Chereads / Memanfaatkan Tokoh Pria / Chapter 24 - Ayam Bakar Pedas

Chapter 24 - Ayam Bakar Pedas

"Putri dari Count Barenice yang kudengar, adalah seseorang yang lugu dan lembut. Tapi, mengapa sepertinya kau berbeda dari yang kudengar?"

Bibir Ilona yang sedari tadi terbuka, mulai mengatup perlahan. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang benar-benar tertuju pas padanya.

Itu tajam, dan sangat tepat.

Bagaimana Ilona harus menjawab pertanyaan itu?

Tanpa terasa, jari-jemari Ilona yang saling bertaut— gemetar kecil. Suhu tubuh yang menjadi semakin dingin membuatnya bertambah gugup.

Ramos melirik sekilas. Memperhatikan perempuan yang duduk di hadapannya langsung berubah ekspresi. Tidak bisa disembunyikan, semua gerak-geriknya menunjuk ke arah yang tak seharusnya.

"Oh, lupakan saja. Lagipula, itu tidak sangat penting." Ramos mengakhiri sesi mendebarkan tersebut. Sengaja ia akhiri, meski dalam pikirannya terus bertarung mengenai banyak hal.

Ilona mengangguk pelan. Namun, dia tidak menjawab apapun. Rasanya masih menakutkan dan ... menghantuinya.

Sepanjang perjalanan, situasi di dalam kereta kuda menjadi sunyi. Tidak ada yang berniat berbicara, atau sekedar bergumam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing secara diam.

Ilona yang berpikir akan tidur sejak tadi, telah ia urungkan. Ia terus terjaga dan duduk diam secara tenang.

Sampai, Ilona merasa bahwa tujuan keduanya telah semakin dekat. Perempuan itu melihat melalui jendela sampingnya, menatap bahwa di depan sana; sebuah tempat keramaian terlihat.

Semakin dekat, dan semakin dekat.

Kereta kuda berjalan semakin cepat pula. Dua ekor kuda kuat tersebut pasti juga ingin untuk segera istirahat. Begitu juga dengan seorang kusir di depan sana.

Langkah kaki dua pasang kuda yang sejak tadi terasa kuat menghantam tanah, kini berhenti. Tampaknya perjalanan dengan kereta kuda ini telah selesai. Ramos turun dari kereta kuda, disusul oleh Ilona.

Ini masihlah kawasan hutan. Tapi, tidak selebat dengan sebelumnya— saat di sepanjang perjalanan. Tempat ini seperti merupakan ujung sebuah hutan yang panjang.

Ada beberapa pohon, tetapi letaknya berjauhan. Itu pun dapat dihitung dengan jari. Selebihnya, adalah area tanah luas. Artinya, Ilona telah sampai di perbatasan wilayah Kerajaan.

Di depan sana, sebuah pembatas mirip gapura berdiri. Lebarnya bahkan dapat dimasuki oleh tiga kereta kuda raksasa. Itu seperti pintu masuk menuju wilayah Kerajaan. Sebuah gapura kokoh yang tinggi menjulang.

Lalu di dalam gapura terbuka tersebut, sebuah kerumunan lebat yang sejak tadi menarik perhatian. Orang-orang berlalu-lalang di sana. Tidak tahu karena apa.

"Ayo." Ramos meraih tangan kanan Ilona dan menggenggamnya. Kemudian menggandeng untuk berjalan masuk melewati gapura.

Ilona gugup, kini dirinya tak lagi dapat leluasa seperti sedia kala. Ia tak tahu harus melakukan apa, Ilona bahkan mulai menggigiti bibir bawahnya sendiri.

"Em ... lalu, bagaimana dengan kereta kudanya?" Dia memberanikan diri tuk bertanya. Setelah dapat menyamai langkah kaki pria di sampingnya tersebut.

"Seperti yang aku bilang, kita akan berjalan-jalan di sini sebentar. Kemudian melanjutkan perjalanan." Ramos menghentikan jalannya. Ia menatap ke arah Ilona— yang langsung menampilkan raut wajah gugup. Kedua mata perempuan itu berusaha menghindar. "kau juga pasti lapar, bukan?" Ramos melanjutkan.

Ilona mengangguk, dirinya tak menyangkal. Ia memang lapar, dan tampaknya ... perbatasan wilayah Kerajaan ini merupakan sebuah pasar ramai. Terdapat beberapa stand makanan, perhiasan, barang-barang, pakaian, dan hal-hal lain lagi. Semuanya tercsmpur, tetapi juga tertata.

"Bagus. Karena itulah, aku mengajakmu ke Pasar Ramai. Kau bisa membeli apa saja yang disuka," ucap Ramos.

[Apa saja yang aku suka? Bukankah ... itu terlalu berlebihan dan menyenangkan?]

"Te–terima kasih." Ilona tersenyum tipis.

Pria itu sedang berusaha untuk kembali memperbaiki hubungan. Dia pasti sadar dengan beberapa kelonggaran setelah di kereta kuda tadi, terdapat sebuah insiden.

Terlebih, saat sifat Ilona langsung berubah secara total. Itu membuat Ramos merasa bersalah. Sehingga, ia melakukan beberapa hal, agar perempuan itu tak lagi canggung dengannya. Terasa tidak enak ketika kedua orang yang cukup dekat mulai berjauhan.

"Kau ingin membeli apa?" Ramos bertanya, ketika keduanya berjalan melewati beberapa orang yang berlalu lalang. Mereka semua pasti sibuk, hingga tidak sadar, bahwa seorang putra Duke berada di sini.

"Em ... di sana?" Ilona terus berjalan ke arah sebuah stand makanan yang sejak tadi menarik perhatiannya.

Sementara Ramos di belakang, terus menggenggam tangan Ilona di depannya yang mulai berjalan cepat. Tempat ini cukup ramai. Pria itu tidak ingin Ilona sampai hilang. Mengingat sepertinya, perempuan itu bahkan belum pernah pergi ke sini.

Sebuah stand makanan yang Ilona cari merupakan stand makanan yang begitu sepi. Bahkan tak ada yang membeli sejak tadi. Sampai akhirnya Ilona memilih untuk melihatnya.

[Tidak. Ini sungguhan?]

Ilona memasang wajah tidak percayanya. Sebab, ini tidak wajar.

[Ada ayam bakar pedas ada di sini?!]

[Apa yang terjadi?]

Beberapa pikiran terus muncul di kepala Ilona. Semuanya berputar-putar dan mengerubunginya jadi satu. Ini seperti tidak masuk akal. Ilona tidak pernah membaca ada sebuah ayam bakar pedas di era ini. Terlebih, Ilona kenal dengan saosnya. Itu adalah saos merek terkenal yang selalu menjadi perbincangan di ibu kota.

"Ilona? Kau akan membeli ini?" tanya Ramos yang telah berada di samping Ilona.

Ilona mengangguk pelan. "Y–ya ...." Kemudian menatap ke arah wanita penjual ayam bakar pedas tersebut. Ia tampak sederhana dan ramah dengan senyumnya. Sehingga, Ilona ikut tersenyum.

"Saya akan membelinya. Lima, ya," ucap Ilona.

Wanita penjual itu tampak senang dan segera menyiapkannya.

Tidak lama sampai Ilona mendapatkan pesanannya. Lima buah potong ayam bakar pedas, yang dibungkus oleh kantong kertas.

Ramos adalah orang yang membayarnya. Sehingga, keduanya dapat melanjutkan jalan, dan berhenti pada sebuah lahan kosong dengan rerumputan hijau. Ada di ujung gang pasar ramai tadi. Setelah melewati gang panjang, mereka sampai di tempat berlahan luas. Ini seperti tempat untuk warga tinggal. Perkampungan.

Tapi, letaknya cukup jauh dari perkampungan.

Ramos dan Ilona duduk pada sebuah kursi taman panjang yang terbuat dari kayu. Ilona membuka pesanan ayam bakar pedasnya tadi, dan membagi salah satunya pada Ramos.

Ketagihan, Ramos meminta lagi. Tapi setelahnya, sudah.

Karena, Ilona berhasil menghabiskan tiga potong ayam bakar pedas sendirian. Tak ada yang tersisa lagi.

"Ini makanan paling lezat yang pernah kumakan." Ramos mengatakannya secara takjub. Ia jujur, dan terlihat kedua bola matanya yang mulai membola.

Sementara, Ilona ikut menganggukkan kepala. Dulu, dirinya hanya pernah mencoba ayam seperti ini tiga kali saja. Tapi, sekarang dia dapat memakannya tiga sekaligus.

[Apa seharusnya, aku meminta uang pada Ramos, dan kugunakan untuk membeli stand makanan tadi? Ini adalah langka!]

Ilona berpikir. Tampaknya, hanya ayam bakar pedas ini yang rasanya benar-benar tetasa. Tak seperti makanan lain di sini, yang terasa hambar.

"Ramos—"

"Ilona, apa kau lihat bangunan itu?"