[Mereka … sungguh menyebalkan.]
Ilona mengatakannya dalam hati. Berusaha untuk menata serta menjaga wajah tokoh utama yang ia masuki. Bagaimana jika ada yang melihat, seorang Ilona bergumam tidak jelas seperti itu? Terlebih, menyangkut akan Putra Duke Frederick. Sudah pasti dirinya akan menjadi pembicaraan di pesta ulang tahun Reyhan.
"Em … kalian ternyata dekat, ya." Sekali lagi, Ilona melemparkan pertanyaan tuk memulai pembicaraan. Ia bahkan berjalan mendekati Ramos yang tengah menggendong Reyhan.
Pria itu menganggukkan kepalanya. "Seperti yang Anda lihat, Nona."
"Haha." Ilona tertawa pelan. [Pria ini sungguh … membuatku semakin kesal.]
"O–oh, hai, Reyhan. Em … maksud saya— yah, halo, Reyhan. Siapa nama Anda?"
Ilona kembali membuka percakapan. Kali ini, ia tunjukkan kepala anak kecil yang akan berulang tahun tersebut. Sejak tadi dirinya hanya diam di dalam gendongan Ramos.
"Nona lucu." Dua kata keluar dari mulut kecil Rayhan. Jarinya menunjuk ke arah Ilona, kemudian tertawa renyah. "pasti sering melakukannya (membuat lelucon)," lanjut Reyhan.
Setelah Reyhan tertawa, kini gantian dengan Ramos. Pria itu menahan senyumnya dengan cara mengalihkan pandangan ke danau. "Reyhan, kau tidak boleh melakukan hal tak baik begitu pada Nona Ilona."
[Hal tak baik padaku? Maksudnya, dia baru saja menekankan kembali bahwa; Reyhan mengejekku?]
Jika tidak ada orang, maka yang akan Ilona lakukan adalah; menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setahu Ilona, tokoh utama pria di novel ini, tak seperti Ramos sifatnya. Ilona tidak pernah membayangkan akan sifat pria itu, sebelumnya.
"Aha ha, iya, ya. Sepertinya, saya tadi terlalu gugup," ucap Ilona. "saya izin ke sana dahulu."
Setelahnya, dia benar-benar lebih memilih pergi menuju ke dekat meja berisikan makanan. Berada di samping pohon yang rindang menaungi.
Perempuan itu menghembuskan napas pelan. Hanya sejenak. Karena, ia tahu. Bahwa bisa saja ada orang yang melihatnya. Padahal, Ilona saat ini merupakan putri dari Count Barenice.
Ada satu hal, yang Ilona ingin lakukan.
Ketika membaca novel, ada adegan pada saat Ramos menceritakan beberapa hal pada Ilona. Salah satunya, adalah saat Reyhan— putra dari Jessica tersebut tercebur ke dalam danau, pada saat ulang tahunnya ke-3.
Tidak tahu bagaimana kabar anak itu selanjutnya dalam novel. Karena tidak lagi diceritakan.
Waktu berubah, bahkan alur pun berubah. Tidak pernah ada alur mengenai Ilona yang menginap di kediaman Duke Frederick.
Jadi, karena hal inilah, Ilona terkadang merasa khawatir. Tanpa sadar, dirinya malah melakukan hal yang ia inginkan, sebab enggan untuk berada di kediaman Barenice.
Alur berjalan dengan cepat serta alur yang berubah. Ilona begitu berharap, agar meskipun semua ini terjadi, ending akan tetap sama.
Tidak perlu Ilona bahagia dengan Ramos seperti pada novel.
Ilona hidup bahagia pun, sudah terasa jauh lebih baik baginya.
Itu berarti, saat ini, akan terjadi sebuah hal seperti pada novel. Reyhan tercebur di danau, kemudian … tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi.
"Jika aku menolongnya, dan menjadi pahlawan, apa yang nanti kudapatkan?" Ilona bergumam pelan seraya berpikir. "Jessica mungkin akan berterima kasih padaku."
Perempuan itu tersenyum setelahnya.
Dia merasa senang, kemudian ikut bergabung dengan beberapa bangsawan lain. Meski mereka pasti lebih tinggi kedudukannya dari pada Barenice.
Ya, Ilona hanya tinggal mencari bangsawan yang terlihat baik hati saja untuk mengobrol. Lagipula, mereka pasti tidak akan macam-macam terhadap Ilona.
Sebab, berita tentang putri Barenice yang tinggal sementara di Kediaman Duke Frederick, telah mengejutkan banyak orang.
Sudah pasti mereka tidak akan melakukan hal-hal aneh terhadap Ilona. Di mana perempuan itu, saat ini, memiliki keterkaitan dengan Duke Frederick.
Tanpa terasa, bangsawan yang datang semakin bertambah jumlahnya. Ada lebih dari dua puluh, jika Ilona menghitung dalam angka satuan.
Acara yang sejak tadi terasa ringan pun, sudah mencapai pada akhir-akhirnya. Pembukaan telah dilakukan, kemudian potong kue juga sudah. Ya, sebenarnya hampir sama dengan beberapa acara ulang tahun di kehidupan Ilona.
Awalnya Ilona tersenyum. Ia senang, bahwa dirinya ternyata cukup pintar. Ia memiliki ide untuk membuat Jessica, setidaknya menjadi baik padanya. Caranya adalah; hanya dengan menolong putra Jessica yang nanti akan tercebur ke danau.
Tapi, satu hal masalah.
[Aku ... tidak tahu kapan anak itu tercebur.]
[Sehabis foto keluarga, kah? Tidak, tidak. Tunggu, di sini ada kamera? Em ... atau setelah acara, baru dia tercebur?]
Ilona berkutat di dalam pikirannya. Jika timing tak pas dan Ilona sendiri lengah, maka habis sudah. Kesempatannya untuk menjadi seorang pahlawan dalam dunia nyata; hilang.
Konsentrasi perempuan itu teralihkan. Saat seorang pria tersenyum ramah ke arah area keluarga Frederick, dengan membawa kamera.
Tadi, dia baru saja berkeliling untuk mengambil foto beberapa tamu bangsawan. Apa sekarang, saatnya untuk mengambil foto anggota keluarga Duke Frederick?
[Mungkin saja, habis ini.]
Perempuan itu berusaha berpikir positif.
"Aku ... tak mau." Reyhan kecil menggeleng-gelengkan kepalanya di dalam gendongan Jessica.
"Ada apa, Jessica?" Tuan Duke bertanya.
"Oh, Ayah. Reyhan tidak suka difoto, dia akan selalu menolak dan menangis. Anak ini memang pemalu." Jessica menjawabnya dengan sopan.
Tuan Duke mengangguk. "Apa jadinya foto ulang tahun tanpa orang yang berulang tahun?" Dirinya mengimbuhkan. Hanya ada nada bercanda dalam suara yang tegas.
Ramos. Pria itu berjalan mendekati anggota keluarganya yang tengah bersiap foto di dekat meja berisi kue ulang tahun. "Kak, biarkan aku dengan Reyhan saja. Kita sama-sama tidak suka difoto."
"Tidak apa-apa. Putra kita jika dipaksa akan berakhir menangis, padahal ini hari ulang tahunnya." Sebagai ayah dari Reyhan, Vincent menyetujuinya.
Jessica ikut setuju. Menyerahkan Reyhan ke dalam gendongan Ramos. "Baiklah, baiklah." Ia menciumi kedua sisi pipi putranya. Kemudian berujar, "kau ini, Reyhan."
[Oh, jadi seperti ini ceritanya?]
Sedangkan di dekat pohon menjauh dari kerumunan, Ilona memperhatikan. Sebenarnya, sambil memakan beberapa sajian tamu di atas meja.
Mengikuti Ramos dan Reyhan yang berjalan menjauh dari area kerumunan, Ilona membuntuti di belakang. Kedua orang itu sekarang berdiri di dekat danau, sama seperti tadi— sebelumnya. Keduanya menatap ke arah danau tenang yang terasa aneh dipandang. Ilona yang berdiri di balik pohon dekat danau, memperhatikan seakan tengah menonton film horor. Tunggu, perempuan itu belum pernah menonton film horor.
"Turun." Suara titahan kecil yang lucu. Anak itu meminta diturunkan dari gendongan.
Ramos menuruti. Ia melakukan seperti apa yang anak itu katakan. Menurunkannya, kemudian menatap Reyhan— yang kini menginjakkan kedua kaki berbalut sepatu lucunya di tanah. Reyhan mendongak, "Sapu tangan." Kemudian tatapannya tararah di belakang Ramos. Salah satu jarinya menunjuk ke arah sana.
Ramos menolehkan kepala ke belakang. Sebuah sapu tangan dengan ukiran lambang Duke Frederick terjatuh pada tanah hijau lapang. Itu adalah milik Reyhan sebagai hadiah ulang tahunnya, tetapi tampaknya— tadi— tak sengaja terjatuh, saat digendong oleh Ramos.
"Aku akan mengambilkannya." Ramos berjalan ke arah sapu tangan yang terjatuh.