Ilona tidak pernah ke sini sebelumnya. Sebuah ruang kerja milik sang putra mahkota Kerajaan Luchifer.
Ukurannya hampir menyamai kamar yang Ilona pakai. Atau mungkin lebih luas lagi? Melihat adanya beberapa pintu, yang memungkinkan bahwa; tidak hanya ada satu ruang di sini.
Seperti bangunan kerajaan, ruang kerja ini didominasi oleh warna putih gading. Sehingga selalu merasa bahwa luas dan bersih. Semua tatanannya pun rapi.
Rak-rak besar penuh buku-buku terpasang di sisi kanan dan belakang— dekat pintu. Entahlah, Ilona tidak begitu yakin bahwa Kaesar benar-benar membacanya.
Dan … meja itu. Tepat di hadapan Ilona. Layaknya meja yang paling penting, berukuran cukup besar. Beberapa kertas tebal menumpuk, serta alat lainnya.
Kaesar duduk di kursinya. Mengenakan pakaian layaknya pria Yunani berbahan satin. Ah, cukup terbuka sebenarnya.
Menyudahi lamunan cukup lama. Ilona mengerjap pelan. [Ayolah! Jadi tokoh wanita kuat seperti di film-film yang ada di layar ibu kota!]
"Salam, Putra Mahkota." Ilona memberikan salam anggunnya. Mendapat anggukan ringan dari Kaesar.
"Apa yang membuatmu memanggilku?" tanyanya kemudian. Karena tidak mungkin seorang putra mahkota yang akan duluan menanyai. Baiklah, itu tidak akan menjadi sopan.
Hiraukan dialog Ilona. Perempuan itu menggunakannya, karena memang Kaesar menyuruh untuk berbicara santai. Yah, Ilona turuti hingga sekarang.
"Kau berpura-pura belum mengetahui alasannya?" Yah, akhirnya Kaesar mengeluarkan suara beratnya. Didengar bagaimanapun juga, suara itu selalu memiliki auranya sendiri.
Berpura-pura? Tentu tidak.
Ilona menggeleng. Sejak awal dirinya hanya fokus pada ruangan ini, bahkan tak terpikirkan motif apa Kaesar memanggilnya. Ah, tetapi rupanya sekarang Ilona tahu..
"Tentang organisasi yang kau buat?" Kesimpulan Ilona utarakan. Sudah pasti. Organisasi itu sangat rahasia, bahkan para pejabat kerajaan tidak mengetahuinya.
Lalu, bagaimana seorang putri count yang tiba-tiba saja menyeletukkan hal itu di depan Kaesar langsung. Bagaimana tidak curiga?
"Awalnya kukira, kau hanya beruntung saja dalam hal menebak. Sekedar membuat seorang putra mahkota terusik. Sejak awal memang aku hiraukan. Namun, semakin lama menjadi nyata." Kaesar meletakkan pena bulu setelah beberapa saat memainkannya di tangan.
Kepalanya kini sedikit mendongak. Menatap ke arah Ilona di depannya yang berdiri— secara tepat.
"Oh." Tidak tahu apa yang Ilona pikirkan saat ini. Tapi, perempuan itu melenceng jauh dari topik.
"Wah, hebat. Sepertinya ini pertama kalinya aku mendengarmu berbicara dalam dialog sepanjang itu. Rekor baru?"
Detik berikutnya, Ilona menyesali. [Keterusan.]
"Maaf," ujarnya lirih kemudian.
Oke. Setelah sekian lama Kaesar menatap Ilona secara tajam, lelaki itu mengabaikannya. Tampak sudah cukup dengan basa-basi menjengkelkan di awal.
"Dari mana kau bisa tahu hal itu?" Kaesar memasuki topik. 'Hal itu' yang dirinya maksud adalah sebuah organisasi.
[Mana mungkin aku menjawab 'mendapatkannya dari buku'.]
Ilona berusaha mencari alasan yang tepat. Yah, dia tidak pandai akan hal ini. Saking tidak tahu harus menjawab apa, perempuan itu memilih untuk mengatakan, "Mengapa aku harus memberitahumu? Bukankah itu seperti membuka kartuku sendiri?"
[Wah. Ini terlalu berani.] — kesadaran Ilona satu detik setelah mengatakannya.
"Maaf." Ini kedua kalinya Ilona meminta maaf. Perempuan itu sudah membungkukkan sedikit badannya. Terkadang dia menyesal karena tidak dapat menahan sesuatu dan bertindak tanpa berpikir.
"Pergilah."
[Loh?]
Tidak. Ini bukan seperti sebuah pengusiran.
Nada Kaesar tidak tinggi juga tidak terlalu rendah. Seperti, baiklah. Lelaki itu mengerti dan yah, dia bersikap seperti biasanya. Setelah seamua yang Ilona lakukan?
Kaesar bahkan kembali ke dalam pekerjaannya. Entah menuliskan apapaun pada kertas-kertas yang mungkin merupakan berkas penting.
[Sungguh? Hanya sampai di sini?]
Nyatanya, gumaman yang kali ini cukup keras. Sehingga Kaesar pun dapat mendengarnya.
Masih sibuk dengan pekerjaan. Kaesar menyempatkan waktu untuk menyeletuk, "Hem. Pergilah, jangan mengganggu di ruang kerjaku."
Saat itu juga Ilona langsung melakukannya. Dia keluar dari ruang kerja Kaesar dengan perasaan linglung. Sebelumnya pintu kerja telah dirinya tutup secara sopan.
Baru setelah berada di depan pintu, Ilona menghembuskan napas. Tidak.
Ilona menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak mungkin hanya karena hal kecil tadi, dia langsung marah kepadaku? Maksudku …."
Ilona hanya tak tenang, jika nyatanya bisa saja Kaesar berubah. Tak lagi akan menyukai Ilona seperti yang ada di dalam alur novel. Artinya, Ilona bisa saja kehilangan salah satu penyokongnya yang kuat.
Tanpa disadari perempuan itu sudah cemas lebih dulu. Pikirannya tampaknya telah mengambil alih.
Beruntungnya ada seorang dayang yang lewat dan menanyakan keadaan Ilona. Sehingga perempuan itu dapat ditarik kembali ke dalam kenyataannya.
"Oh? Tidak apa, saya sama sekali tidak apa-apa. Terima kasih." Setelahnya Ilona langsung pergi. Lebih baik masuk ke dalam kamar tidurnya, dan beristirahat. Berbaring pada ranjang berukuran besar yang nyaman.
Lelah sekali hari ini. Atau memang Ilona sendiri yang sudah jarang beraktivitas.
"Selamat tidur—"
Tidak. Seharusnya saat ini Ilona menutup matanya. Namun, ketukan pintu kamar sungguh mengganggu.
Ingin rasanya Ilona mengabaikan dan lanjut tidur. Tapi, entah mengapa tubuhnya sendiri yang beringsut dari ranjang dan menuju pintu. Membukanya. Sungguh, nyatanya pikiran perempuan itu kalah dengan tubuhnya sendiri.
"Lady Barenice. Apa saya menganggu tidur Anda?"
Iya. Ilona mengangguk— hanya dalam kepalanya saja.
Karena pada kenyataannya, perempuan itu menggeleng. "Tidak. Ada apa?"
Meski dalam hati, Ilona merasa begitu kesal. Terkadang dirinya merasa seolah sedang dikendalikan oleh sesuatu— secara otomatis.
"Makan siang …?" Cukup ragu bagi Lavish. Lelaki itu berubah kikuk, setelah mendengar nada suara Ilona yang … ketus. Sedikit, yah … setidaknya.
"Oh, ya …." Kekesalan Ilona sedikit mereda. Baiklah, makan siang. Terdengar tidak buruk. Setelah makan siang, dia malah bisa tidur dengan nyaman. Namun, Ilona kini menjadi cemas. Dirinya bertanya, "menunya … bukan yang terbuat dari daging, bukan?"
Lavish menggeleng. "Tentu saja tidak, Lady. Menu makan siang Anda kali adalah sup jamur, dan beberapa sayuran lain."
Lelaki itu berdiri tegap. Meski suaranya datar, tetapi selalu terdengar sopan. Dia juga elegan, baiklah. Memang tipikal seperti bawahan panglima berprestasi pada komik maupun film.
"Baiklah." Ilona menganggukkan kepala. Mengambil keputusan setuju.
Informasi singkat. Setelah Ilona mengatakan bahwa dirinya merupakan seorang vegetarian, maka mulai saat itu— menu yang dirinya dapatkan adalah tanpa daging.
Hal yang baru di meja makan berukuran besar ini.
Adanya kedatangan Kaesar yang ikut serta merayakan. Dia duduk di kursi paling ujung, dan paling besar. Datang paling lambat, seperti yang lalu. Namun, meski begitu— makan siang belum dimulai.
Oke. Kehadiran Kaesar di acara makan malam; itu memang cukup wajar.
Tapi, di makan siang; ini adalah pertama kalinya. Sejak Ilona datang ke sini.
Tidak heran bahwa; semua orang yang ada merasa terkejut. Seakan tidak mempercayai apa yang tengah mereka lihat.