Skay termenung di dalam tenda, pandangannya kosong melihat ke depan. Baru saja mayat kedua anggotanya di bawa pulang ke tenda, tak ada polisi yang menyelidiki kasus ini sebab mereka tau jika di sini daerah kekuasaan milik Kenzo. Ia benar-benar tak bisa melakukan apapun, pikirannya ke mana-mana memikirkan nasib ke depannya seperti apa.
Ini membuat dia tak bisa berpikir dengan tenang, perasaannya kacau, rasa takut berlebihan dengan apa yang terjadi nanti. Susana sepi, ia menyuruh anggotanya untuk memenangkan pikiran terlebih dahulu, ia tau jika sebagian dari mereka shock mendengar kabar ini. Apalagi mereka tau jika kematian ini ulah dari Kenzo sendiri, rasa takut itu masih ada.
"Skay, bangkit mereka butuh kamu," ucap Yula sembari berdiri di samping Skay.
"Aku ketua yang bodoh bagi mereka, aku enggak bisa memastikan mereka baik-baik aja," ucap Skay tanpa ekspresi dengan wajah masih saja melihat ke depan.
"Semuanya udah takdir, stop menyalahkan diri kamu sendiri mulai sekarang!" peringat Yula.
"Aku merasa bersama, tolong kasih tau aku bagaimana cara memutar waktu. Kenzo jahat Yula, dia membuat aku gagal menjadi seorang pemimpin," adu Skay dengan suara lirih.
"Siapa bilang kamu gagal menjadi pemimpin? Kamu berhasil Skay, kamu berhasil. Enggak ada kata gagal, kamu udah menjadi yang terbaik buat kita. Peluk aku Skay," lirih Yula dengan air mata tak dapat di bendung lagi.
Skay berdiri, ia memeluk Yula dengan erat. Menumpahkan segala tangisannya di puncak Yula. Ia menangis sejadi-jadinya, air matanya tak kunjung berhenti. Dirinya mengingat bagaimana reaksi bodoh yang Kenzo tujukan tadi, ia benar-benar tak habis pikir. Dia satu laki-laki yang tak pernah mengerti bagaimana perasaannya.
Sampai akhirnya tangis Skay berhenti, ia memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam-dalam. Yula meraih wajah Skay dan mengusap air mata yang mengalir di pelupuk mata milik Skay. Yula tersenyum sangat lebar, senyum yang bisa menguatkan hati Skay. Yula mengangguk seolah-olah berbicara semuanya akan baik-baik saja.
"Keluar Skay, temui anggota kamu. Mereka menunggu kamu dan mereka butuh kamu," ucap Yula dengan nada lirih.
Skay mengangguk. "Aku akan keluar, aku akan menjadi penguat mereka. Terima kasih Yula, sekarang aku bisa lebih kuat lagi. Kamu benar jika mereka masih membutuhkan aku," ucap Skay sembari tersenyum.
"Yuk keluar," ajak Yula.
"Tenang Skay, semuanya akan baik-baik saja," batin Skay sebelum sampai akhirnya ia berjalan ke luar tenda.
Skay keluar dari dalam tenda, semua anggotanya sudah berkumpul di tengah-tengah tenda yang terpasang rapi. Ia menyuruh mereka untuk berdiri dan membentuk satu barisan rapi, sementara ia berdiri di depan mereka dan mencoba untuk tersenyum. Ia tau mereka juga sedih, mata mereka sembab.
Mereka sehabis menangis dan ia tau hal itu, siapa yang tak shock menemukan sahabat sendiri meninggal di jurang. Banyak luka di tubuhnya, dan itu lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa mereka meninggal karena ulah seseorang. Apalagi bahan kimia yang disuntikkan ke tubuh dua orang itu, membuat ia dan yang lain sangat yakin.
"Kalian pasti sudah mendengarkan kabar tak mengenakkan tadi, beberapa jam yang lalu 2 teman kita di bawa ke kota untuk disemayamkan ke rumah duka. Sebagian dari kita ikut mengantarkan mereka ke peristirahatan terakhir, namun sayang seribu sayang saya tak dapat ikut ke kota."
"Kewajiban di sini masih banyak, dan saya hanya bisa mendoakan mereka dari jauh. Saya terpukul, tapi saja percaya kalau semua ini ada pembelajaran yang dapat saya ambil. Bukan hanya untuk saya tapi juga untuk kita semua," ucap Skay panjang lebar.
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian semua, saya gagal menjaga dua sahabat kita. Mereka pahlawan kita semua, mereka mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Semasa hidupnya, mereka selalu mempergunakan waktunya untuk membantu sesama."
"Mungkin ini saatnya mereka berhenti, untuk hidup abdi di surga sana. Kehadiran mereka sangat di nanti-nantikan oleh Tuhan, mereka akan mendapatkan tempat yang baik di keabadian. Jasa mereka selama ini tak akan pernah terlupakan, terutama bagi seluruh masyarakat Desa yang tertindas."
Skay menghela nafas pelan, ia mengusap air matanya yang sedikit menetes. Ia mencoba untuk tak menangis, namun air matanya tak bisa diajak kompromi. Anggotanya perempuan Dexstar memeluk dirinya, mereka menguatkan dirinya dengan pelukan itu.
***
Sementara di markas Dark Wolfe, Vito mendapatkan hukuman dari Kenzo. Mereka berada di sebuah ruangan yang jarang sekali dimasuki, ruangan ini cukup gelap. Hanya ada cahaya remang-remang dari setiap sudut tembok, Kenzo berdiri di tengah-tengah dengan membawa sebuah cambuk.
Sementara Vito duduk berlutut di depan Kenzo tanpa memakai baju, di jauh sana Tije dan yang lain menyaksikan. Mereka tau apa yang akan Kenzo lakukan, bahkan sangat tau. Vito sendiri menerima konsekuensi apa yang telah dia lakukan tadi, apapun yang dilakukan Kenzo akan ia terima tanpa adanya rasa penolakan.
"Sebenarnya saya tak mau melakukan ini, namun kesabarannya sudah di ambang batas. Sudah beberapa kali saya bilang untuk tak membela musuh sendiri," ucap Kenzo tanpa ekspresi.
"Izinkanku memberikan pembelaan, sebentar saja," pinta Vito dengan kepala mendongak menatap Kenzo.
"Skay menangis, dia merasa putus asa dan gagal menjadi seorang pemimpin. Tadi aku hanya menenangkan dia saja, tak lebih. Karena perempuan butuh penenang, dan tak ada yang menenangkan dirinya. Jadi saya berinisiatif untuk membuat Skay tenang terlebih dahulu," ucap Vito.
"Dia juga akan mati perlahan di tangan saya! Jadi kau sangat salah jika kasihan dengan dia! SAMPAI KAPANPUN SIAPA YANG BERANI MENGAGALKAN RENCANA SAYA DIA AKAN DEKAT DENGAN YANG NAMANYA KEMATIAN!" bentak Kenzo.
Ctas
Ctas
Ctas
3 cambukan mendarat secara apik di punggung Vito, yang melihatnya hanya mampu memejamkan mata. Namun Kenzo belum puas dan tak ada rasa belas kasihan sama sekali, Kenzo seperti orang kesetanan sekarang. Bahkan dia tak peduli dengan punggung Vito yang terluka, sementara Vito menunduk menikmati rasa sakit yang ada di punggungnya.
Ctas
Ctas
Setelah mencambuk Vito 2 kali lagi, Kenzo pergi dari tempat ini tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. Sedangkan Tije dan yang lain langsung mendekat ke arah Vito, Satya menyimpan cambuk milik Kenzo tempat semula. Vito berdiri di bantu oleh Tije dan Dokter Edward, ia sedikit menggerakkan kepalanya karena merasa pegal.
"Punggungmu terluka, obati sebelum infeksi," ucap Dokter Edward.
"Tenang saja, aku tak mati hanya dengan cambukan yang Kenzo berikan," balas Vito dengan tawaan kecil.
"Sombong sekali, untung saja Kenzo mencambukmu 5 kali! Bayangkan bagaimana kalau lebih!" ungkap Tije. Lalu mereka keluar dari tempat mengerikan ini, tempat yang Kenzo gunakan untuk menyiksa 'mangsa' nya dalam jumlah yang sangat banyak.