Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 44 - 44. Kekhawatiran Anton

Chapter 44 - 44. Kekhawatiran Anton

Akan benar-benar menjadi kenyataan ketika seorang yang dipilih oleh tuan rumah, diberi kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya. Dia akan melakukan apapun yang ia inginkan. Dia akan bertindak sekehendak hatinya dan merasa memiliki apapun yang ada di depannya, termasuk Miranda. Dia yang diberi kekuasaan penuh atas apartemen Afzal, kini benar-benar menjadi ratu yang berkuasa di apartemen tersebut. Ia berhasil memecat semua pelayan yang dipekerjakan oleh Afzal di apartemennya dan mempekerjakan Anton untuk melayani semua kebutuhannya.

Anton memiliki kewajiban untuk memasak sampai dengan pelayanan kebersihan tanpa bisa menolak. Sebenarnya Afzal merasa kasihan melihat kondisi Anton saat ini, namun Afzal sama sekali tidak bisa berkutik. Dia sudah berjanji akan memberikan apapun pada orang yang sudah dianggap sangat berjasa di dalam hidupnya dan janji itu tidak bisa ia cabut.

"Anton"

Hari ini Anton sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk Miranda dan Afzal. Dia masih menyiapkan bumbu yang dibutuhkan untuk memasak makanan yang dipesan oleh Miranda ketika gadis itu mendekat dan meminta dirinya untuk membawakan buah yang dibeli oleh Afzall untuk dirinya.

"Saya, Nyonya. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Aku ingin kamu yang mngupas buah kesayangan yang dibelikan oleh calon suamiku. Aku tidak mau tahu, dalam hitungan menit kamu harus sudah menyajikannya untuk kami. aku tidak mau kulitku menjadi keriput karena kau menunda emberian nutrisi untuk tubuhku."

Tanpa berpikir bahwa Anton sedang menyelesaikan pekerjaannya di dapur, Miranda memintanya untuk mengupas buah tersebut dan menyajikannya. Dalam hitungan menit, Anton sudah menyelesaikan semua kegiatannya, namun dia harus kecewa karena masakan yang ia tinggalkan di dapur menjadi gosong. Dia bingung bagaimana harus mengatakan bahwa masakan yang diminta Miranda belum bisa dia sajikan, karena selama ini dia benar-benar tampil menjadi seorang nenek sihir di apartemennya itu. Miranda bertindak sekehendak hatinya tanpa berpikir bahwa Anton juga manusia yang harus dimengerti.

"Anton!"

Anton yang masih membersihkan sisa makanan gosong di penggorengan, kini mencoba untuk mencari akal agar dia tidak mendapatkan marah dari wanita yang sangat ia benci. Dia memang memiliki misi khusus untuk menyelamatkan Afzal dari cengkeraman ular berbisa seperti Miranda, namun dia merasa sangat kesal. Anton kesal karena Afzal sama sekali tidak merasa keberatan dengan sikap wanita yang selalu dia banggakan di depan teman-temannya. Beberapa kali Anton mendengarkan Afzal memuji wanita itu dengan mengatakan bahwa Miranda benar-benar tampil menjadi seorang wanita yang tangguh dan tidak bisa dikalahkan oleh siapapun.

"Anton!"

Anton segera berlari dan meninggalkan penggorengan berwarna hitam itu. Dia memilih selamat dengan memenuhi panggilan wanita itu.

"Mengapa lama sekali? AKu sudah sejak tadi menyuruh kamu memasak kan? Aku sudah lapar. kekasihku aku yakin juga sudah merasakan hal yang sama denganku."

"Maaf, Nyonya. Masakannya gosong."

"Apa?

Mata Miranda melotot memandang Anton yang kini menunduk di posisinya. Anton sama sekali tidak menjawab apapun. Dia merasa tidak perlu untuk mendebat orang yang tidak menyukai dirinya karena apapun yang dia katakan tidak akan pernah didengar oleh Miranda.

Afzal yang masih berada di kamarnya terpana mendengar suara keras yang dilontarkan oleh Miranda kepada Anton. Dia mencoba untuk mengamati perubahan sikap Miranda sebelum dan sesudah dia mendapatkan kekuasaan di apartemennya.. Meskipun sebenarnya Afzal merasa prihatin terhadap nasib Anton saat ini, namun dia tetap berusaha untuk membuat Miranda bahagia. Tidak ada hal yang yang dilakukan oleh Afzal untuk membebaskan Anton dari penyiksaan yang dilakukan oleh Miranda selama ini. Sebenarnya Afzal heran dengan tekad Anton untuk selalu mengikuti perintah Miranda. Biasanya laki-laki itu akan memberontak ketika sesuatu tidak sesuai dengan alur dan aturan yang berlaku di masyarakat.

"Ada apa, Sayang? Pagi-pagi begini sudah ribut? Apakah ada kesalahan yang dilakukan oleh Anton kepadamu? Kalau ada biarlah itu menjadi tanggung jawabku untuk memberi hukuman kepadanya. Wanitaku tidak boleh marah-marah karena dia akan cepat keriput dan tampak tidak menarik lagi. Aku tidak mau dikatakan sebagai laki-laki yang tidak bisa menjaga calon istri." ucapkan Afzal sambil mengulurkan tangannya membelai rambut Miranda. Tentu hal ini membuat Miranda tersenyum dan Anton merasa kesal karena dia melihat kebodohan yang dilakukan oleh Afzal.

"Sayang, Kamu sudah rapi? Masih pagi begini mau meninggalkan apartemen? Kamu tidak kasihan kepadaku selalu kesepian di sini? Apalagi bersama dengan laki-laki menyebalkan seperti dia." Miranda menggelayut manja di lengan Afzal, membuat Anton berlari karena benar-benar merasa mual.

"Ada apa pagi-pagi begini marah-marah? Kesayanganku harus tetap ceria. Jangan cemberut seperti ini karena sama sekali tidak sedap dipandang." Afzal menoel pipi Miranda membuat gadis itu tersenyum. Dalam hati ia kesal karena sikap lembut Afzal kepadanya sudah sangat melebihi batas.

Aku berada di depan calon istriku tidak memungkinkan tidak seperti ini aku belum mandi. Bisa-bisa dia nyari karena bau asam yang ada di tubuhku ini. Aku harus tampil Prima di depan gadis yang sudah menolongku dan akan ku jadikan sebagai dalam istri tapi kalau hari ini aku disambut dengan marah-marah kepada Anton Aku sama sekali tidak mau. Please tolong jangan marah-marah seperti tadi ya karena sekali lagi aku katakan aku tidak mau istriku tanpa keributan hanya karena aku tidak memperhatikan dia. Apa kata calon mertuaku kalau itu sampai terjadi?" Miranda tersenyum lalu dia mengajak Afzal untuk duduk di kursi di meja makan. Mengingat kembali makanan gosong yang dibuat oleh Anton, Miranda benar-benar ingin mengungkapkan semua kemarahannya pada laki-laki itu namun mendengar permintaan Afzal dia tidak ingin melanjutkannya.

"Sayang mengapa kamu selalu bersikap manis kepadaku? Aku kadang sampai malu pada diriku sendiri karena kalah manis dengan dirimu. Aku sering marah-marah dan uring-uringan tanpa sebab dan hal ini belum bisa aku kurangi. Tolong maafkan aku. Kebiasaanku ini jangan membuat engkau berubah perasaanku terhadapku."

Afzal menggangguk. Dia pandang wajah Miranda sambil tersenyum menggoda wanita itu. Miranda yang mendapatkan pandangan menundukkan kepala. Wajahnya memerah menahan malu. Dia tidak tahu mengapa berada di depan Afzal benar-benar merasa sangat nyaman. Berbeda dengan saat dia berada di dekat Alex. Afzal yang sama sekali tidak pernah meminta dirinya yang macam-macam seperti melakukan hubungan suami istri atau melakukan kegiatan lain yang akhirnya akan membawa mereka ke atas ranjang melakukan kegiatan yang belum boleh dilakukan oleh orang yang belum menikah, benar-benar membuat Miranda merasakan perbedaan dari mereka berdua. Melihat Miranda bengong saat dirinya menatap gadis itu, Afzal akhirnya mencoba untuk mencari tahu isi pikiran Miranda saat ini. Dia yakin gadis itu memiliki masalah yang tidak dia ungkapkan kepadanya. Afzal segera mengulurkan tangan dan menangkup kedua pipi Miranda. Ia dekatkan wajahnya ke wajah gadis yang ada di depannya mencoba untuk memberikan ciuman lembut untuk gadis yang selalu membuat dia merasa heran karena selalu marah tanpa alasan kepada Anton.