Chereads / Memanfaatkan Tokoh Pria / Chapter 13 - Tamparan Keras

Chapter 13 - Tamparan Keras

Gosip. Adalah hal yang sangat menarik di era Victoria ini. Semuanya bertebaran menggunakan cara klasik tersebut.

Entah itu; trend fashion, pencapaian kerajaan, keluarga bangsawan, bisnis, dan sebagainya. Semuanya bertebaran melewati gosip yang terus beredar.

Setiap orang, menangkap gosip dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga ketika meneruskan gosip, dan meneruskan lagi, semuanya sudah ada pada kata 'jauh' dari awal.

Seperti yang ada pada saat ini. Gosip yang langsung membuat satu orang di kediaman memulai kericuhan. Bahkan para dayang saling bertukar pendapat mengenai gosip tersebut.

Di pagi-pagi sekali, Ilona juga harus bangun. Hanya perempuan itu saja— yang sama sekali tidak terkejut. Ia bahkan menjalani setengah harinya dengan biasa. Ya, melakukan aktivitas yang terbilang monoton. Sebagian besar aktivitas ia habiskan di dalam kamar tidur barunya; yang cukup nyaman.

Ilona sudah menduga, bahkan memperhitungkannya secara matang-matang; sejak pertama kali perempuan itu memilih 'melakukannya'.

Semua gosip hanya berisi mengenai Ilona— sebagai tokoh utamanya.

Ada banyak gosip yang beredar. Seperti;

Putri kandung Count Berenice yang entah mengapa dikurung di gudang. Kemudian, mengalami sakit karena hal itu. Menggunakan gaun saudari tirinya saat datang di Pesta Ulang Tahun Putri Iloka yang ke-17.

Bahkan, semua gosip yang beredar— sudah mulai dilebih-lebihkan.

Kebanyakan dari mereka menangkap bahwa Ilona menjadi putri kandung menyedihkan. Berada di bawah kuasa Ibu dan saudari-saudari tiri yang jahat. Lalu Ilona melakukan kesalahan, sehingga dihukum 'kurungan' di gudang tak layak.

Kemudian Ilona sakit. Orang-orang juga menangkap, bahwa Ilona sudah sering mengalami sakit parah itu. Lalu untuk gaun yang harus meminjam saudari tirinya, tentu, semuanya benar-benar dibuat sangat 'heboh'.

Ya, dengan rentetan gosip mengenai Ilona, tentu jadi terasa sangat ricuh. Terlebih di kediaman Berenice ini.

Merupakan kali pertama; nama Berenice menjadi sangat terkenal.

"Yah, aku tahu. Dua pengawal itu memang sesuai harapan." Ilona bergumam. Perempuan itu menikmati waktunya di dalam kamar.

Duduk pada sebuah kursi di dekat jendela yang terbuka. Lalu dengan sebuah buku usang yang sejak pertama kali menarik perhatiannya.

Perempuan itu belum bertemu dengan tiga saudari tiri sama sekali. Ia hanya makan di dalam kamar, kemudian ke belakang kediaman sebentar, lalu kembali lagi di dalam kamarnya. Sampai waktu ini sudah hampir sore.

Tidak tahu bagaimana respon yang akan semua keluarga ini berikan untuk Ilona.

Count. Pria itu adalah seseorang yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Ia suka berbisnis, untuk menghasilkan uang. Ia sangat suka ketika dapat bersosialisasi dengan bangsawan-bangsawan penting.

Tentu, dengan semua gosip ini, nama Berenice dan Count akan melambung tinggi. Bahkan kabarnya, semua gosip sampai pada area Kerajaan. Hal yang paling sulit ditembus bagi bangsawan tingkat rendah.

Count akan senang dengan itu. Hanya saja, yang membuatnya mungkin tidak senang; karena tema gosip.

Orang-orang kini telah berpikiran, bahwa Count sama sekali tidak memedulikan putri kandungnya. Dengan ini pun, bisa juga— bisnis ilegal Count dapat terbongkar lebih cepat.

Ilona mengakhiri sesi pertanyaan batinnya, saat mendengar suara pintu kamar yang diketuk.

Perempuan itu berdiri dari kursi, berjalan mendekati pintu dan membukanya. Menemukan seorang Audrey yang berdiri dengan raut wajah gelisah.

Saat Audrey gelisah, yang dilakukan Ilona malah tersenyum lugu.

"Nona …." Suara Audrey tercekat. "apa Anda tidak apa-apa? Gosip itu …."

Ilona dapat melihat bagaimana jemari-jemari Audrey yang saling bertaut. Ia sangat khawatir, sebagaimana wajahnya yang polos.

Yah, jika ini adalah Ilona asli, maka kisah akan menjadi menyedihkan. Bayangkan saja. Dua perempuan seumuran, yang sama-sama terlalu lugu serta polos. Ada masalah sedikit saja, keduanya pasti malah saling gugup.

Beruntung. Karena ini adalah Ilona baru, yang berbeda. Menghadapi masalah dengan tenang dan senyuman.

"Kenapa harus khawatir? Itu hanya gosip." Ilona menenangkan. Bahkan tangannya berusaha membelai punggung Audrey sejenak.

Perempuan itu mengangkat kepalanya. Kemudian memundurkan badan, tidak enak melihat Nona-nya yang malah begitu menenangkan.

"Kau diperintahkan untuk ke ruang utama," ucap seorang dayang yang baru saja tiba. Ia menatap ke arah Audrey yang hampir menangis— dengan pandangan tidak suka. Kemudian menatap ke arah Ilona ragu.

Ilona mengangguk. Tentu saja, meski dalam hati ada perasaan tidak enak. Maksudnya, yah, ia pasti sudah tahu apa yang akan Ilona dapatkan.

"Baiklah. Kalau begitu, ayo." Bahkan seperti kawan. Ilona berjalan mengajak dua dayang itu ke ruang utama. Meski Audrey sempat menutup pintu kamar tidur Ilona terlebih dahulu.

Di ruang utama, semua perhatian hanya tertuju pada satu orang saja.

Ilona.

Nama itu merupakan kata kunci dari gosip populer.

Ilona dapat melihat wajah yang berbeda-beda di ruang utama ini.

Tiga saudari tiri yang hanya berdiri diam. Memendam semua rasa kesal dan amarah, lalu mencoba menjadi seseorang yang tenang.

Kemudian, ibu tiri. Wanita dewasa dengan gaun merah serta kipasnya, yang setiap marah, akan menampakkan urat nadi. Dia sangat kentara jelas dengan ekspresinya yang menakutkan. Mirip-mirip seperti halnya ibu tiri di cerita Cinderella.

Mengabaikan itu. Ilona kali ini hanya fokus kepada Count yang duduk pada sebuah sofa. Pria paruh baya itu memiliki kedua mata yang mengintimidasi, meski tak begitu kuat. Tapi, Ilona dapat merasakan akan ada sesuatu yang terjadi padanya.

Ilona mendekat ke arah Count yang duduk. Tersenyum tipis, dengan penuh keraguan. "Ada apa, Ayah?" tanyanya mulai berakting.

"Ilona, baru saja kau sedikit tak membuatku malu. Kali ini, apa?" Count bangkit dari sofa. "kenapa kau begitu ceroboh? Mengumbar-umbar semua hal memalukan ini ke orang lain!?"

Nadanya sudah tak lagi dapat diajak berteman. Count meradang, ia tidak terima banyak orang yang juga mulai mengecap dirinya negatif.

[Huh, mengumbar-umbar hal memalukan? Itu berarti, dia mengaku bahwa perbuatannya itu memalukan.]

Tentu saja. Ilona hanya berkata di dalam hati. Mana mungkin perempuan itu akan membuat situasi tambah pelik? Di mana ada ibu tiri yang sangat senang sekali melihat kejadian ini. Ia bahkan tanpa sadar menunjukkan senyumannya.

"Ayah, tetapi saya sama sekali tidak mengumbarnya pada orang lain. Saya dipinjamkan gaun oleh Kak Jeanne, kemudian hanya mengucapkan terima kasih, setelahnya saja, Ayah–"

"Ilona! Kau semakin berani?! Mengelak, dan mengelak! Dikurung di gudang tak cukup buatmu, hah!? Apa perlu mulutmu itu kurobek, agar tak lagi berbicara sembarangan?!"

Tubuh Ilona lantas bergetar. Tidak, aktingnya seketika roboh. Dia yang tadinya memiliki kepercayaan diri, kini tak lagi merasakan perasaan itu. Bentakan dari Count, entah mengapa membuat hatinya terasa begitu sakit.

Lalu, Ilona tidak lagi dapat memikirkan apapun. Ia merasa pasrah, meski saat sebuah tamparan keras diterimanya. Membuat perempuan cantik itu tersungkur ke lantai. Hanya dengan kedua tangan yang menjadi penopang.

"T–tuan …!" Tepat di belakang sana, seorang penjaga kandang kuda yang Ilona kenali— memanggil Count.

"Putra Duke Frederick datang kemari …."