Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 28 - KESULITAN MENDAPATKAN SURAT TANAH

Chapter 28 - KESULITAN MENDAPATKAN SURAT TANAH

Seperti apa yang di katakan tadi, Kenzo membawa Skay masuk ke dalam laboratorium. Skay ingin menolak, tapi Kenzo mengancam jika ia menolak maka dia tak akan menyerah surat tanah itu kepada dirinya. Alhasil dengan memakai jas ilmuwan dan masker, Skay berada di sini. Kenzo pun juga memakai pakaian yang sama seperti dirinya.

Di depan mereka berdua sudah ada lemari kaca yang berisikan mayat manusia dengan posisi berdiri. Kenzo membuka kunci lemari itu, dan membukanya. Seketika Skay menutup matanya karena merasa takut, mayat itu matanya masih terbuka seolah-olah dia mati karena dicekik seseorang.

"Kau sayat mayat ini sampai dagingnya hancur tak berbentuk!" ucap Kenzo seolah-olah tak mau ada penolakan yang keluar dari mulut Skay.

"Gila! Jangan seperti ini, aku masih mempunyai hati! Dia memang mayat, tapi aku tak tega melukai tubuhnya!" balas Skay sembari melihat mayat seorang wanita yang memakai dress putih. Dia sangat cantik, juga masih utuh. Pasti Kenzo menyuntikkan segala macam cairan kimia agar mayat itu tetap utuh.

"Apa kau mau menyayat tubuhku saja?" tanya Kenzo menantang.

"Please Kenzo, jangan meminta hal aneh untuk aku lakukan," pinta Skay. Jika seperti ini tak ada lagi kata saya yang akan keluar dari mulutnya.

"Ini tidak aneh, kau tak mau memilih salah satu?" tanya Kenzo dengan senyum miringnya.

"3!"

"2!"

Skay memejamkan matanya, Kenzo sudah mulai menghitung mundur. Menyayat tubuh Kenzo? Ia tak mungkin melakukan itu, sedangkan ia juga tak bisa menyayat di tubuh mayat itu. Ini benar-benar pilihan yang sulit, jika ia diam saja kasihan warga di sana menunggu kehadiran dirinya dengan membawa kemenangan atas tanah itu.

"Aku akan menyayat tubuh mayat itu," putus Skay pada akhirnya.

"Bagus!" puji Kenzo.

"Sayat dengan pisau ini, pilah antara mata dengan bola matanya. Taruh ke dalam kotak akrilik di di sudut sana," ucap Kenzo sembari memberikan Skay pisau kecil tapi jangan di tanya lagi ketajamannya seperti apa.

Dengan ragu-ragu Skay menerima pisau itu, tangannya gemetar. Perlahan-lahan ia mendekat ke arah mayat itu, ia mulai menggores lengan itu hingga dagingnya terbuka. Skay sudah tak sanggup lagi, ia masih mempunyai hati untuk melakukan ini. Sementara Kenzo menatap Skay bersedekap dada, ia tersenyum tipis melihat Skay yang ketakutan.

Ini yang ia cari, jika Skay ketakutan pasti ia berpikir berulang-ulang kali untuk mencari masalah dengan dirinya. Goresan memanjang Skay berikan kepada wajah mayat itu, entah mengapa ia seperti seorang yang tengah memotong daging dengan mudah. Satu kali tarikan pisau, daging itu sudah terbelah. Ini pisaunya yang tajam atau kulit mayat ini yang berbeda.

"Colok matanya dengan ujung pisau itu, jangan sekali-kali kau memejamkan mata!" intruksi Kenzo.

"Aku takut," lirih Skay dan menjatuhkan tubuhnya bersender ke tembok.

"Ini tak seberapa! Bahkan saya bisa memberikan hal yang lebih dari ini jika kau mengganggu apa yang saya lakukan," ucap Kenzo.

"Kau jahat! Kau tak punya hati! Ini benar-benar membuat pikiranku tersiksa," balas Skay dengan menatap Kenzo sayu.

"Kau sudah masuk ke dalam sini, cacah tubuh itu hingga tak berbentuk!" ucap Kenzo tanpa melihat ke arah Skay.

"Cukup, aku udah lelah. Dia memang tak bernyawa, tapi aku merasakan bagaimana sakitnya menjadi dia," ujar Skay pilu.

Sudah cukup Skay menyakiti tubuh tak bersalah itu, ia sudah lelah. Bisa-bisa ia akan gila jika terus menuruti kemauan Kenzo yang seperti psikopat, apalagi dia mati karena ulah Kenzo. Ruangan ini menjadi saksi di mana ia pertama kali memotong-motong daging manusia. Bahkan sekarang tangannya bergetar.

Ia berdiri, ia membuang pisau itu ke segala arah. Ia berjalan dan berdiri tepat di depan Kenzo, ia menarik lengan bajunya yang panjang ke atas. Ia menaruh lengannya di hadapan wajah Kenzo, ia menunjuk lengan itu dengan jarinya sendiri. Sementara Kenzo menatap apa yang dilakukan Skay dengan tatapan tajamnya.

"Kau psikopat bukan? Sekarang sakiti saja tubuhku, tapi jangan kau sakiti orang lain. Biarlah aku merasakan sakit, aku tak mau batin dan pikiranku yang sakit. Sudah cukup aku memotong-motong daging mayat itu, kau berhasil membuat aku menjadi manusia paling bersalah di dunia ini," ujar Skay panjang lebar.

"JIKA KAU TAK MAU GILA! STOP IKUT CAMPUR URUSAN SAYA, SKAY!" bentak Kenzo sembari menunjuk wajah Skay.

"JIKA AKU TAK IKUT CAMPUR KAU YANG AKAN BERKUASA DI SINI! SEBELUM KEMENANGAN ADA DI DESA INI AKU TAK AKAN PERGI, KENZO!" Skay balik membentak Kenzo. Ia sama sekali tak takut dengan tatapan yang Kenzo berikan.

Kenzo mendorong tubuh Skay hingga membentur tembok, ia mencekik leher Skay dengan satu tangannya. Matanya sudah di kabuti oleh amarah, ia  tak suka jika ada orang lain berteriak keras di depannya.

***

Sementara Vito di depan laboratorium, ia gusar tak kala mendengar suara bentakan saling bersahutan. Ia tadi sempat melihat Kenzo yang membawa Skay masuk ke dalam. Ia sudah pasti akan ada yang terjadi jika keduanya di pertemukan, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Suara Skay semakin terdengar, perempuan itu menangis.

"Kenapa kau di sana?"

Vito menoleh ke depan, ia melihat Satya yang membawa sebuah cangkir. "Skay ada di dalam sama Kenzo," jawab Vito dengan nafas gusar.

Satya langkah mendekat ke arah Vito. "Bukankah tadi Kenzo ke luar? Kenapa juga ada Skay di dalam laboratorium?" tanya Satya tak habis pikir.

"Enggak tau, tadi Kenzo bawa Skay masuk ke dalam. Coba dengar baik-baik, ini suara Skay yang menangis," ucap Vito memberitahu.

Satya sedikit tak percaya, ia pun mendekatkan telinganya ke samping pintu. Benar saja ia mendengarkan suara bentakan Kenzo dan tangisan Skay, ia sendiri tak menyangka jika lagi-lagi Kenzo membawa Skay ke sini. Mereka memang jahat, tapi mereka tak tega melihat perempuan menangis. Walapun sudah biasa, tapi rasanya beda.

Hati kecil mereka merasakan sakit, tiba-tiba pintu di buka secara paksa. Reflek Satya menjauhkan tubuhnya, Kenzo keluar dan berhenti menatap Vito dan Satya. Kenzo terdiam selama beberapa detik lalu melanjutkan kembali langkahnya. Vito dan Satya saling pandang, untung saja Kenzo sudah pergi. Langsung saja mereka masuk ke dalam laboratorium.

"Skay? Apa yang terjadi dengamu?" tanya Satya saat melihat Skay terduduk lemas bersender di tembok.

"Ambilkan saya surat tanah yang dibeli oleh Kenzo," ujar Skay lirih. Ia pun sempat terbatuk beberapa kali.

"Kau sudah minta ijin kepada Kenzo?" tanya Vito dengan nada ragu.

"Ya, kita sudah melakukan perjanjian. Saya butuh surat tanah di ujung jalan sana, saya harus menyelematkan warga di sini orang-orang seperti mereka," ungkap Skay.

Vito dan Satya saling pandang, mereka mengangguk dan membantu Skay berdiri. Vito memberikan Skay minum, ia melihat wajah Skay yang memerah juga bekas kuku seseorang di leher Skay. Apakah dia benar-benar di cekik oleh Kenzo?