Chereads / Memanfaatkan Tokoh Pria / Chapter 44 - Pergi Tanpa Kaesar

Chapter 44 - Pergi Tanpa Kaesar

Ilona tidak lagi dapat mengelak. Dirinya harus benar-benar pergi dari ... Kerajaan Luchifer.

Kemarin, dirinya malah tertidur. Seolah sama sekali tidak memiliki masalah. Bahkan malam harinya,.hanya berjalan normal. Kemudian tidur lagi. Sampai akhirnya kini— samar-samar matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur.

Hari sudah pagi tanpa terasa. Dan … hanya satu keputusan yang dapat Ilona ambil, kembali bersama Ramos.

Ingin di sini pun, juga sampai kapan? Berita buruk malah akan menyebar dan membuat reputasi Ilona hancur lebur. Bisa saja alurnya berubah saat semua orang malah menilai Ilona sebagai benalu. Orang yang serakah hingga ingin terus menetap di kerajaan.

Yah, meski Kaesar nantinya akan menyukai Ilona, tetapi juga tetap tidak yakin bahwa lelaki itu akan membiarkan begitu saja. Seorang perempuan menginap di kerajaannya, bahkan tanpa tahu kapan pergi.

Lagipula, apa salahnya pulang bersama Ramos. Malah itu yang terbaik. Lelaki itu juga sudah membantu dalam banyak hal. Dari awal bertemu, hingga kini. Ilona merasa sangat terbantu dengan kehadirannya. Sesosok tokoh utama pria yang selalu diceritakan dalam novel.

Oh, omong-omong tentang novel, Ilona telah mempersiapkan. Untuk novel dan belati yang sempat dia beli, akan dirinya bawa secara pribadi. Karena tampaknya hanya dua benda itu yang Ilona bawa.

Yah, untuk beberapa kosmetik alami herbal yang sempat Ilona tamu, juga dirinya persiapkan. Ia akan meminta kepada salah seorang agar membawanya ikut serta bersama gaun-gaun.

Karena beberapa hari ke depan, Ilona tidak akan membuat kosmetik herbal. Dia pasti lelah. Jadi, anggap saja untuk berjaga-jaga. Yang penting adalah masker alami yang dibuatnya.

Perempuan itu menyimpan belatinya pada pinggang belakang. Maksudnya, mengapit belati tersebut masuk ke dalam pita yang mengelilingi gaun. Dia biasa menaruhnya di situ. Pada lipatan-lipatan gaun di pinggangnya. Sementara buku novel telah dia kembalikan di laci.

Ini masih pagi. Setidaknya, Ilona ingin berkeliling-keliling sebentar. Di Kerajaan yang luar ini. Barangkali dirinya iseng keluar ke taman samping.

Baiklah. Pemandangan yang begitu menakjubkan. Layaknya taman yang selalu dipenuhi peri-peri, yang pernah Ilona lihat di layar ibu kota.

Tapi, ini jauh lebih indah. Pada zaman ini, sama sekali tidak ada polusi. Sehingga ketika menghirup udaranya pun, terasa sangat segar. Ilona belum merasakannya saat dia berada di bawah jembatan, yang di jalan raya dipenuhi kendaraan berasap.

Kini, Ilona dapat melihat beberapa burung yang mulai berdatangan dan bertengger di tepi air mancur. Mereka tampak meminum air tersebut, seolah tidak takut seberapa dinginnya.

Oh, dingin. Ilona lupa membawa semacam syalnya atau sebuah selendang—

Loh? Apa ini sihir?

Sebuah selendang berbahan sutra kini menyampir di bahunya. Ukuran yang cukup lebar, samoai-sampai terasa sangat hangat.

Ilona kira di sini memiliki magis ataupun sihir, karena penulis sepertinya suka membuat kejutan. Yah, dia kira memang seperti itu. Sebelum akhirnya menyadari bahwa, Lavish lah yang menyamoirkan selendang berbahan sutra itu di bahu Ilona.

"Anda keluar sangat pagi sekali, Lady," ucapnya.

Ilona menghembuskan napas. Kemudian mengangguk kecil.

"Terima kasih, Lavish.* Kalimat untuk kehangatan dari selendang sutra ini.

Lavish menggeleng. "Tidak masalah."

"Apa terjadi sesuatu?" Lavish mengajukan pertanyaan setelahnya. Melawan rasa ragu. "ingin … duduk dulu, Lady?"

Penawaran itu disetujui oleh Ilona yang langsung mendudukkan diri di bangku. Cukup panjang ukurannya. Dibuat dari kayu dengan motif-motif menarik. Lebih menarik dari bangku taman biasa.

Lavish duduk di sebelahnya. Dia menjaga jarak, cukup jauh. Langsung ke pojok.

Ilona menatap ke sekitar taman yang indah. Ini, mirip seperti yang lalu. Dirinya juga pernah berada di sini bersama dengan Lavish. Berdua. Bercerita mengenai Kaesar, Putra Mahkota yang sangat dingin dan menakutkan. Ilona sampai ingat bagaimana dirinya terus-terusan khawatir.

Jika mengingatnya, itu terasa menyebalkan. Dia khawatir, akan orang yang padahal — nantinya— akan jatuh cinta padanya.

"Hari ini, aku akan pulang," ucap Ilona.

Lavish lantas terkejut. "Ini mendadak," timpalnya.

Ilona malah tersenyum tipis. Ternyata, Ramos bahkan belum menyebarkan akan hal ini. Yang pastinya lelaki itu masih ragu, apakah Ilona benar-benar akan pulang. Dia memang bukan tipe lelaki pemaksa. Sangat baik. Tokoh utama pria yang baik.

"Ramos— yah, Ramos … telah memberitahuku dari kemarin, sebenarnya. Dan sejak tadi malam sudah kupikirkan. Ini bukan mendadak." Ilona menatap Lavish.

Aura yang terpancar sungguh berbeda. Perempuan dengan rambut perak bergelombangnya. Ini bahkan pertama kali Lavish melihat wajah dan rambut secantik perempuan di depannya. Sejak Ilona Barenice datang. Mengguncangkan banyak orang di kerajaan, yang terpaku padanya.

"A–ah … maaf." Dengan cepat Lavish mengalihkan penglihatannya. Bahkan berkedip beberapa kali. Seperti diserang sebuah sihir yang memikatnya.

"Anda sekarang … terlihat sangat percaya diri dan segar, Lady," lanjut Lavish. Dia masih menghindari adanya tatapan dengan Ilona. Itu akan sekali lagi menguncinya.

"Yah, begitulah … Lavish." Senyuman jahil bahkan dapat dirasakan oleh Lavish sendiri.

[Kepercayaan diriku meningkat setelah membaca novel versi baru itu.]

"Kalau begitu, sampai jumpa. Dan terima kasih." Ilona bangkit dari duduknya. Gambaran akan perempuan dengan gaun Victoria berwarna biru laut. Sangat indah. Dengan bagian lengan yang bermodel pendek, menampakkan tangan putih Ilona.

Lavish ikut bangkit dengan gesit. "Perlu saya antar, Lady?"

Tangan Ilona terangkat. Seolah mengatakan, 'Tidak perlu'.

Ilona berjalan meninggalkan sang bawahan panglima tersohor. Dirinya masuk kembali ke dalam kerajaan yang selalu didominasi warna putih gading.

Ternyata, sudah pagi. Itu artinya Ramos telah bangun …?

Ilona sudah berada di depan pintu kamarnya. Mengetuk beberapa kali, sampai pintu tersebut terbuka perlahan.

Yah, melihat Ramos dengan setelan bangsawannya di pagi-pagi seperti ini— jauh lebih baik.

Ilona mengangkat ujung bibirnya. "Selamat pagi, Ramos."

Lelaki itu awalnya mengernyit tidak mengerti. Tapi, tak lama setelahnya dia ikut tersenyum. "Ada apa?" Suara berat, tetapi lembut di telinga.

"Sarapan? Setelahnya baru kembali ke kediaman masing-masing."

Ramos setengah terkejut. "Kau sudah mengambil keputusan?"

"Tentu saja." Perempuan berambut perak itu mengangguk. "sepertinya keputusan aneh jika aku terus tinggal di sini. Orang-orang akan menatapku dengan beranggapan buruk. Dan … Putra Mahkota tentu tidak akan mengizinkan."

[Lelaki itu belum terlalu jatuh cinta padaku, soalnya.]

Kini senyum Ramos melebar. "Jadi, kau ke sini untuk mengajakku sarapan?"

Dengan ragu Ilona mengangguk. "Yeah … sepertinya begitu."

Keduanya lantas berjalan menuju ke ruang makan. Cukup pagi, tetapi nyatanya semua hidangan sudah siap.

Hanya ada Ilona dan Ramos. Namun, beberapa waktu setelahnya— datang dua lelaki. Yang satunya paruh baya, dan satunya cukup muda. Ilona mengenal keduanya. Mereka tinggal di kerajaan ini. Meski tidak terlalu sering. Orang yang begitu dekat dengan Kaesar. Seperti penanggung jawab putra mahkota.

Sampai Ilona dan Ramos pergi pun, sepertinya Kaesar tidak ada.

Namun, tidak menutup bahwa kepergian keduanya begitu dilakukan dengan meriah. Juga hormat.

Yah, karena setelah Kaesar, ada Ramos Frederick. Putra dari Duke Frederick yang tersohor dan berjasa akan kemajuan Kerajaan Luchifer.

Pria itu tokoh utama dalam cerita ini. Tentu saja.