Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 25 - KEADAAN DESA YANG SEBENARNYA

Chapter 25 - KEADAAN DESA YANG SEBENARNYA

Skay berjalan masuk ke dalam Desa Komora, ia seorang diri dengan membawa kantung tas berukuran sedang. Ia sengaja ke sini sendirian, beberapa anggota Dexstar pulang dengan alasan yang berbeda-beda. Mungkin yang tersisa di tenda hanya kisaran 15 orang saja, namun tak apa.

Sebab ia tau jika mereka trauma karena temannya di bunuh secara tragis, ia paham tentang itu. Alhasil ia membebaskan mereka untuk pulang menenangkan diri terlebih dahulu, sebab ini baru pertama kali komunitasnya menghadapi orang seperti Kenzo. Salah sedikit saja taruhannya bisa nyawa.

"Hai adik-adik," sapa Skay kepada segerombolan anak-anak kisaran berumur 6 sampai 10 tahun. Mereka berjumlah 6 orang tengah bermain di jalan gang yang cukup sempit.

"Kalian lagi apa?" tanya Skay.

"Mainan," jawab mereka dengan suara sangat pelan.

"Jangan takut, kakak enggak jahat kok," ucap Skay sembari tersenyum manis.

"Kita takut kalau kakak ngapa-ngapain kita," jawab salah satu di antara mereka.

Lantas Skay mengajak mereka untuk duduk, sebelum duduk ia membersihkan bangku yang ada di sana. Sekarang ia duduk di samping anak-anak itu, semuanya berjenis kelamin perempuan. Ia sama sekali tak menemukan laki-laki di sini, juga tak ada orang yang berlalu lalang.

Jika ada angin debu di sini akan berterbangan, ia pun melepaskan masker dan menahan udara yang tak begitu segar ini. Mereka masih sedikit takut dengan keberadaannya di sini dan ia sangat paham akan hal itu. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, beberapa permen lolipop berbeda warna.

"Kalian ambil satu-satu, ini dari kakak buat kalian," ucap Skay.

"Terima kasih kakak," ucap mereka serempak lalu membuka permen lolipop pemberian Skay.

"Oh iya, nama kalian siapa?" tanya Skay.

"Li Xio, panggil aja Li."

"Zhue Tako, biasanya di panggil Ako."

"Rufa Tie, panggilannya Tie."

"Zhou Chesa, bisanya di panggil Zhou.".

" Ghue Cho, biasanya di panggil Cho."

"Ghue Xie, kembaran Cho biasanya di panggil Xie."

Skay mengangguk paham, nama mereka bagus sekali. Mata mereka sipit, mereka keturunan asli sini. Rambut mereka berwarna hitam, kulit mereka putih bersih namun sayangnya ada beberapa luka yang sudah lama hingga meninggalkan bekas.

Jika senyum mata mereka akan tak terlihat lagi, dan mereka sangat senang menjilati permen lolipop darinya. Melihat mereka bahagia itu membuat dirinya senang, ia sedih melihat keadaan di sini. Rumah reyot, suara ledakan yang tak bisa hitung jumlahnya berapa kasihan mereka.

"Nama kakak siapa?"

"Panggil kakak, kak Skay," jawab Skay sembari tersenyum manis ke arah mereka.

"Kakak cantik banget, rambut kakak wangi. Kita suka." Mereka mengelus rambut Skay yang sengaja Skay gerai.

"Terima kasih atas pujiannya," ucap Skay tulus.

"Mama kalian ke mana? Kok di sini sepi?" tanya Skay lagi.

"Mama kita kerja, kita enggak boleh ikut. Karena kalau ikut kita juga akan di paksa bekerja, mama enggak nge bolehin kita untuk ikut."

"Kerja? Di mana?" tanya Skay.

"Di ujung sana, mama kerja di kebun. Mama kita panas-panasan dan harus ngumpet-ngumpet kalau mau makan dan minum."

Skay terdiam setelah mendengarnya, itu bisa dibilang sebagai kerja paksa. Apalagi itu kerja dikebun yang panas kepanasan dan hujan kehujanan. Ini tak bisa di biarkan, lantas Skay pamit kepada mereka. Sebelum benar-benar pergi ia memberikan mereka air mineral dalam gelas, sebab ia tau jika di sini cukup sulit mendapatkan air bersih.

Setelahnya ia kembali ke tenda, ia akan mengunjungi tempat kerja orang tua anak-anak itu. Ia akan melihat secara langsung bagaimana sistem kerjanya, jika benar mereka kerja secara paksa maka ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka juga harus mendapatkan kendalian yang sesunguhnya!

***

Sementara di markas, Dokter Edward menunggu di samping tempat tidur Kenzo. Ia berharap jika Kenzo akan segera bangun, di sini terdengar bunyi EKG yang menampilkan keadaan jantung Kenzo yang tak stabil. Ia benar-benar takut jika Kenzo tak mau bangun dalam waktu yang cukup lama.

"Kenzo bangun, misi kamu belum selesai. Bahkan kamu belum mulai misi kamu," ujar Dokter Edward mencoba berkomunikasi kepada Kenzo walapun tak ada jawaban.

Tiba-tiba Satya datang, dia menatap wajah Kenzo yang berbalut masker oksigen. Dia tak memakai baju, tubuhnya hanya diselimuti oleh selimut tebal sebatas dada. Kasihan sekali melihat Kenzo yang seperti ini, ia pun turut merasakan bagaimana kesedihan Dokter Edward yang sudah menganggap Kenzo sebagai anaknya sendiri.

"Lebih baik dokter makan, biar aku yang menjaga Kenzo di sini," ucap Satya.

"Saya tak bisa meninggalkan Kenzo di sini, Kenzo pasti kesakitan sampai-sampai dia tak mau untuk bangun," sahut Dokter Edward.

"Dia tak akan mau bangun kecuali dirinya sendiri yang mau. Dokter berada di sini dalam waktu yang cukup lama jika Kenzo tak mau bangun maka dia tak akan bangun juga," balas Satya dengan nada pelan.

"Baiklah, kamu jaga Kenzo di sini. Ajak dia berbicara, dia pasti mendengarnya," ucap Dokter Edward dan mendapatkan anggukan dari Satya.

Di sini hanya tersisa Kenzo dan Satya saja. "Bangun dong, enggak rindu dengan Skay? Dia udah bertindak jauh dari Dark Wolfe, bukannya kau benci dengan kekalahan?" tanya Satya sembari menatap wajah damai milik Kenzo yang tertidur.

"Jangan nyerah secepat ini, selesaikan misimu. Bukankah kau mau menjadi ilmuwan yang hebat? Ayo buktikan mimpi itu," lirih Satya.

Sementara Dokternya Edward, berjalan lunglai ke arah meja makan. Ia membuka kancing kemeja bagian atasnya, di sana sudah ada Vito dan juga Tije di sana. Ia pun duduk di salah satu kursi yang kosong, dua orang itu tampak tak bersemangat. Mereka pasti juga memikirkan keadaan Kenzo yang tak stabil.

Dokter Edward membuka makanan yang ada di dalam mangkuk yang atasnya terdapat plastik. Ia makan dengan ogah-ogahan, ia masih memikirkan bagaimana cara agar Kenzo mau bangun. Semua cara sudah ia lakukan, jika berhadapan dengan Kenzo ia akan menjadi dokter paling bodoh.

"Bagaimana kalau kita bawa Skay ke sini?" usul Tije.

"Tak akan mau, Skay benci sama Kenzo karena pembunuhan tempo hari lalu," balas Vito.

"Apa yang Vito katakan benar, mana mau Skay melihat Kenzo. Dia bersenang-senang karena dengan begitu dia berpikir Dark Wolfe akan mengakhiri misinya," timpal Dokter Edward.

"Lantas bagaimana misi ini berlanjut sedangkan Kenzo masih saja tertidur?" tanya Vito. kata tertidur yang ia maksud memiliki makna lain, yang mana Tije dan Dokter Edward tau makna di balik kata itu.

"Kita tunda untuk melanjutkan misi itu sebelum kondisi Kenzo benar-benar membaik, kita tak bisa bertindak jika bukan atas perintah Kenzo," balas Tije dan mendapatkan anggukan setuju dari Tije dan Dokter Edward. Mereka tak akan bisa bertindak jika tanpa persetujuan oleh Kenzo.