Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 29 - SEDIKIT PERKELAHIAN

Chapter 29 - SEDIKIT PERKELAHIAN

Skay sudah mendapatkan surat tanah itu, ia berada di dalam tenda sembari menenangkan diri. Ia sengaja menutup tenda ini dari dalam agar tak ada yang bisa masuk, ia butuh waktu sendiri setelah bertemu dengan Kenzo. Jika terus seperti ini ia bisa gila, secara tak langsung Kenzo membawanya menjadi seorang psikopat.

Tapi ia tak boleh menyerah begitu saja, ada harapan warga desa sini untuk ia bisa mengusir orang-orang seperti Kenzo. Ia harus yakin jika ini awal keberhasilan, ini bukak akhir. Ini sebuah cara agar kemenangan kembali Dexstar raih, walapun jika berhadapan dengan Kenzo ia sendirian tanpa di temani oleh salah satu anggotanya.

"Skay bangkit, semua akan baik-baik saja. Jangan kalah dengan Kenzo, dia hanya ingin membuatmu takut dan pergi dari sini," ujar Skay dalam hati.

"Okey Skay, kau harus pergi ke ujung jalan. Kasihan mereka yang bekerja panas-panasan," putus Skay pada akhirnya.

Skay keluar, ia memakai masker dan kacamatanya agar terik matahari tak langsung mengenai wajahnya. Di luar ia melihat anggotanya sudah bersiap, tinggal menunggu dirinya saja. Lantas ia pun menghampiri mereka, Yula pun menatap dirinya seolah bertanya apakah ia baik-baik saja. Dirinya pun mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Baiklah, ayo kita berangkat ke sana. Sisanya biar ada di sini," ujar Skay.

"Rey, kamu taruh surat ini ke dalam tas kamu, tas saya kecil," ujar Skay kepada salah satu anggotanya yang berjenis kelamin laki-laki.

"Baik ketua."

"Skay, kita berjumlah 5 orang. Tetap jaga diri dan keselamatan itu hal paling utama," ucap Yula dan mendapatkan anggukan dari mereka semua termasuk Skay.

"Sampai di sana jangan ada yang takut, kalian baru pertama kali ikut misi ini. Apapun yang terjadi kita serahkan kepada Tuhan, karena ini kebaikan lebih baik mati dengan kemenangan dari pada hidup dengan kekalahan," ucap Skay uang yang membangkitkan semangat mereka semua.

Mereka mulai berjalan menjauh dari area tenda, selama di perjalanan hanya ada keheningan. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di ujung jalan, dari sini sudah kelihatan kalau masyarakat di sini masih saja bekerja. Skay melihat di ujung sana ada mobil mewah yang pintu terbuka.

Juga ada beberapa penjaga yang di sekitar mobil itu, tak perlu diragukan lagi bahwa itu mobil orang yang menyuruh masyarakat desa sini kerja paksa. Tanpa berlama-lama lagi Skay berjalan duluan ke sana dan diikuti oleh yang lain. Sesampainya di sana orang-orang yang sempat ia pukul menghalangi jalannya.

"Nih bos, cewek yang buat kita pingsan."

Orang yang ada di dalam mobil turun. "Oh ini yang udah jadi sok jagoan di desa ini."

"Betul bos! Dia cewek yang cuma cari perhatian doang, bisa-bisanya kita berempat di pukul sampai pingsan."

"Kalian aja yang enggak pandai bela diri! Modelan kayak kalian enggak pantes dijadikan bodyguard!" balas Skay yang sudah marah karena omongan mereka. Maaf, untuk kali ini ia harus menghina fisik mereka.

"Berani banget, pakai bawa pasukan lagi. Memangnya kalian mau ngapain?"

"Hancurin orang-orang sok berkuasa kayak kalian!" jawab Skay.

Detik itu juga tubuh Skay di dorong ke belakang, dengan sigap 2 anggota laki-laki melindungi tubuh Skay. Mereka berdua berada di depan, sedangkan Yula dan yang lain menahan tubuh Skay agar tak terjatuh. Skay tersenyum tipis melihat mereka yang peduli dengan dirinya, sungguh ia tak mau tubuhnya di sentuh oleh orang-orang seperti mereka.

Skay mengambil surat tanah yang ada di tas Rey, ia berdiri di samping Rey dan mengangkat surat itu ke udara. Skay melihat mereka yang terkejut, dari sampulnya saja mereka sudah tau ini surat tanah mana. Dalam diam Skay tersenyum miring, mereka ingin merebut surat itu namun dengan cepat Rey menahan tubuh mereka.

"Kenapa? Mau ambil surat ini?" tanya Skay dengan nada mengejek.

"Berikan surat itu!"

"Tidak semudah itu! Kalian itu tak mempunyai hati, surat itu milik siapa? Kenapa kalian jual? Tanah luas ini milik warga desa sini, kalian sama sekali tak ada hak untuk mengambil tanah ini!"

"Kalian juga tak ada hak untuk memperkerjakan mereka secara paksa, kalian benar-benar manusia paling menjijikkan. Makan hak orang lain dengan begitu beringasnya."

"Semua sebutan cocok untuk kalian, kalian itu dari kota. Pikiran kalian lebih terbuka ketimbang warga di sini yang bahkan tak menempuh perguruan tinggi."

"Pikir itu pakai otak, jangan asal memperkerjakan orang dengan paksa! Kalian itu mempunyai materi lebih tinggi dari mereka!"

Skay tersenyum mendengar anggotanya yang berbicara membuat orang-orang itu diam tak berkutik. Salah satu di antara mereka menatapnya dengan tatapan tajam, seolah-olah dengan itu mereka bisa membunuh dirinya. Ia maju satu langkah, menghadap ketua yang tak berperasaan itu.

"Tanah ini bukan lagi milik anda! Pergi dari sini dan jangan pernah kembali, atau kau akan tau akibatnya!" ujar Skay penuh penekanan.

"Itu tanah sudah saya jual ke ketua Dark Wolfe, jadi kau tak berhak mengusir saya!"

"Ini sudah berada di tangan saya! Kalian tak berhak lagi berada di sini!" tekan Skay.

Bruk

Tubuh Skay di dorong ke belakang, Skay sempat berguling-guling ke bawah beberapa kali karena tanah ini miring. Yula yang ingin menolong Skay pun di hadang, Skay melihat anggotanya yang melawan orang-orang itu. Kepala Skay terbentur oleh batu tajam yang tertanam di tanah, sungguh kepalanya pusing sekarang.

Ia mencoba untuk berdiri, tangannya berpegangan kepada pohon yang tak terlalu kuat. Ia meraba pelipisnya, ada darah di sana. Pandangannya mulai rabun, ia menggeleng pelan mencoba untuk menahan rasa pening yang luar biasa ini. Rey kewalahan adu fisik, dia melawan 2 orang sekaligus. Skay tak tau harus berbuat apa lagi.

"KETUA PERGI CARI PERTOLONGAN!"

"Saya tak bisa meninggalkan kalian di sini," ujar Skay pelan namun dapat di dengar oleh mereka. Skay maju dan membantu Yula yang terjatuh, untung saja mereka pandai dalam bela diri.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Skay khawatir.

"Aku enggak apa-apa, kepala kamu berdarah Skay," ujar Yula dengan wajah panik.

"Aku enggak apa-apa, kamu jangan khawatir," ujar Skay lalu tersenyum. Pusingnya sudah sedikit hilang, Skay berdiri lalu melawan orang-orang itu.

"Masih mau jadi sok jagoan? Kepala udah berdarah mau lawan kita?"

"Saya tak takut dengan kalian!" balas Skay yang saat ini dikerumuni oleh orang-orang itu. Rey dan yang lain sudah tumbang dengan luka lebam, ia tak tega melihat mereka.

"SKAY AWAS!" teriak Yula saat melihat ada seseorang yang mengarahkan balok kayu ke kepala Skay.

Duak

Tubuh Skay oleng ke samping setelah menerima pukulan itu, namun Skay tak merasa tubuhnya jatuh ke tanah. Skay merasa tubuhnya di tahan oleh seseorang, ia tak tau dia siapa. Yang jelas pandangannya sudah mulai menghitam. Ia benar-benar pingsan karena tak kuat lagi dengan rasa pusing ini.