Wilayah Kerajaan Luchifer adalah tempat yang damai. Dapat dikatakan jarang terjadi sebuah kejahatan, ataupun konflik lain yang dapat membuat rakyat ketakutan.
Ya, itu sempurna. Pemerintahan yang tidak kurang, tetapi juga tidak begitu baik. Berada dalam posisi normal.
Bangsawan yang paling dekat dengan Kerajaan Luchifer, ialah Duke Frederick. Keduanya bahkan sudah berteman sejak lama.
Kerajaan Luchifer yang akan mengatur beberapa pemerintahan serta hal-hal lain. Sedangkan Duke Frederick, mengurusi permasalahan konflik berat. Ya, seolah mereka hanyalah berlindung kepada Frederick saja. Kemudian menatap ke arah rakyat layaknya pemimpin.
Di dalam novel pun, semua masyarakat dan bangsawan-bangsawan lain mengetahui akan hal tersebut. Itulah sebabnya, diceritakan bahwa Duke Frederick serta keluarganya begitu dihormati.
Tak heran, bahwa Ramos menjadi tokoh utama pria dalam cerita. Selain sifatnya yang disukai dan ketampanannya, pria itu memiliki kedudukan tinggi di mata masyarakat.
Ilona dan Ramos telah sampai. Keduanya turun dari kereta kuda. Menatap ke arah bangunan luar biasa megah di depan sana. Bahkan mengalahkan ekspetasi Ilona sendiri.
[Ini adalah Kerajaan Luchifer? Sungguh? Semegah dan semewah ini?]
Ilona tak percaya. Dirinya kagum melihat bangunan bertingkat dengan banyaknya menara itu menjulang gagah. Sebuah pemandangan yang mengalahkan castle impian Ilona selama bertahun-tahun lamanya.
Ini sungguh luar biasa. Bahkan bangunan termegah di negaranya dulu, dapat kalah begitu saja.
[Akan dapat berapa jika aku menjual Kerajaan ini?]
Tidak. Abaikan pikiran konyol yang tiba-tiba lewat itu. Meski, memang pada dasarnya Ilona … tertarik.
Oh, ayolah. Siapa yang tidak tertarik dengan sebuah Kerajaan super megah itu menjulang? Berdiri penuh keberanian di hadapannya. Bahkan bendera yang berkibar di beberapa ujung menara itu tampak menantang.
Beberapa lelaki berseragam zirah itu datang menyambut pada area halaman Kerajaan. Ilona yakin, bahwa mereka merupakan prajurit, pengawal, atau sebagainya.
Entahlah. Ia hanya tidak tahu cara menyebutkannya di Kerajaan ini.
Mereka terlihat ramah, dengan masih membawa jiwa kehormatannya sebagai para pelindung Kerajaan.
Salah satu dari mereka membungkukkan badan kecil, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya.
Sementara beberapa saat setelahnya, Ramos menjawab dengan mengangguk.
Ilona? Perempuan itu tentu hanya akan ikut-ikut saja. Sadar bahwa dirinya sangat asing di sini.
"Selamat pagi, Lord Ramos Frederick. Selamat datang ke Kerajaan Luchifer. Saya berharap Anda puas dengan pelayanan kami nantinya." Dia— seorang lelaki tegap berbadan besar berbicara dengan Ramos secara hormat. Tampaknya merupakan yang paling tinggi pangkatnya, dari beberapa prajurit lain di sini.
Ramos menganggukkan kepalanya. Namun, pria itu sama sekali tak membalas dengan seaptah kata.
Sementara … lelaki tegap tadi beralih menatap ke arah Ilona. Lirikannya pelan, seakan mengetahui bahwa mungkin saja— Ilona lebih tinggi pangkatnya dari dia. Meski, jika yang datang bersama Ramos, sudah pasti seperti itu.
Dia menatap cukup heran. Seolah sedang mencari tahu siapa perempuan cantik dengan gaun menawan yang datang di sisi seorang Putra Duke Frederick. Ada tanya tanya dalam tatapannya.
Tapi, itu terjadi tak lama. Karena setelahnya ia langsung kembali mengalihkan tatapan. Setelah mendapati tatapan balik Ilona yang tanpa sengaja bertemu dengannya. Perbuatan tidak sopan, begitulah pikir pria tegap tersebut.
Ramos menyadari. Menyadari akan kebingungan serta ketidaktahuan para prajurit mengenai Ilona.
Ya, itu sangat wajar. Putri dari Count Barenice satu ini memang begitu jarang keluar dari kediamannya. Terlebih, bahkan tempat tinggal mereka berada jauh dari wilayah Kerajaan.
Ilona tidak pernah menyapa, pergi ke luar, sekedar berbelanja, dan hal-hal lain lagi. Tuan Count juga bukan seorang bangsawan terkemuka, yang akan selalu ke Kerajaan untuk sebuah kepentingan.
"Dia Ilona Barenice, putri dari Count Barenice." Ramos memperkenalkan. Sadar bahwa beberapa orang tak mengenali perempuan di dekatnya.
Lantas— prajurit berbadan tegap tersebut langsung mengangguk semangat. Mengapreaiasi jawaban Ramos, dan tak ingin membuat pria berseragam bangsawam itu marah.
"Selamat datang, Putri Barenice. Saya berharap Anda juga akan puas dan menikmati pelayanan kami, di Kerajaan Luchifer." Lelaki berbadan tegap itu menundukkan kepalanya, beserta prajurit lain.
"Y–ya …." Ilona balas mengangguk secara gugup. [Bukankah … ini terlalu formal?]
Meski begitu, Ilona tetap mengikuti alur yang disajikan. Dirinya dan Ramos diajak masuk ke dalam bangunan megah yang sejak tadi menjadi pikiran.
Nyatanya, tak hanya luar bangunan saja yang megah. Bahkan dalamannya pun begitu luar biasa.
Bukanlah terbuat dari bahan-bahan bangunan modern. Namun, bahan bangunan Kerajaan ini tampak begitu kokoh dan nyaman dipandang.
Bahkan, Ilona yakin dapat berkali-kali lipat lebih luar biasa dari bangunan termahal di kotanya, semasa hidup dulu.
Sungguh, dari apartemen termahal pun, akan kalah dengan sendirinya. Kalah dengan semua furniture mengagumkan yang ada dalam Kerajaan Luchifer ini. Semuanya berukuran besar.
Ilona yang sejak tadi hanya mengikuti jalannya dan berada di dalam Kerajaan, beberapa kali menahan napas. Merasa perjalanannya menegangkan dan begitu penuh rasa hormat. Layaknya dirinya merupakan tamu undangan perdana resmi, yang akan hadir pada upacara penting.
Sebuah aula tertutup.
Ya, tanpa terasa Ilona dan Ramos telah berada di sini.
Bahkan beberapa prajurit yang sejak tadi menemani secara hormat, kini telah berbaris rapi— di belakang keduanya.
Ini adalah ruang singgasana. Sebuah ruangan luar biasa luas, yang dapat menampung ratusan bangsawan.
Terdapat karpet merah yang digelar sejak pertama kali masuk, hingga ke … depan sana. Lurus di hadapan Ilona serta Ramos.
Seperti nama ruangannya.
Terdapat sebuah singgasana di depan sana. Kursinha megah dan emas mengkilap. Entah memang emas asli, atau hanya tiruan yang dibuat serupa.
Namun, tidak.
Tidak ada yang menduduki singgasana utama itu sama sekali.
Seorang lelaki. Ya, lelaki berseragam bangsawan dengan penuh pernak-pernik permata. Tampak seumuran dengan Ramos. Ia berwibawa, tetapi memiliki aura serta pembawaan misterius. Rasanya membuat orang-orang sekitar tercengkam, bahkan tanpa ia bertindak.
Duduk di sebuah kursi singgasananya, tepat pada samping kiri kursi singgasana utama yang kosong.
Bahkan keberadaannya dapat membuat singgasana sederhana itu menjadi sesuatu yang dikagumi.
Tatapannya tajam dan dingin pada saat yang bersamaan. Kedua bola mata berwarna gelap itu sungguh dapat membuat Ilona terbuai hanya dalam pertemuan pertama. Rambut hitamnya yang berantakan menambah sosok liar.
Ilona menggigit bibir bawahnya kecil kala tersadar. [Seram ….] Itulah yang dirinya pikirkan.
"Bagaimana kabarmu, Lord Frederick?"
Ilona berdiri membeku.
Suaranya … santai. Namun, memiliki suatu penekanan yang berbeda. Terdengar serak tetapi jelas.
Ramos mengangguk. "Seperti yang kau lihat, Putra Mahkota."
"Tidak baik-baik saja?"
Ramos mendongak. Menatap ke arah sang putra mahkota di singgasananya. "Maksudmu?"
"Kau terlihat kesal, Lord Frederick. Kurasa itu adalah kabarmu, seperti yang kulihat."
"Bukankah biasanya aku juga seperti ini?" Ramos mengatakannya demgan nada kesal.
Ilona cukup diam mendengarkan.
[Putra Mahkotanya … cukup menyebalkan, ya, ternyata.]