Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 15 - 15. Bos Selalu Menang

Chapter 15 - 15. Bos Selalu Menang

Irawan memandang Zee yang kini sedang terpana menyadari bahwa analisa laki-laki di hadapannya sangat tepat. dia tahu Irawan bukan laki-laki biasa seperti pada umumnya. beberapa tahun bergaul dengannya membuat Zee tahu kelebihan yang dimiliki oleh Irawan. Melihat Zee memandangnya dengan intens, Irawan menggelengkan kepala. Ia tidak tahu apa arti pandangan gadis di depannya. Yang ia tahu saat ini ia akan berusaha untuk tetap menawarkan kepada Zee agar tinggal bersama dengan ibunya untuk menghindari bahaya yang sedang mengancamnya.

"Tinggallah di rumahku bersama dengan ibuku dan aku berharap di sana kamu bisa menikmati ketenangan walau hanya untuk sementara. kalau kamu ingin aku juga mengijinkan kamu untuk tinggal selamanya di sana bersamaku. Itupun kalau kamu tidak keberatan."

"Aku adalah pemeran utama dalam sandiwara ini. Jangan pernah memintaku untuk bersembunyi seperti pengecut yang tidak memiliki nyali sama sekali. Aku tidak melakukan kesalahan apapun sehingga tidak ada gunanya engkau menawarkan aku untuk bersembunyi di balik punggung ibumu. Aku sama sekali tidak ingin membawa orang lain dalam masalah aku dan membuat mereka celaka karena aku. Jangan pernah berpikir bahwa aku tidak mau menerima uluran tanganmu, Namun sekali lagi aku katakan kepadamu dokter, Aku adalah pemeran utama sandiwara ini dan aku juga yang harus mengakhiri semuanya."

Irawan menganggukkan kepalanya mendengar jawaban si atas permintaannya untuk tinggal bersama dengan ibunya.

"Antarkan aku pulang dan jangan pernah memberitahu siapapun tentang peristiwa yang baru saja kuhadapi. Biarkan ini menjadi rahasia kita berdua dan tanggung jawabku. Aku tidak akan melibatkan siapapun termasuk dokter Irawan. Hanya anak buah khusus yang ditugaskan untuk menghandle masalah ini."

Irawan mencebik. Dia buang pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata Zee.

"Ck, Aku tahu kamu perempuan kuat yang tidak akan pernah menyerah meski dalam masalah besar. Aku paham bagaimana kau berusaha menyelamatkan orang lain meskipun nyawamu sendiri sedang terancam. Tapi sebagai seorang sahabat aku tidak ingin sahabatku terjebak di dalam masalah mafia yang tidak ada ujungnya. Aku takut keluargamu akan menanggung akibatnya dan kamu juga akan hancur karena ikut campur tangan urusan mereka."

"Bukan seperti itu yang sebenarnya terjadi antara aku dan Leo."

"Lalu?" Zee menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Irawan.

"Antarkan aku pulang dan biarkan aku bersama dengan anak buahku di As Syifa. Bagaimanapun itu adalah tempatku dan tidak ada orang yang boleh melakukan intimidasi di sana. Aku mendirikan klinik Asyifa untuk menolong orang lain bukan untuk mencari apapun sensasi yang ada di muka bumi ini.

Irawan mengangguk. Dia segera menyalakan motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Ia sama sekali tidak ingin melewatkan kebersamaannya dengan Zee. Beberapa kali dia membelokkan motornya untuk mencari arah menjauh dari Klinik Assyifa. Zee yang tahu kalau Irawan sengaja memperlama kebersamaannya dengannya hanya diam. tidak ada gunanya memberontak dan meminta laki-laki itu untuk mempercepat motor.

Irawan membelokkan motornya ke sebuah restoran dan memarkirkannya di salah satu sudut halaman. Setelah turun dari motor, Irawan mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Zee dan mengikutinya masuk ke dalam restoran, namun Zee menolak uluran tangan laki-laki yang mulai merasa memiliki hak atas dirinya tanpa ijin dari yang bersangkutan.

"Aku bisa jalan sendiri. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin makan. Aku hanya butuh istirahat dan menelentangkan tubuhku di tempat tidurku. Bukan makan."

Irawan tak membalas penolakan Zee. Dia tahu bahwa tidak ada gunanya menjawab ucapan Zee karena dia lebih pintar untuk memberi alasan daripada menerima pendapat orang lain. siang tahu kalau Irawan sengaja tidak menjawab ucapannya akhirnya melangkah mengikuti laki-laki yang menolongnya hari ini.

Setelah masuk dan disambut pelayan restoran Family, Zee dan Irawan menempati ruang khusus. Ruangan berukuran tiga kali lima itu merupakan tempat yang biasa digunakan oleh Irawan untuk menghabiskan waktu luang. Pemilik restoran yang memiliki jabatan ganda sebagai orang dokter di sebuah rumah sakit itu kini meminta para pelayan untuk memberikan pelayanan kepada mereka dengan menyajikan menu spesial.

Beberapa pelayan yang bertugas melayani Irawan dan Zee, segera menyiapkan makanan dan mengantarnya ke ruang pemilik. Mereka sesekali melirik wajah wanita yang duduk bersama bosnya di satu meja. Mereka merasa iri dengan kedekatan Zee dan Irawan. Selama ini mereka tahu kalau Irawan sama sekali tidak tertarik pada wanita manapun.

"Silakan makanannya, Tuan."

Irawan menganggukkan kepalanya dan mengacungkan jempolnya menerima hidangan tersebut. Ia segera menyodorkan beberapa menu ke hadapan Zee dan memintanya untuk menikmati sajian.

"Mengapa sebanyak ini, Dok? Aku tidak mungkin bisa menghabiskan semuanya."

"Dok? Kau panggil aku Dok setelah selama ini kita mempelajari medical Hacker?'

Zee menggaruk kepalanya dan menggeleng. Ia tidak tahu bagaimana menghindarkan dirinya dari pemuda tampan yang selalu memaksakan kehendak kepadanya.

"Hah, lalu apa yang harus kukatakan untuk memanggilmu, Tuan? Aku sama sekali tidak tahu panggilan apa yang terbaik untukmu."

Zee yang frustrasi segera mengambil makanan di hadapannya dan memulai makan. Ia terus fokus pada makanan di hadapannya tanpa menyadari kalau selama ia makan, Irawan mengambil beberapa pose saat dia lengah.

Waktu terus berjalan dan tanpa terasa, kebersamaan Zee dan Irawan sudah hampir dua jam. Zee selalu ingin mengakhiri kegiatannya, namun berkali-kali pula Irawan mengulur waktu.

"Aku memiliki banyak urusan di klinik. Jangan membuat aku duduk di sini terlalu lama sedang di tempatku sedang banyak mengantri pasien."

' Sudah ada Yudha yang menghandle semuanya. Jangan beralasan karena aku tahu kegiatanmu."

"Mas. . . "

"Apa?"

Zee memukulkan tangannya di meja, membuat beberapa pelayan berlarian dan datang mengunjungi mereka seolah mereka mendapatkan perintah darurat.

"Ma-maaf, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?"

Zee dan Irawan memandang pelayan lalu mereka hanya saling pandang. Irawan yang tahu apa yang dialami oleh pelayannya saat mendengar pukulan di meja tersenyum. dia ingin memberi pembelajaran kepada Zee agar tidak mudah marah saat bersamanya. Dia lambaikan tangan dan meminta salah satu dari pelayan untuk mendekat. seorang wanita muda dengan dandanan yang modis mendekati Irawan dan duduk sambil menunggu perintah bosnya dengan sabar tanpa protes. Zee memandang interaksi keduanya. Dalam diam dia menganalisa apa yang akan disampaikan oleh Irawan kepada anak buahnya.

Setelah lima menit berjalan, belum ada tanda-tanda kalau laki-laki di hadapannya akan memberi perintah.

"Jangan membuat pelayanmu kesl karena menunggumu, Tuan. Sampaikan saja perintahmu dengan cepat agar dia berlalu dari sini."

"Ha ha ha,apakah itu artinya kau terganggu dengan kehadirannya?'

"No."

"Lalu? Mengapa kau memintaku untuk segera memberikan perintah dan menyuruhnya pergi dari sini? Apakah itu bukan berarti kau keberatan saat mereka berada di sini?"

"Huft, bos memang selalu menang."