Chereads / Memanfaatkan Tokoh Pria / Chapter 19 - Sarapan yang Hangat

Chapter 19 - Sarapan yang Hangat

"Ini sudah malam. Kenapa kau ke mari?"

Suara familier tersebut berhasil membuat Ilona terlonjak kaget. Ia memundurkan langkahnya, bahkan salah satu tangan menyentuh dada.

"Ya–ya ... apa? Apa ... tidak boleh?" Dirinya bertanya. Saat merasakan keadaan aman, dan ternyata hanyalah Ramos saja. Ia kira, suara itu tadi berasal dari prajurit keamanan atau pria lain sebagainya. Mungkin juga dari Albert, pria yang sejak pertama kali Ilona lihat, selalu mengeluarkan aura sedingin es.

Hal yang tidak disangkah adalah, saat Ilona melihat: Ramos tersenyum puas. Sangat lebar, seraya bertepuk tangan semacam sorakan ringan.

"Kau lucu, Nona."

[Apa tokoh utama pria juga pandai merayu?]

"Apa? Mengapa menatapku sebegitu?"

Susah pasti. Ya, pasti Ramos memiliki kepribadian dua. Setelah tadi ia mengatakan Ilona lucu, tetapi kini dirinya mengganti kalimat jadi lebih dingin. Seperti berada di hadapan dua sifat yang berbeda.

Ilona menggelengkan kepalanya. Ia baru saja ingin agar dapat bersikap baik pada Ramos. Jadi, perempuan tersebut tidak akan mengacau.

"Tidak ada apapun, Tuan. Saya hanya ... ingin mencari udara segar.*

"Udara segar?" Ramos yang telah berdiri di depan Ilona, memberikan tatapan bingungnya. "kalimatmu sangat sulit dimengerti, Nona." Ia kemudian mengeluh.

"O–oh, ya. Maksud saya ... saya hanya ingin keluar dari kamar saja. Sebenarnya, saya tidak tahan udara yang panas. Saya lebih menyukai udara dingin," jawab Ilona.

"Maksudmu, di kamarmu udaranya panas—"

"Tidak, tidak. Bukan seperti itu. Itu ...."

"Tidak apa-apa, kenapa kau terlalu gugup? Cara bicaramu juga berubah? Padahal baru beberapa jam lalu, kau memanggilku dengan nama." Ramos mengutarakan semua keheranannya. Semakin melangkah mendekati Ilona— perempuan yang pada akhirnya juga selalu melangkah mundur. Seakan keduanya merupakan kubu magnet yang sama. Saling tolak-menolak.

"Kenapa kau terus mundur?"

Ramos pada akhirnya menghentikan langkah. Saat dirasa, bahwa sedari tadi— kegiatan pria itu hanyalah sia-sia.

"Itu tidak sopan— oh, ma-maksud saya, sa–saya akan merasa tidak sopan jika berada di dekat Anda." Senyum terlebar Ilona berikan. Perempuan itu panik, ia terlalu terbuka dalam berbicara rupanya.

Ramos menatap Ilona lekat. "Padahal aku tahu apa yang sebenarnya ingin kau katakan."

"Ti–tidak! Mana mungkin."

***

Hanya sekejap, memang. Malam itu pembicaraan antara Ilona dan Ramos berhenti di saat Ilona berakting dirinya mengantuk.

Kemudian, sekarang. Matahari menyambut, yang pada saat ini Ilona telah bangun. Begitu pagi, atau mungkin sangat pagi. Karena setelah berbincang dengan Ramos semalam, ia langsung tidur di kamar.

Lagipula, Ilona sudah biasa melakukannya. Di kehidupan sebelumnya, perempuan itu akan bangun, bahkan mendahului pagi yang terang. Karena waktu itu, adalah yang paling tepat untuk 'bekerja'. Namun di sini, Ilona tidak pernah lagi melakukan hal yang namanya bekerja untuk mencari makan. Paling-paling hanyalah tiga saudari tiri yang menyuruhnya melakukan sesuatu. Itupun tidak sebegitu berat.

"O–oh, Nona Barenice? Mengapa Anda bangun begitu pagi?" Seorang dayang terlihat cukup kaget. Mendapati kehadiran Ilona di dapur, bahkan sebelum dirinya— sang kepala dapur.

Ilona tersenyum. "Iya. Sebenarnya ... saya tidur sangat nyenyak. Jadi, pagi sudah bisa bangun. Sangat senang dengan kamar yang telah dipinjamkan." Ia menggunakan suaranya yang ramah.

Beberapa kali kepala dapur itu menganggukkan kepala. Kemudian, Ilona hanya tersenyum.

Serena. Dia adalah nama dari kepala dapur perempuan di kediaman Duke Frederick ini. Juga, orang yang dalam cerita memperlakukan Ilona secara manusiawi serta baik. Ia bahkan beberapa kali memberikan makanan diam-diam padanya.

Yah, Ilona jadi teringat akan Audrey. Dayang yang baik dan selalu menjadi teman.

[Kenapa aku malah tidak membawa Audrey sekalian?]

Ilona menggelengkan kepalanya. Ia sudah berpikir hingga jauh sekali.

Sementara, Serena berusaha berjalan mendekati. Ia masih muda, umurnya mungkin baru menginjak 22 tahun. Namun, telah menjadi kepala dapur utama. Ya, semuanya berkat nenek Serena yang dulunya bekerja di sini.

"Semua bahan ini ... apa akan ada acara spesial?" Ilona bertanya untuk memulai topiknya. Seraya menatap ke arah beberapa keranjang kayu, yang berisi bahan-bahan makanan segar. Itu apsti sangat mahal.

"Sebenarnya, Tuan muda kecil Rayhan ulang tahun ke tiga. Maka dari itu, nanti akan diadakan acara di dekat Sungai Hijau. Semua bahan-bahan tersebut sebagian besar, yang nantinya untuk acara tersebut," jelas Serena runtut. Dia pandai berbicara, bahkan menurut Ilona, Serena bisa saja menjadi seorang pemandu pariwisata.

Tapi, Ilona kini tak sedang memikirkan mengenai hal itu. Ia lebih terkejut, saat tahu bahwa; hari ini adalah ulang tahun ke tiga Reyhan.

[Aku tahu adegan ini.]

"A ... ya, ya. Terima kasih, saya mengerti." Ilona menganggukkan kepalanya berkali-kali.

[Ini saat yang tepat menjadi seorang superhero.]

Kemudian setelah beberapa menit, Ilona memilih untuk keluar dari area dapur. Sebab sudah mulai banyak pelayan ataupun dayang yang bangun.

Ia masuk ke dalam kamar kembali. Lalu, setelah dirasa ini adalah waktunya, barulah Ilona keluar kamar. Begitu mendengar seorang pelayan mengetuk pintu. Kemudian mengatakan, "Selamat pagi, Nona Barenice. Ini adalah waktu untuk sarapan. Apa Anda ingin makan di dalam kamar saja—"

"Tidak, tidak perlu. Saya akan ... ke ruang makan." Ilona tersenyum dengan sedikit tawa.

[Kenapa di Kediaman Barenice tidak seperti ini?]

Perempuan itu malah mulai membandingkan.

Di ruang makan, Ilona menjadi yang terakhir. Sebab ternyata, semua anggota telah duduk di kursi masing-masing. Bahkan Vernon yang merupakan suami Jessica. Kemudian, ada Tuan Duke, yang artinya ayah dari Ramos. Pria paruh baya yang terlihat sehat itu, ternyata telah pulang dari beberapa tugasnya. Mungkin, karena acara ulang tahun cucunya, Reyhan.

Ilona duduk pada salah satu kursi yang kosong. Tepat di hadapan Ramos, dan ujung— dengan suami Jesica di samping kirinya. Ya, bagaimana lagi. Daripada berada di dekat Jessica langsung. Ilona memilih tempat yang sekiranya aman.

"Halo. Ma–maksud saya, selamat pagi." Ilona menundukkan kepalanya sejenak. Kemudian mengangkatnya kembali. Ini gugup, lebih gugup daripada melakukan kesalahan di pusat perbelanjaan.

Orang yang pertama tersenyum adalah: Tuan Duke. Pria itu terlihat sangat ramah, hanya dari senyumnya saja.

"Selamat pagi. Aku telah mendengar banyak tentangmu. Kuharap, kau menikmati layanan dari keluarga Frederick," ujar Tuan Duke.

Ilona berusaha tersenyum lebih ramah. "Saya sangat menikmatinya, Tuan. Terima kasih banyak."

[Pasti karena gosip itu. Sudah pasti.]

Semua anggota keluarga duduk berkumpul mengelilingi meja makan panjang ini. Mereka semua terlihat begitu hangat dan harmonis. Kecuali saat mata Ilona dan Jessica saling bertemu; itu sudah pasti apa yang akan terjadi.

Jessica mengabaikan, terlihat tak peduli.

Acara sarapan yang cukup hangat dilakukan.

Meski, rasa dagingnya tidak terlalu berasa. Bahkan sebagai penikmat rasa asin, Ilona sangat menyayangkannya. Di novel ini, seharusnya penulis membuat wolrd building, di mana sudah ada banyak makanan lezat.

Aktivitas makan Ilona berhenti. Saat merasakan bahwa sejak tadi ... Ramos terus menatapnya.