Chereads / Memanfaatkan Tokoh Pria / Chapter 41 - Panggilan dari Kaesar

Chapter 41 - Panggilan dari Kaesar

Acara jalan-jalan telah usai. Ilona kembali ke kerajaan dengan beberapa hasil belanjaannya. Tidak banyak, buktinya tak perlu ada kantong besar untuk membawanya.

"Terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa kembali," ucap Ilona dengan sopan. Memberikan senyum ramah pada beberapa orang yang menjadi pendamping Ilona.

Perempuan itu berjalan menuju ke dapur; ada beberapa hal yang perlu diurus.

"Lady? Ada yang perlu dibutuhkan?" Dia adalah kepala pelayan dapur yang sama. Rambut yang sedikit memutih itu ditutup dengan sebuah topi koki.

"Oh, ya ...."

"Tidak, tidak ada apa-apa." Kemudian Ilona tertawa kecil sendiri. Lalu tak lama setelahnya, menyesal akan tingkah beberapa detik lalu. Ini semacam dirinya sedang dipergoki ... bukan?

Kepala pelayan mengangguk mengerti.

"Bolehkah Anda membiarkan saya di dapur ini?" Ilona bertanya setelahnya.

Tak ada alasan bagi kepala pelayan dapur menolak. Dirinya tentu mengizinkan. Ilona Barenice adalah tamu yang cukup sepesial di kerajaan ini. Dia datang dengan sang putra Duke terkenal, Ramos Frederick. Juga dekat dengan Kaesar.

Ilona memiliki waktu bagi dirinya keliling dapur.

Tidak seperti sebelumnya. Sama sekali tidak ada aroma micin di sini. Pikirannya masih terus berkecimpung mengenai hal kecil seperti ini.

[Apa novel ini dapat mengalami bug? Sebelumnya, aku mendapatkan ayam dengan saous merek terkenal. Lalu, tak lama yang lalu; adalah makanan lezat dari dunia sana. Jadi, mengapa hanya dua kali? Mengapa sekarang tidak ada lagi?]

Baiklah, setelah Ilona mengelilingi dapur. Dan sama sekali tidak menemukan bahan pangan modern sekalipun.

Perempuan itu jadi sedikit yakin. Bahwa, memang ada bug. Yah, mungkin saja. Bahkan, novel yang rasanya benda tak hidup pun memiliki bug.

Ilona menggeleng-gelengkan kepalanya. Hendak keluar dari dapur dan menuju ke kamar.

"Apa keperluan Lady telah selesai?" Kepala pelayan yang sejak tadi menunggu di luar dapur bertanya.

Ilona mengangguk. "Ahaha, ya, ya. Tentu saja "

Kepala pelayan dapur tersenyum. "Lady orang yang cerah. Mungkin karena itulah dapat mengenal banyak orang penting," ujarnya.

[Hah?]

Ilona tidak tahu maksudnya. 'Orang penting siapa?'

Namun, hanya berpura-pura mengerti dan melenggang begitu saja. Di sini, Ilona harus langsung pergi jika sekiranya tidak terlalu perlu. Menghindari beberapa masalah yang bisa saja menjadi besar.

Melalui novel yang baru dibaca. Dirinya sadar, bahwa konflik jadi bertambah dan semakin banyak. Jadi, berusaha berhati-hati dan tidak ikut campurlah.

Ah, lelaki itu.

Ramos sudah berdiri di dekat pintu kamar Ilona. Dia tampak tampan dan tenang seperti biasanya. Oh, okay. Ya, kenyataan benar karena memang seorang tokoh utama pria.

"Mengapa berdiri di sini?" Kini Ilona sudah berdiri di dekatnya. Tidak heran lagi dengan tingkah Ramos. Karena pada dasarnya, pria itu memang jatuh cinta kepadanya. Zona aman.

Ramos menatap ke arah Ilona. Menyadari kehadiran perempuan yang menurutnya begitu cantik. Bahkan melampaui perempuan-perempuan bangsawan sosialita.

"Oh. Aku menunggumu." Tanpa gengsi lagi Ramos mengatakannya. Dia bahkan menunjukkan senyum tipis— okay, Ilona akui bahwa dia suka.

"Menungguku? Untuk apa?"

"Apa perlu alasan?" Salah satu alis Ramos terangkat. Tampaknya dia tidak perlu alasan sekalipun jika hanya untuk menemui Ilona. Atau menunggu perempuan itu di dekat pintu kamarnya.

Ilona hanya mengiyakan. Dan … suasana pun menjadi canggung.

"Apa saja yang kau lakukan bersama putra mahkota?" Pertanyaan dari Ramos membuat Ilona hampir tersandung.

[Tunggu. Bagaimana lelaki ini bisa tahu?]

Sangat heran, tentu saja.

Mana mungkin berita yang baru beberapa waktu lalu terjadi, sudah menyebar hingga ke dalam kerajaan? Ini bukan era digital. Jadi—

"Kudengar kau bertemu dengannya di pusat perbelanjaan. Dan pergi bersama-sama," lanjut Ramos.

Ilona mengangguk. "Yah … memang benar. Tapi, hanya sebentar. Kami hanya … ke toko senjata dan melihat-lihat. Lalu setelahnya pulang sendiri-sendiri. Tidak ada hal lain lagi."

"Urusanku di sini sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita bisa pulang," ungkap Ramos.

Ilona berusaha mencerna kalimat itu. [Tunggu. Kita?]

"Oh, ya."

Ramos mengangguk pelan. "Kalau begitu, sampai jumpa. Istirahatlah." Lelaki itu pergi dari hadapan Ilona. Melambaikan tangannya tanpa menghadap ke belakang.

"Hanya itu saja?" Ilona bergumam. Detik berikutnya perempuan itu mengangkat kedua bahu pelan. Masuk ke dalam kamarnya, tempat yang paling nyaman saat ini.

Seusai pintu kamar ditutup, Ilona menghembuskan napas.

Kapan dirinya akan meninggalkan Kerajaan Luchifer ini? Rasanya, tidak tega bila harus berpisah dengan kamar yang sudah dirinya anggap milik pribadi.

Ini begitu nyaman dan luas. Seperti Ilona menjadi ratu. Padahal, di sini dirinya hanya seorang tamu saja. Tidak lebih.

Semua yang dirinya dapatkan begitu indah. Pelayanan yang juga sangat sopan.

Kamar ini begitu luas. Bahkan, satu ruangan dengan kamar mandi.

Tidak, lebih tepatnya seperti kolam berendam yang besar. Kemudian gaya yang antik dan juga elegan. Jika boleh jujur, Ilona bisa tinggal di sini dengan jangka waktu yang lama. Tidak keluar kamar pun tidak apa-apa, asalkan makanan selalu datang ke kamarnya.

"Sepertinya aku belum siap melepaskan kamar ini …." Ilona mengadahkan kepalanya. Menatap ke arah langit-langit kamar yang selalu membuat dirinya menganga. Begitu indah.

Semakin lama, Ilona jadi semakin ingin berada di sini. Sampai-sampai … memikirkan cara untuk mendapatkan hal-hal di luar rencana.

"Jika aku mendekati Kaesar, apakah akan mendapatkan ini semua?"

"Tapi … tokoh utama pria—" Ilona menggelengkan kepala. "lalu, apa masalahnya? Jelas bahwa Kaesar lebih berkuasa di sini. Dia putra mahkota, dan akan menjadi raja. Satu-satunya orang yang masih memiliki darah Raja terdahulu."

Ilona menyatu dengan pemikirannya. Tenggelam dalam monolog- nya sendiri.

Bermenit-menit tak bisa lepas dalam pengaruh masalahnya. Masih berdiri di dekat pintu kamar, terdiam.

Sampai dirinya sadar, bahwa dirinya tadi membeli sebuah belati.

Dia mengeluarkan benda cukup kecil itu dari balik tubuhnya. Ia menaruh tepat di punggung belakang, menyisipkan pada gaun.

Cukup mahal harganya, bagi Ilona yang dulu jarang berbelanja. Rasanya masih baru saat dia bisa membeli berbagai barang.

"Hanya untuk sekedar jaga-jaga," gumam Ilona pelan.

Suara ketukan pintu hampir mengagetkannya.

Ilona berjalan cepat ke arah ranjang, meletakkan belati itu di laci meja terlebih dahulu. Kemudian kembali menghampiri ke arah pintu. Membukanya, dan menemukan seorang dayang.

"Lady, Anda dipanggil oleh Putra Mahkota Kaesar untuk ke ruangan kerjanya," ucap dayang tersebut.

"Hah?"

"Ya?"

"Tidak, tidak. Maksud saya … baiklah."

Dayang itu langsung pergi setelah menyampaikan pemberitahuannya. Sedangkan Ilona berdiri di ambang pintu, masih terdiam.

[Apa lagi ini]

Beberapa waktu lalu dirinya bertemu dengan Kaesar. Sekarang, sudah disuruh untuk ke ruang kerjanya.

Ilona menghembuskan napas pelan. "Sudah kuduga. Tokoh utama perempuan ini memang sangat sibuk," ucapnya menghibur diri.

Sudah dipastikan bahwa Kaesar mulai tertarik kepadanya.