"Aku akan mengambilkannya." Ramos berjalan ke arah sapu tangan yang terjatuh.
"Hem?"
Reyhan menatap ke arah danau. Kedua bola matanya yang polos seolah tertarik akan sebuah hal besar. Rasa penasaran terus menghantuinya.
Hingga dengan senyum lebar, anak kecil itu berlari melompat ke danau.
Suara ceburan air terdengar hingga ke area tamu yang tak jauh. Ditambah firasat Jessica sebagai ibu— yang langsung berlari menuju danau.
Sementara, Ramos berdiri membeku. Menyaksikan bagaimana anak kecil yang tersenyum dan melompat ke danau. Sapu tangan di tangannya terjatuh, waktu berputar sangat lambat. Namun, kedua kaki pria itu ikut membeku. Ia tidak bisa menggerakkannya layaknya seperti biasa.
[Yes!]
Kali ini, Ilona akan menjadi super hero.
Suasana riuh penuh teriakan. Kemudian tangisan Jessica yang tak berhenti.
Ilona dengan cepat dan percaya diri berlari menuju danau. Mengagetkan dan membuat mulut semua orang ternganga; saat Ilona melompatkan diri ke genangan air tenang sedalam lautan.
"Aaaaa!"
"Tidak!"
"Apa yang dilakukan putri dari Count Barenice itu?"
"Bagaimana ini?"
Di saat yang lain hanya terkejut dan sibuk terkejut. Di situlah, seorang tokoh utama wanita bekerja keras.
Ia menangkap tangan Reyhan dan memeluknya. Anak kecil yang sejak tadi terus berusaha meminta diselamatkan.
[Oh. Tidak.]
Ilona ingat satu hal.
Danau ini, sangat dan sangat dalam.
Tapi, Ilona lupa satu hal.
[Aku, 'kan, visa berenang.]
Karena setelahnya, Ilona benar-benar berenang seraya memeluk Reyhan. Ia melakukannya seperti apa yang dilakukan para perenang profesional yang selalu muncul di layar televisi besar— ibu kota.
Ilona bahkan membawa Reyhan dan dirinya sendiri naik dari danau sendirian. Itu karena, orang-orang terkejut tadi cukup lambat untuk bertindak. Mereka berjalan ke arah Ilona, di saat perempuan itu sendiri telah menyelesaikan semuanya.
"Reyhan, Reyhan. Anak mama. Kau tidak apa-apa?" Jessica menahan tangisnya. Wanita itu langsung mengambil alih Reyhan dan memeluknya. Ia sangat khawatir. Yah, tentu. Itu memang wajar.
Kini, gaun indah merah muda yang sejak tadi mekar, jadi basah kuyup. Bahkan rambut pirang indah terurai, ujung-ujungnya meneteskan air. Entahlah, Ilona tidak tahu apakah wajah tokoh utamanya masih cantik. Tapi, perempuan itu berharap yang terbaik.
"Nona Barenice, apa Anda tidak apa-apa?" Dia adalah Geyra Prombos— bangsawan dari Viscount. Ia adalah orang yang tadi juga sempat berbincang dengan Ilona.
"Saya tidak apa-apa, Nyonya Viscountes. Terima kasih." Ilona tersenyum dengan ramah.
Namun, tatapannya kemudian ia alihkan ke arah sana. Di mana Ramos masih berdiri menatap ke arah Reyhan— yang mendapatkan penanganan cepat.
[Ganteng. Tapi, gak bisa berenang.]
Ilona mengejek dalam hatinya. Tapi, kemudian ia merasa kasihan. Oke, lah. Mungkin pria itu trauma.
Sementara, Ilona melihat bahwa sebagian besar anggota keluarga Duke Frederick telah kembali ke kediaman. Mereka tampaknya mengikuti Reyhan, yang saat ini dialihkan ke kediaman Duke, dan meninggalkan danau tempat acara.
Albert datang pada Ilona. Pria dingin itu menawarkan diri untuk mengantarnya kembali ke kediaman Duke. Seperti yang sempat Tuan Duke sendiri sarankan.
Akan tetapi, Ilona menolaknya.
"Aku akan kembali nanti. Oh, lalu ... bagaimana dengan dia? Ma– maksudku, bagaimana dengan Tuan Ramos?" tanya Ilona.
Albert menunjukkan wajah semakin tak mengenakkan. Seolah, pria itu tidak ingin memberi tahu lebih lanjut.
"Baiklah ...." Ilona membalikkan badannya. Ia lebih memilih menghampiri Ramos sendirian, daripada harus meminta izin kepada si Albert.
Tapi, pergelangan tangannya yang dicekal oleh Albert menghentikan langkah Ilona. Perempuan itu menoleh ke belakang dengan wajah terkejut. Tidak. Yang ada di pikirannya adalah; bagaimana bisa Albert yang dingin itu menghentikannya? Menghentikan Ilona yang termasuk bangsawan sedang.
"Saya bilang, Anda tidak boleh mendekati beliau." Suara Albert dingin, sama seperti biasanya.
Namun, Ilona tak lebih dari terkejut. Perempuan itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Ya. Lalu?" Ia menantang.
Cukup puas saat melihat bagaimana wajah Albert— yang sedikit mengerut. Pria itu mungkin saja tengah menahan amarah.
"Mengapa Anda ini begitu percaya diri? Hanya karena, Anda diperbolehkan untuk tinggal di kediaman Duke Frederick. Saya harap, Anda mengerti. Bahwa Tuan Ramos saat ini, tidak ingin diganggu," jelas Albert setengah kesal. Kesabarannya hampir saja ditembus. Pria itu berakhir dengan menghembuskan napas panjang. "tolong untuk mengerti," lanjutnya.
[Ayolah. Bukankah aku ini tokoh utama? Sepertinya, Ramos tidak akan keberatan jika aku menghampirinya.]
Ilona ikut kesal. Terlebih, saat cengkaraman Albert di pergelangan tangannya belum juga dilepaskan.
Terpaksa, perempuan itu menatap ke arah Ramos yang berdiam diri di depan. Kemudian Ilona berteriak, "Tuan Ramooos! Apaaaa Andaaa tidak apa-apaaa?"
Tidak hanya Ramos dan Albert saja yang terkejut mendengarnya. Tapi, beberapa prajurit lain juga ikut terkejut. Suara Ilona ... sungguh keras.
Adalah sebuah hal baik, di mama saat ini, semua tamu bangsawan telah pulang. Sehingga, mereka tidak akan melihat adegan yang baru saja terjadi. Juga, tidak akan membuat rumor ataupun gosip mengenai 'Putri dari Count Barenice yang berteriak dan memanggil Putra dari Duke Frederick secara tidak sopan'.
Jika benar akan ada gosip seperti itu, sudah pasti Ilona tidak akan tahu lagi. Bisa-bisa, satu keluarga di kediaman Barenice langsung datang ke mari, untuk menjemput Ilona. Sekaligus meminta maaf.
"O–oh ...."
Ilona dapat melihat bagaimana suara 'oh' itu keluar dari mulut Ramos. Pria itu kemudian berjalan mendekati Ilona, dengan masih wajah yang bingung.
[Apa ... suaraku memiliki damage sebesar itu? Mungkin saja. Tokoh utama biasa memilikinya.]
Ilona berpikir positif.
"Ada apa, Nona Ilona?" tanya Ramos. Suaranya yang dalam sama seperti biasanya, tampak tak berubah. Terlebih intonasi serta nada yang masih sangat familier.
Ilona menatap ke arah pergelangan tangannya yang masih dicengkeram.
Mengikuti arah mata Ilona, Ramos juga melihat ke arahnya.
"Tuan ini terus mencengkeram saya dan memarahi saya. Beliau juga beberapa kali mencaci maki saya," ujar Ilona sendu. Suara tokoh utama wanita yang lembut, kini menggetarkan hati Ramos.
Sementara Albert yang sejak tadi menatap keduanya, belum mengerti penuh. Tapi, ia beberapa kali menggelengkan kepalanya.
Terutama, saat mendapati Ramos yang memberikan tatapan tajam ke arahnya. Itu seakan langsung membuat Albert yang dingin mematung di tempat.
"Lepas." Suara dalam penuh penekanan Ramos berikan. Juga tatapan yang sejak tadi mengintimidasi Albert.
Albert tergagap. Ia langsung menjauhkan diri dan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Ilona.
Ilona yang melihatnya, tersenyum senang. Ia menatap ke arah Ramos kembali. Kemudian memeluknya hangat. Memeluk pria berseragam bangsawan, yang postur tubuhnya luar biasa.
"Terima kasih, Ramos," kata Ilona. [Ini benar aku hanya tinggal seperti ini, bukan?]
Ragu, tetapi akhirnya Ramos mengangguk. Ia bahkan berdehem, dan menutupi wajahnya dengan salah satu telapak tangan. "Y–ya."
[Apa yang baru saja aku lihat] — Albert