"Kau masih belum mau mengatakan di mana chip itu, hah? Awas, aku akan mencari chip itu di manapun kamu menyembunyikannya." Seorang laki-laki tampan namun keji, sedang menginjakkan kakinya di kepala seorang laki-laki yang lain dengan dikawal beberapa anak buahnya. tidak ada pergerakan apapun dari laki-laki di bawah sepatu pria itu, membuat Zee, seorang gadis cantik berkerudung ungu segera turun dari motor matik yang dia hentikan di bawah pohon cemara yang berjajar di sepanjang jalan Kusuma.
"Apakah keberanianmu hanya bisa kau tujukan kepada laki-laki lemah seperti yang kau injak saat ini, Tuan? Sungguh sangat memalukan ketika seorang laki-laki gagah sepertimu hanya bisa menindas makhluk lemah tanpa belas kasihan."
Leo, Pria yang sedang sibuk menginterogasi musuhnya terpaksa menoleh ke sumber suara. Meskipun sudah ada anak buah yang ia percaya untuk mengawasi pergerakan dari musuh, namun Leo sama sekali tidak bisa membendung rasa penasarannya mendengar gertakan dari seorang wanita.
"Kau . .. jangan sekali-kali kau mencampuri urusan kami." seru seorang laki-laki yang sejak tadi hanya mengawasi Leo. Ia segera melangkah mendekati Zee dan mencoba untuk memandang Zee dari atas sampai bawah. Bodyguard Leo tersenyum smirk. Ia menjilat bibirnya sambil sesekali melirik Zee yang menatapnya sambil mengepalkan tangannya.
"Kau cantik juga rupanya, Nona. Apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini di jalan sepi? Apakah kau sengaja menyerahkan dirimu untuk menghangatkan malam kami?"
"Ha ha ha," anak buah Leo yang lain tertawa mendengar kalimat temannya, membuat Leo menepukkan tangannya dengan keras. Ia sama sekali tidak menyangka kalau akan bertemu dengan gadis yang selama ini dicarinya. Gadis berkerudung ungu, yang selalu menghiasi mimpi-mimpinya setiap malam. Gadis yang ia lihat di cafe saat sedang meeting dengan klien dari Jepang.
"Hentikan!" Anak buah Leo yang semula tertawa akhirnya menutup mulutnya serentak. Mereka melihat wajah Leo yang tampak berubah melembut. Ia melangkah meninggalkan laki-laki yang kini masih tergeletak di jalan raya tanpa mempedulikannya sama sekali.
"Kau datang ke sini? Siapa yang menyuruh kamu untuk menemuiku, hem?"
Zee terpana mendengar pertanyaan. Ia mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat dimana dirinya bertemu dengan Leo. Laki-laki tampan yang sangat arogan dan kini sedang melangkah mendekatinya.
"Siapa kau?"
Leo tersenyum tipis. Teramat tipis sehingga nyaris tak ada yang menyadari kalau Leo sedang tersenyum. wajah tampannya
"Kau tidak mengenalku? Benarkah? Atau kau hanya pura-pura tak mengenalku? Aku tahu semua orang mengenal siapa CEO perusahaan LA. Jangan berpura-pura karena aku sama sekali tak percaya."
"Aku tidak akan pernah berbohong pada apa yang aku tahu dan tidak aku tahu. Katakan kepadaku siapa kamu dan mengapa kamu tega menyakiti laki-laki itu?"
Leo memandang ke arah laki-laki yang masih tergeletak di tempatnya dengan sorot mata tajamnya, bergantian menatap Zee.
"Katakan ada hubungan apa kau dengan laki-laki itu!"
Zee mengedikkan bahunya. Ia memang menolong setiap orang yang membutuhkan. Orang lemah tanpa harus mengenal satu persatu orang yang ditolongnya. Baginya apapun kejahatan di hadapannya, ia merasa memiliki kewajiban untuk memberantasnya termasuk kejahatan yang dilakukan oleh Leo saat ini.
"Apakah aku harus mengenal korban dulu untuk membantu? Ah, aku bukan tipe seperti itu. aku sama sekali tidak tahu siapa laki-laki yang kini sedang kau intimidasi, namun karena kau melakukannya di depanku, aku merasa perlu untuk campur tangan urusanmu."
"Baiklah. Sekarang apa maumu?"
Zee menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan bodoh dari Leo. Ia ingin langsung mengatakan kepada Leo kalau dia ingin laki-laki di hadapannya dilepaskan, namun Zee yakin kalau Leo pasti akan menolak.
"Aku yakin kamu tahu apa mauku."
"Dengan satu syarat." Zee mengerutkan keningnya mendengar Leo mengajukan syarat.
"Tanpa syarat apapun. Aku tidak sudi memberikan apapun kepada laki-laki arogan sepertimu."
Leo menepuk kedua tangannya, membuat semua anak buahnya mendekat. Mereka berlima mengelilingi Leo dan mendekatkan telinga masing-masing ke dekat bibir Leo, mencoba menerima perintah dengan lebih jelas.
"Baik, Tuan. Semua sangat mudah untuk kami. dia hanya gadis ingusan yang hanya mengandalkan kecantikannya untuk menyelamatkan laki-laki kurang ajar itu."
Leo menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari anak buahnya. ia yakin kemampuan Zee pasti di atas rata-rata. Kalau tidak, Zee tidak akan berani mendekati siapapun yang sedang terlibat perkelahian apalagi di tempat sepi tanpa pengguna jalan lain.
"Tugasmu menangkapnya hidup-hidup. Jangan membuat dia lecet sedikitpun."
"Baik, Tuan."
Setelah menyetujui permintaan Leo, anak buahnya yang berjumlah enam orang mengelilingi Zee, membuat gadis itu memejamkan matanya. ia tidak ingin terlalu gegabah dalam bertindak. Salah langkah sedikit keselamatannya akan sangat terancam.
"Ayo majulah!" seru Zee seraya menyiapkan kuda-kudanya. Tubuhnya memutar kesana-kemari mendeteksi serangan lawan, namun beberapa saat, masih belum ada pergerakan dari para bodyguard LEo. Zee semakin waspada kepada keadaan yang sedang dialaminya. Ia tidak ingin terlalu lama menghabiskan waktu apalagi saat ia melihat banyak darah yang keluar dari hidup laki-laki yang tergeletak di jalan.
Ia segera mengepalkan mennyatukan tangannya di depan dada, mencoba mengambil senjata andalannya dan dengan sekali menjentikkan jari, tiba-tiba dua orang anak buah Leo tersungkur di belakangnya.
"Aaa"
"Willy"
"Sandy"
Dari tempatnya Leo mengeratkan giginya. Ia sama sekali tidak mengira kalau gadis yang disukainya sejak pertemuan di cafe itu memiliki kemampuan terselubung. Tangannya sama sekali tidak melakukan apapun namun dua anak buahnya langsung tersungkur dan tak memiliki kekuatan apapun untuk bangun.
"Kau pintar juga rupanya, Jalang. Aku akan membuktikan kepadamu kalau kemampuanmu sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemampuan Tuan Mudaku."
Zee masih fokus kepada satu tujuannya. Ia sama sekali tak ingin menyia-nyiakan ketidaksiapan anak buah Leo yang lain.
"Jangan banyak bicara karena aku sama sekali tidak peduli kepada apapun yang kamu katakan. Lepaskan laki-laki itu dan pergi dari hadapanku."
"Ha ha ha, tentu saja kalau kau mampu mengalahkan kami."
Zee tahu kalau keempat lawannya sudah menyiapkan kemampuannya dengan maksimal. Mereka pasti sudah bersiap untuk menerim senjata ampuhnya yang kini sudah kembali ke tangannya dengan sendirinya. Saat ini, Zee mencoba menggunakan cara lain. ia mengangkat kedua tangannya ke atas lalu ia memutar keduanya dan dengan sekali tebas, seketika empat orang anak buah Leo berdiri menjadi kaku.
Leo yang dibuat terkejut dengan keadaan, akhirnya mendekat ke laki-laki yang kini masih tergeletak dalam keadaan tak berdaya. Ia mencoba menarik tubuh laki-laki itu dan menyeretnya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya, namun sebelum ia mencapai mobilnya, Zee mengirimkan totokannya ke beberapa bagian tubuhnya.
"Aaaah, kau . . ." Leo tersungkur di tanah dan hanya bisa memandang Zee yang kini sedang berusaha menyeret tubuh laki-laki yang sudah bersimbah darah menuju motor matiknya.