Ujung bibir Ilona terangkat. Dirinya tersenyum tipis, "Diam-diam menghanyutkan."
"Y–ya, Lady?"
Ilona tertawa pelan seraya menggeleng. "Tidak, tidak. Saya hanya bergumam saja. Tolong hiraukan," ucapnya pada seorang dayang di samping.
"... baik, Lady." Dayang itu begitu hormat.
Ah, Ilona kembali menatap ke depan. Tidak baik bila berjalan dengan pandangan ke mana-mana. Dirinya sekarang adalah seorang tokoh utama wanita.
Ya, tokoh utama wanita yang akan selalu dikejar-kejar pria.
Jujur saja. Ilona merasa jauh lebih percaya diri setelah membaca buku dari toko Dekcol. Itu bermanfaat baginya.
"Sedang apa kau di sini?"
Ilona menghentikan langkahnya. Suara dingin penuh penekanan, ia tahu siapa. Dia adalah ... Putra Mahkota Kerajaan Luchifer. Lelaki yang diam-diam mendirikan semacam organisasi.
Menarik. Ilona menatap ke depan. Sesaat dirinya memberikan senyuman. Tidak terlalu lebar, tetapi juga tidak terlalu tipis.
"Saya baru saja mendatangi toko bahan pangan, hanya untuk melihat-lihat saja. Ini akan pulang ke kerajaan," jawab Ilona.
"Seorang putri count ke toko bahan pangan. Aku tak mengerti maksud perbuatanmu itu." Kaesar memiringkan kepalanya ke samping. "tapi ... kenapa kau jadi terlihat begitu sopan padaku? Sebelumnya hanya berbicara tanpa sopan santun."
Yah, sifatnya memang sedikit ... em, apakah harus disensor?
"Jika Putra Mahkota lebih suka saya berbicara tak sopan seperti itu, maka tidak apa. Saya akan berbicara seperti yang Putra Mahkota sukai," ujar Ilona dengan senyum ramah.
Baiklah. Tak bisa disangkal bahwa rambut perak bergelombangnya yang paling menarik. Jarang ditemukan.
Kaesar melunturkan senyum tipisnya. "Terserahmu."
"Terima kasih." Ilona memberikan hormat.
Tanpa terasa, suasana di luar mereka berdua cukup canggung. Beberapa pengawal Kaesar pun merasakan yang serupa. Juga dengan yang mendampingi Ilona. Mereka ... cukup gugup.
Tidak. Sepertinya, bahkan para bangsawan yang berada di jalan ini juga memusatkan perhatiannya.
Sang putra mahkota. Hal yang cukup langka menemuinya, terlebih pada sebuah ... pusat perbelanjaan. Mereka dapat membicarakannya ke orang-orang. Mengatakan bahwa baru saja melihat Kaesar secara langsung.
Yah, para bangsawan cukup suka berbagi berita ataupun informasi menarik.
"Mau ikut denganku?"
Ajakan yang tidak pernah diduga. Bahkan Ilona belum memperkirakannya.
[Apa? Tunggu. Putra mahkota itu baru saja ... mengajakku?]
"Di mana?"
"Toko senjata. Jika Putri Barenice ini mau." Kaesar menatap dingin.
[Lelaki ini mau bermain-main rupanya.]
Ilona mengangguk pelan.
Tidak ada seorangpun pendamping Ilona yang ikut serta. Hanya beberapa pengawal Kaesarr, yang mungkin dua orang.
Masuk ke dalam toko senjata, ini pertama kali bagi Ilona.
Toko klasik dengan semuanya dominan cokelat tua maupun hitam. Gelap, dan sederhana.
Berbagai senjata terpajang rapi. Mulai dari ketapel hingga pedang tajam. Peralatan keamanan seperti baju zirah atau pelindung pun juga tersedia.
Seorang pria sederhana yang ramah adalah pemilik toko ini.
Dari pengamatan Ilona, tidak heran jika pemilik toko sempat terkejut. Menurut analisis, tampaknya toko senjata ini sepi. Tak banyak orang yang berkunjung membeli. Itu karena kebanyakan pusat ini didatangi oleh para bangsawan wanita. Bukan bangsawan pria.
Biasanya, para bangsawan juga telah memiliki langganan mereka sendiri. Membeli senjata di toko seperti ini, sangat ketinggalan zaman. Begitulah cara Ilona menyimpulkannya.
"Kau mau membeli pedang?" Suaranya sinis. Kaesar menatap ke arah Ilona tanpa ekspresi.
Ilona menggelengkan kepalanya. "Siapa yang akan membeli pedang? Aku tidak suka. Pedang terlalu mencolok dan sangat sulit dibawa. Itu merepotkan."
[Terlebih perlu kekuatan tangan dan pergelangan yang besar. Bisa kebas nanti.] Dia mengimbuhkan tanpa bersuara.
Aneh. Kaesar malah terdiam dan mengubah tatapannya. Apa ada yang salah dari kalimat Ilona? Perempuan itu hanya mengatakan sebisanya dan menurut pendapatnya.
Kaesar berjalan ke arah lain, diikuti oleh pemilik toko senjata ini. Aktivitas biasa dilakukan kembali, seraya Ilona penasaran untuk memilih-milih senjata ...?
Sebenarnya hal ini tidak berguna. Dirinya masuk ke novel romansa, bukan aksi. Namun, meski begitu ... persiapan memang perlu.
Beberapa waktu setelahnya, Ilona dan Kaesar selesai. Mereka keluar dari toko antik tersebut. Kembali ditemani oleh dua pengawal.
"Pada akhirnya Putri Barenice hanya menemaniku, rupanya," celetuk Kaesar.
Ilona menggeleng. "Tidak." Mengambil alih kembali perhatian Kaesar dan tertuju padanya.
"Saya juga membeli, sebuah belati." Ilona mengeluarkan belati dari belakang gaunnya. Menunjukkan belati kecil dan sederhana. Tak ada perhiasan apapun yang memoles, tetapi sebuah ukiran mistis di ujungnya terlihat.
"... aku tidak melihatnya tadi."
"Aku membayar belati ini sendiri," balas Ilona.
Lalu keduanya berjalan. Ini adalah pusat perbelanjaan bagi para bangsawan. Karena semuanya boleh dimasuki berdasarkan kasta.
Di sini, sangat bersih dan jauh lebih sepi. Ketimbang pasar ramai yang dulu pernah Ilona kunjungi.
Semuanya tertata, dan jauh lebih elegan. Cara para bangsawan berjalan dengan beberapa pendamping. Menggunakan gaun indahnya yang tak akan takut kusut. Semuanya memiliki kualitas tinggi.
"Sepertinya tempat-tempat yang cukup ramai, sudah tidak aman lagi." Ilona berujar secara tiba-tiba. Dengan cara jalannya yang masih dipertahankan begitu elegan. Ujung topinya kembali ia tarik sedikit ke bawah, menghindari sinar matahari.
Kaesar terlihat tidak peduli. Sama sekali tidak menengok dan terus menatap ke depan. Namun, lelaki itu merespon. "Kenapa?"
Ujung bibir Ilona terangkat. "Karena banyak orang-orang misterius berjubah hitam, di sini."
Kaesar menghentikan langkahnya. Tatapan itu langsung dirinya arahkan pada Ilona. Pandangan yang berbeda. Namun, ekspresi itu semakin lama berubah tenang. Ah, mungkin karena ingin menjaga ekspresi saja. Dia kan, putra mahkota.
"Kau sangat memperhatikan sekitar," ucapnya.
Ilona mengangguk. Ia mengatakan imbuhan 'di sini', untuk menyatakan, bahwa di sekitar ini pula; kemungkinan ada.
"Karena mereka semua menggunakan lambang yang sama. Jadi, mudah bagiku menyimpulkan."
Pernyataan Ilona kembali membuat Kaesar terdiam. Rasanya senang saat melihat lelaki yang biasanya menyindirnya, memberikan ekspresi seperti itu.
"Mengapa Putra Mahkota hanya terdiam?"
Ilona berjinjit. Berbicara pelan di dekat telinga Kaesar. Dirinya berbisik, "apa ... kau yang membuatnya?"
Perempuan itu kembali berdiri seperti semula. Rambut perak bergelombang indahnya bergerak dengan hembusan angin.
"orang-orang berjubah hitam itu," lanjutnya kemudian.
Ilona menatap ke lain arah. Sepertinya Kaesar tidak mau menjawab..
"Tidak apa-apa. Lagipula, aku juga tidak tahu apa tujuan dibuatnya."
"Kalau begitu, saya permisi." Ilona berbalik menatap ke arah Kaesar.
Di mana yang katanya putra Barenice begitu polos? Bahkan sekarang, wajahnya sungguh berbalik sifat. Dia terlihat kuat juga cerdik. Layaknya para karakter strong female di novel maupun film.
Jika melihat seorang Ilona, maka yang paling mencolok adalah rambut perak bergelombangnya. Namun, kali ini di atasnya dihiasi oleh topi bangsawan. Menambah sosok elegan dan cerdik.
"Terima untuk hari ini, Putra Mahkota." Ilona memberikan hormat. Sebelum akhirnya perempuan itu berbalik pergi. Dengan salah satu ujung bibir terangkat puas.
Ah, entah sejak kapan Kaesar terus diam. Semakin lama ... dirinya semakin penasaran dan tertarik. Akan perempuan beraura misterius dengan rambut perak bergelombangnya.