tanpa ada yang menyuruh, Vito memeluk Skay. Sedangkan Skay memukul-mukul dada bidang milik Vito. Vito diam menerima pukulan Skay yang tak seberapa baginya, ia tau jika Skay emosi dan butuh pelampiasan. Ia membiarkan Skay menangis sejadi-jadinya, biarlah Skay bersedih di pelukannya ia tak mempermasalahkan hal itu.
"Kenapa ketuamu jahat? Apa dia tak mempedulikan bagaimana perasaanku dan anggota ku setelah mengetahui salah satu di antara mereka di bunuh hiks hiks," tangis Skay. Ia berhenti memukul-mukuli dada milik Vito, ia tak membalas juga tak menolak pelukan yang Vito berikan.
Vito mengelus rambut Skay. "Ancaman dia memang tak main-main, dan aku tak bisa menghentikan apa yang dia lakukan. Sebenarnya fisik dan mentalnya sakit, Skay," ucap Vito dan 6 kata terakhir ia membatinnya sehingga Skay tak mendengarnya.
"Dia jahat hiks hiks, dia sama sekali tak merasa bersalah seperti orang yang kehilangan akal," lirih Skay.
"Jangan menangis," ucap Vito sembari mengusap air mata yang mengalir pelupuk mata milik Skay.
"Aku capek, ini baru beberapa hari tapi dia sudah membunuh 2 anggota ku yang sudah ku anggap keluarga sendiri hiks hiks," ucap Skay.
"Kita baru mengenal, jangan sungkan untuk membagi bebanmu kepadaku," ucap Vito.
Skay memejamkan matanya, ia mencoba untuk tak menangis di hadapan Vito. Ia mengusap matanya dengan punggung tangannya, ia menghela nafas berulang-ulang kali. Ia mencoba untuk menghalau rasa sesak di dada ini, berharap ini hanya mimpi. Jika benar ini mimpi, siapa pun tolong bangunkan ia sekarang.
Mimpi ini terlalu mengerikan, ia tak mau kejadian ini terjadi. Katakan ini hanya tipuan belaka, Vito mengelus punggungnya. Entah apa jadinya jika tak ada Vito, mungkin ia sudah lompat dari jurang ini. Heran dengan sikap Vito dan Kenzo yang sangat berbanding terbalik. Sampai akhirnya tangisannya mereda walapun ia masih saja sesegukan.
"Tengankan dirimu, Dexstar butuh ketuanya yang kuat. Bukan ketuanya yang lemah seperti ini," ucap Vito.
Skay mencoba untuk tersenyum walapun harus dipaksakan terlebih dahulu. "Terima kasih untuk semuanya," ucap Skay.
Dengan perlahan-lahan ia berbalik badan lalu berjalan menjauh dari sini. Sementara Vito menatap kepergian Skay, sampai pada akhirnya Skay benar-benar hilang dari pandangannya. Ia berbalik badan dan terkejut mendapati keberadaan Kenzo yang berdiri sembari menatapnya tajam.
"Siapa yang menyuruhmu untuk menangkan dia? Kau harus mendapatkan hukuman!" ucap Kenzo lalu masuk ke dalam markas.