Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 12 - 12. Laki-Laki Misterius

Chapter 12 - 12. Laki-Laki Misterius

Willy dan Andra masih waspada pada situasi yang sedang mereka hadapi, sedang di dalam mobil yang membawa Andini, Alex dan Bryan yang duduk mengapit dokter muda itu, kini sedang merayu wanita yang menjadi tawanan mereka. Andini yang merasa kesal dengan dua laki-laki yang mengunci pergerakannya hanya dapat menggigit bibirnya. Pandangannya ia arahkan lurus ke depan, menghindari tatapan dua laki-laki tampan namun menyebalkan.

"Kau tidak ingin menatap wajahku yang tampan ini, Sayang? Apakah kau sudah bosan hidup?"

Andini memandang Bryan sesaat lalu mengalihkan pandangannya pada Alex. Ia tersenyum lalu kembali menatap ke depan.

"Kalian memang tampan namun sayang. . . ."

Alex dan Bryan mencekal lengan Andini. Mereka penasaran pada apa yang akan diucapkan gadis itu. Andini yang merasa pancingannya berhasil segera menghentikan kalimatnya untuk menarik perhatian Bryan dan Alex. Benar saja apa yang dipikirkan oleh Andini. Dua laki-laki tampan yang kini sedang mengapitnya menatap wajah Andini dengan sorot mata tajam, meminta penjelasan pada kalimat yang sengaja ia hentikan.

"Katakan kepadaku apa yang ingin kamu katakan tentang kami! Jangan pernah menggantung kalimatmu karena aku sama sekali tidak suka dipermainkan oleh gadis seperti kamu."

Andini menganggukkan kepalanya lalu menatap Alex dan Bryan bergantian.

"Aku sudah lupa dengan kalimat yang akan aku katakan kepada kalian berdua. Tapi yang jelas kalimat itu pasti tidak menyenangkan. Saya memilih untuk menggantung begitu saja. Lupakan saja dan kita akan fokus untuk bernegosiasi."

"Negosiasi?" Bryan dan Alex bertanya bersama. Mereka penasaran pada apa yang akan dinegosiasikan di antara mereka. Tapi sebagai seorang laki-laki mereka sama sekali tidak ingin mendahului bertanya pada wanita apalagi Andini dianggap sebagai wanita yang lemah.

"Jangan pernah mempermainkan kami, Nona. Walaupun kamu seorang wanita, kami tetap akan melakukan apapun yang bisa membuat mulutmu yang pedas itu bungkam. Kalau itu sudah kami lakukan itu artinya kamu tidak memiliki kesempatan untuk hidup lagi."

"Apakah kamu benar-benar ingin melenyapkan aku dari muka bumi ini? Kalau memang itu tujuanmu, mengapa tidak kamu lakukan saja sekarang dan di sini? Tidak ada bedanya kamu lakukan di markas dengan di dalam mobil. Tidak ada orang yang tahu dan tidak akan ada orang yang membantuku."

Alex dan Bryan diam. Mereka tidak ingin melanjutkan perdebatan dengan Andini. Yang ingin mereka lakukan adalah dengan gadis itu untuk membuat kesepakatan yang bisa membuat mereka dihargai oleh Leo. Selama ini Alex dan Brian tahu kalau Leo sama sekali tidak menghargai mereka sebagai manusia. Leo hanya menganggap keberadaan mereka sebagai orang yang pantas untuk dijajah dan dijadikan sebagai alat untuk mencapai semua cita-cita Leo, bukan sebagai manusia yang layak dimanusiakan.

"Kami hanya melaksanakan perintah Bos dan tidak memiliki hak apapun untuk melakukan percobaan pembunuhan kepadamu. Berdoa saja setelah kamu bertemu dengan bosku, dia akan jatuh cinta kepadamu sehingga engkau bisa bebas melenggang begitu saja dan menikmati semua fasilitas mewah yang dimiliki olehnya."

"Apakah kamu pikir aku adalah seorang jalang yang mudah menyerahkan tubuhku begitu saja hanya demi kemewahan? Kalau itu yang ada di dalam pikiranmu, mulai hari ini tolong hilangkan dari otak busukmu. Walaupun kamu menganggap aku sebagai wanita miskin namun aku memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli oleh harta maupun kemewahan. Camkan itu"

Alex dan Leo diam. Mereka merasa sia-sia belaka melanjutkan pembicaraan dengan Andini.

Di tempat lain, saat ini, Zee sedang menyiapkan kendaraannya untuk mengikuti Willy. Dia tidak ingin kehilangan momen untuk menyelamatkan Andini dari cengkraman Leo. Dengan menggunakan sepeda motor matic yang dimilikinya, ia segera meninggalkan As Syifa. Ia melarikan motornya dengan kecepatan tinggi membuat beberapa pengguna jalan menggelengkan kepalanya melihat tindakannya. Zee beberapa kali melakukan kesalahan dan nyaris menabrak beberapa kali ia menerima hujatan dari orang-orang yang nyaris ia tabrak.

"Maafkan aku karena aku sama sekali tidak berniat untuk menabrak kalian. Andai kalian tahu kegelisahan yang sedang aku rasakan, kalian pasti tidak akan pernah memaki diriku saat ini,"gumam Zee sambil terus melajukan kendaraannya. Beberapa menit kemudian ia sampai di persimpangan jalan dan dia kembali memandang ke ponsel yang ada di depannya. Mencari tahu arah yang harus ia tempuh untuk bisa sampai di lokasi tempat Willy saat ini berada.

Setengah jam berlalu namun Zee sama sekali tidak menemukan tempat yang diberi oleh Willy. Dia segera menghentikan kendaraannya di sebuah lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk. Sebuah jalan berkelok dengan beberapa tikungan tajam, dimana tanaman pinus tumbuh begitu indah di sekelilingnya menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Zee membuka helm penutup kepalanya dan memandang sekeliling. Tempat yang baru saja ia lewati dan tempat yang baru saja ia jadikan sebagai tempat berlabuh saat ini, menyajikan pemandangan yang sangat indah, namun bagi Zee, hal itu benar-benar membuat bulu kuduknya berdiri.

"Tempat apa ini? Mengapa aku sama sekali tidak pernah melihat bahwa di kotaku ada tempat sebagus ini? Aku yang kurang gaul dengan lingkunganku atau tempat ini yang terlalu tersembunyi posisinya dari jangkauan? Entahlah yang jelas saat ini aku harus menemukan keberadaan Andini. Dia terlalu baik untuk disakiti. Aku sama sekali tidak ingin kehilangan dia dan aku tidak peduli apapun yang akan terjadi padaku asalkan Andini selamat. Dia sudah terlalu banyak berkorban untuk kehidupanku dan aku tidak ingin lagi membebani kehidupannya."

Zee terus saja bermonolog. Sebenarnya dia frustrasi dengan keadaan sekelilingnya yang tidak ada satu orangpun melintas di sekitarnya, namun rasa dan tekadnya untuk menyelamatkan Andini yang kuat membuat dia tidak gentar dan tidak mundur dari lokasinya saat ini.

Dooor

Sebuah tembakan terdengar tak jauh dari tempatnya berdiri membuat Zee segera mengedarkan pandangannya. Dia ingin melihat apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Namun belum juga dia menemukan peristiwa yang mengejutkan dirinya dan terjadi di hadapannya, kini ia dikejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki yang sedang menatapnya dengan senyum yang sangat menawan.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, Nona? Apakah kamu sedang tersesat atau memang sengaja datang untuk menemuiku disini?"

Zee memandang laki-laki yang berdiri di hadapannya yang kini juga sedang menatap kepadanya. Tatapan mereka bertemu membuat Zee harus segera memalingkan wajah untuk menghindari pertemuan dua mata mereka

"Siapa kamu? Mengapa kamu membuat aku terkejut? "

"Ha ha ha, aku ? Kau sama sekali tidak mengenalku?"

Zee perlahan menggeleng. Ia yang sama sekali tidak mengenal laki-laki di hadapannya hanya diam terpana menyaksikan laki-laki di hadapannya melangkah mendekatinya.

"Apakah benar kau sama sekali tidak mengenalku?"

Laki-laki di hadapan Zee mencoba mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Zee, membuat gadis itu menepisnya. Zee menggeleng sekali lagi. pengetahuannya tentang kedokteran dan medical hacker memang sama sekali tak diragukan, namun pengetahuan tentang laki-laki sama sekali tidak bisa ia banggakan. Ia terlalu menyembunyikan diri dengan pergaulan dan update tentang laki-laki populer di sekelilingnya sehingga tidak heran kalau dia sama sekali tidak mengenal siapapun.