Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 8 - 8. Temukan dengan Pemilik!

Chapter 8 - 8. Temukan dengan Pemilik!

"Katakan kepadaku siapa yang membawa aku ke sini! Jangan pernah engkau menyembunyikan fakta yang nantinya akan membuat aku mengamuk kepadamu. Selama ini aku sudah berbaik hati kepada klinik ini dengan tidak memaksakan kalian untuk mengatakan siapa orang yang sudah menolongku sesungguhnya. Tapi jangan pernah mengabaikan kebaikanku dan kelemahanku karena aku sama sekali tidak akan pernah menolerir tindakan apapun dari orang-orang yang ada di rumah sakit ini."

Yuda menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Afzal. Ia tahu akan sangat beresiko tinggi ketika ia mengatakan bahwa Zee yang menolong Afzal. Bagi Yudha, lebih baik dimusuhi oleh Afzal daripada ia mendapat murka dari orang yang sudah menolong dirinya dari segala macam kesengsaraan saat dia belum bergabung bersama Zee di klinik As Syifa.

Melihat Yuda diam, Afzal hanya bisa memandang laki-laki yang ada di depannya dengan sorot mata tajamnya. Ia tidak percaya kalau ada laki-laki yang berani menolak permintaannya dan seolah mengabaikan ucapannya. Pengalaman ini adalah pengalaman pertama kali, ia diabaikan oleh orang lain.

"Kamu tidak tahu siapa aku sebenarnya sehingga kamu berani mengabaikan ucapanku, Yudha? Aku pastikan kamu akan menyesal setelah kamu tahu siapa aku yang sesungguhnya."

Yuda menganggukkan kepalanya. Ia tahu Afzal bukan orang sembarangan namun bagi Yudha tetap Zee adalah orang nomor satu yang harus dipatuhi perintahnya. Untuk mengalihkan kemarahan Afzal, Yudha segera melangkah menuju pintu dan melambaikan tangan kepada beberapa orang yang sedang menjaga ruang perawatan Afzal. Aelihat Afzal hanya memandangnya saat ia memanggil orang-orang yang dipercaya oleh Zee untuk menjaga laki-laki itu, Yuda kemudian meminta para bodyguard-nya untuk menggantikan posisinya di ruang perawatan Afzal dengan duduk bersama laki-laki yang arogan namun dalam keadaan lemah itu. Melihat Yudha akan meninggalkan tempatnya, Afzal berteriak.

"Jangan pernah mengabaikan aku kalau kamu ingin selamat. Walaupun aku saat ini sedang lemah di sini, aku yakin aku bisa menemukan orang-orang yang akan membawaku kembali ke tempat yang seharusnya. Saat itu terjadi aku akan memastikan bahwa orang-orang yang ada disini akan menghiba dan bersujud kepadaku untuk meminta pertolongan dan perlindunganku termasuk perempuan yang bernama Zee. Ingat-ingat itu. "

Yuda menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Afzal. Ia tahu apa yang diucapkan oleh laki-laki Arogan itu akan ada benarnya di kemudian hari. Ia mencoba untuk mengalah dengan kembali duduk di posisinya semula.

"Aku hanya ingin melihat situasi yang sesungguhnya, Tuan. Tadi saku melihat ada beberapa laki-laki yang sedang berkeliling melihat-lihat kondisi klinik. Mereka ingin masuk, namun security tidak mengijinkannya dan aku yakin akan ada perkelahian di gerbang masuk."

Afzal mengerutkan keningnya, lalu dia mengangguk. Ia ingin sekali bangun, namun ia belum mampu karena beberapa luka masih membuat gerak tubuhnya terbatas.

"Katakan padaku kalau kau menemukan sesuatu. Laporkan setiap kejadian dan aku akan berterima kasih kalau kau melakukan semua perintahku."

"Baik, Tuan. Terima kasih."

Yudha membungkukkan badannya dan melangkah meninggalkan ruang perawatan Afzal tanpa menoleh kepada pasien yang baginya sangat keras kepala. Ia terus melangkah menuju gerbang, dimana di sana sedang terjadi perselisihan antara security dengan beberapa laki-laki yang bertubuh tegap.

"Jangan berlebihan dalam bersikap, Tuan. Aku yakin kalian memang orang-orang hebat, namun tetap saja, sehebat apapun manusia dilarang untuk sombong dan membanggakan diri."

Laki-laki tampan yang sejak tadi ingin menampilkan kegagahan dan kelebihannya mendengus. Ia benar-benar tidak menyangka kalau ada security, orang yang dianggapnya sebagai pelayan paling rendah, pangkat pekerjaan paling tidak menjanjikan, mampu menjawab semua kalimatnya dengan tenang tanpa was-was dan rasa takut sama sekali. Alex, anak buah laki-laki yang menyerang Afzal dan kini sedang berusaha untuk masuk ke As Syifa, segera mengedarkan pandangan. Ia ingin mencari siapa pemilik klinik yang ramai pengunjung. Klinik kecil namun memiliki daya tarik tersendiri untuk Alex.

"Panggilkan atasanmu dan katakan kalau aku ingin bertemu dengannya."

"Aku akan melakukan semua perintahmu kalau kau berjanji untuk tidak melakukan kekerasan kepada majikanku."

Alex mengangguk. Ia mengulurkan tangannya dan menyatakan kesediaannya memenuhi permintaan para security. Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Alex selain mengetahui siapa pemilik klinik yang dia anggap sangat eksklusif. Tidak ada satupun yang bisa menemui pemilik klinik tersebut dan dia sama sekali tdak keberatan kalau harus menuruti permintaan Security.

"Baiklah. Antar aku dan aku janji tidak akan membuat ulah."

Gino, sang security andalan As Syifa mengangguk lalu ia melangkah mendahului Alex. Ia segera menuju ruang pimpinan dan menemui Zee di ruang direktur. Gino segera mengetuk pintu dan menemukan Andini sedang duduk di kursi kebesaran milik Zee.

"Selamat pagi, Nona. Saya membawa Tuan Alex yang ingin bertemu dengan Nona."

Andini memandang Alex sesaat lalu ia mengangguk dan meminta laki-laki itu duduk. Alex, dengan pongahnya menuruti permintaan Andini dan ia memandang sekeliling ruangan. Mencoba mencari tahu kebenaran tentang pemilik As Syifa dari identitas yang tertempel di dinding, namun nihil. Tidak ada satupun tempelan di dinding yang mampu menjawab rasa penasaran Alex. Hanya ada beberapa kaligrafi dan hiasan berupa pemandangan alam yang menyejukkan siapapun yang melihat dan berada di ruangan tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

Alex mendehem. Ia benar-benar seperti amti kutu. Ingin mencuri start, namun dia sama sekali tidak mampu mengatakan apapun karena Andini selalu mengikuti arah pandangnya.

"Aku Alex."

"Iya, Tuan Alex. Ada yang bisa kubantu?"

"Apakah kau benar-benar pemilik klinik ini?"

Andinii tersenyum. ia tahu Alex bukanlah orang yang mudah dibohongi, namun ia tidak memiliki pilihan lain selain menyelamatkan pemilik yang sesungguhnya.

"Ada yang salah kalau saya pemilik klinik ini, Tuan? Mungkin Anda memang memerlukan pencerahan dan aku akan mengatakan semua tentang klinik ini untuk menjawab rasa penasaran Tuan Alex."

"Tidak perlu. Aku sudah cukup puas memandangmu. Dokter wanita yang cantik. Aku hanya melaksanakan perintah bosku dan harus membawamu menghadap ke Tuan Leo."

Andini mengerutkan keningnya. Ia sama sekali tidak tahu siapa orang yang disebutkan oleh Alex.

"Siapa Leo?"

"Bosku. Dia yang akan menginterogasimu. Bukan sebaliknya. Tunjukkan sikap terbaikmu dan jangan pernah membantah semua yang dikatakan olehnya."

"Oh, memangnya siapa dia? Apakah dia penguasa negeri ini sehingga kau memberikan pesan yang begitu menakutkan, tuan?"

Alex mencebik. Ia benar-benar kecolongan. Tidak akan dia biarkan siapapun menghina atasannya, namun hari ini ia gagal. ucapan Andini benar-benar memerahkan telinganya. ia kepalkan tangannya dan mengeratkan rahang, menahan emosi yang sejak awal masuk As Syifa sudah muncul.

'Jangan pernah menghina atasanku. Kalaupun kau memiliki kekuatan tinggi, aku sama sekali tidak suka kau menyombongkan diri dengan menampilkan sisi negatifmu. Tuan Leo lebih suka wanita lemah lembut yang penurut dibanding yang membangkang, Nona. Aku minta kau melakukan semua yang dia minta."

"Aku adalah aku dan tidak ada yang bisa mengintimidasiku termasuk tuanmu. Kalau dia memang ingin menemuiku, suruh dia datang ke sini dan jangan pernah memintaku untuk menemui dia karena itu sama dengan bunuh diri."

"Aku sudah datang sesuai dengan permintaanmu, Nona"