Akhirnya Zee sampai di klinik Asyifa dengan selamat setelah Irawan mengantarnya dengan Pajero yang dikendarai langsung oleh Irawan, sedangkan motor matic milik Zee dibawa oleh anak buah Irawan dan diantar ke klinik Asyifa. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti semua perintah Irawan. Semua dilakukan karena dia tidak ingin terlalu lama berada dekat dengan laki-laki yang tidak memiliki hubungan apapun dengan dirinya. Selama ini Zee selalu menjaga diri dari pergaulan dengan lawan jenis. Bukan karena dia tidak suka pada lawan jenis, tapi murni karena dia ingin menjaga kesuciannya.
Sampai di klinik Asyifa, Zee dan Irawan dikejutkan oleh kejadian di mana Afzal mengamuk dan meminta bertemu dengan pemilik klinik. Laki-laki itu memberontak ingin keluar dari klinik tersebut karena merasa dia sudah membaik dan harus menyelesaikan beberapa acara. Afzal berdalih bahwa dia tidak ingin terlalu lama meninggalkan perusahaannya. Dia juga ingin mencari penyelamatnya. Seorang wanita yang dia sendiri belum hafal ciri-cirinya.
"Dokter, Alhamdulillah dokter segera datang. Kami pusing dengan pasien di kelas VIP. Tuan Afzal mengamuk dan dia meminta untuk bertemu dengan pemilik klinik ini. Apa yang harus kami lakukan agar dia tidak melanjutkan aksinya di sini dokter?"
Zee memandang Irawan yang kini juga sedang memandangnya seolah meminta penjelasan tentang pasien yang berada di VIP. Ada sesuai yang membuat Irawan tergelitik untuk mengetahui permasalahan di klinik Assyifa selama ini. Tanpa menunggu konfirmasi dari Zee, Irawan melangkah ke ruang VIP mengikuti anak buah Zee yang berjalan terlebih dahulu.
Sampai di ruang perawatan Afzal, dokter Irawan kemudian menghampiri laki-laki yang kini sedang duduk di bed pasien sambil memandang keluar. Melihat kehadiran Irawan, Afzal terpana. Dalam hati dia yakin bahwa laki-laki yang kini datang kepadanya adalah pemilik klinik tersebut. Dia ingin mencari informasi terkait hilangnya benda-benda pribadi yang ada bersamanya saat ini, termasuk chip yang menjadi rebutan beberapa orang yang memiliki kepentingan yang sama.
"Apakah kamu adalah pemilik klinik ini? Katakan kepadaku dimana benda-benda berharga yang ada di saku celanaku ketika aku masuk ke dalam klinik. Peristiwa penodongan itu membuat aku benar-benar kehilangan kesadaran. Kini aku bisa mengingat apa yang ada di saku celanaku saat aku diserang oleh musuh. Aku memiliki dua chip berharga yang memiliki database sebuah perusahaan besar dan juga ada ponsel dan dompet yang berisi beberapa kartu identitas dan kartu ATM. Semua hilang karena aku yakin ada anak buahmu yang bernama dokter Lia yang mengambilnya. Katakan kepadanya bahwa aku sama sekali tidak terima ketika dia melakukan pencurian itu. Aku akan menuntut balas dan melaporkan kejahatannya kepada pihak berwajib. Tentu saja ketika dia tidak mau menyerahkan semua hartaku. Aku akan menghentikan pelaporan kalau dia mau memberikan semua kepadaku.
Irawan memandang Zee yang kini masih terpana mendengar apa yang diucapkan oleh Afzal. Dia sama sekali tidak percaya dengan tuduhan yang dilakukan oleh Afzal kepada Zee, namun dia tidak akan menjeda pembicaraan Afzal dengan memberikan pertanyaan atau penolakan terhadap statement yang diucapkannya.
"Bagaimana aku memastikan bahwa anak buahku ini adalah satu-satunya pencuri yang kamu curigai? Apakah kamu memiliki bukti atau saksi yang bisa membuat aku percaya bahwa tuduhan terhadapnya adalah benar? Kalau kamu bisa menghadirkan saksi, Aku akan menolongmu mencari benda tersebut, namun ketika kamu hanya menuduhnya dengan tanpa ada dasar sama sekali, maka jangan pernah berpikir kalau aku akan menuruti semua permintaan kamu."
"Kamu tanyakan saja kepadanya. Dia yang akan menjawab semuanya dengan gamblang. itu kalau dia adalah manusia jujur. kalau dia manusia yang lainnya anting kan kepentingan diri sendiri Aku yakin dia tidak akan pernah mengakui semua perbuatannya. Apalagi di hadapan atasannya seperti kamu. kamu bisa mengecek ruang pribadinya atau apapun tempat itu sehingga kamu mampu menemukan benda-benda yang aku sebutkan tadi. Aku akan memberikan hadiah kepada siapapun kalau mampu membawa kembali semua hartaku."
Irawan memandang Zee yang kini sedang mengeratkan rahang sambil mengepalkan tangannya. Irawan sebenarnya tahu kalau Zee sedang kesal mendapat tuduhan Afzal, namun dia tidak bisa berkata banyak. Dia tahu Zee pasti memiliki alasan lain jika dia melakukan semua yang dituduhkan kepadanya.
"Apakah yang dikatakannya benar?"
Zee mengempaskan napas kasarnya. Dia tidak yakin kalau Irawan mempercayai semua ucapan Afzal dengan mudahnya.
"Apakah aku memiliki tampang pencuri? Kau bahkan sudah mengenalku dengan baik, namun mengapa kau lebih memilih mempercayainya dibanding mempercayaiku?"
Zee melangkah meninggalkan ruang perawatan Afzal. Irawan dan Afzal saling pandang. Mereka menggelengkan kepalanya melihat sikap Zee yang arogan dan itu diluar ekspektasi Afzal.
Irawan memandang Afzal yang masih menatap Zee dengan penuh kebencian. Hal ini membuat Irawan tersenyum. Dia yakin bahwa Afzal bukanlah saingan yang akan membawa Zee menghilang darinya sehingga kali ini ia ingin sekali mendukung semua tindakan Afzal, tentu saja dengan sembunyi-sembunyi.
Irawan tersenyum melihat Afzal yang masih bersungut-sungut di tempatnya saat melihat Zee meninggalkannya tanpa menyelesaikan masalah. Irawan ingin membuat agar Afzal dan Zee semakin membenci satu sama lain agar mereka tidak saling mencintai karena bagi Irawan, Afzal adalah pemuda luar biasa yang mungkin mampu membuat hati Zee jatuh cinta kepadanya. Ada beberapa hal yang tidak dimiliki oleh laki-laki anapun, ada dalam diri Afzal. ketampanan wajahnya yang tak biasa dan ada daya tarik lain yang dirasakan oleh Irawan saat melihat laki-laki itu.
Melihat Irawan tersenyum, Afzal mengerutkan keningnya mencoba menganalisa apa yang sedang ada dalam pikiran Irawan.
"Mengapa kamu tersenyum sendiri seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan perdebatanku dan gadis itu? Jangan bilang kamu adalah kekasihnya yang akan membelanya dihadapanku karena aku sama sekali tidak akan percaya bahwa dia adalah gadis yang baik."
Irawan hanya menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar bahagia ketika ada orang lain menilai dengan penilaian yang buruk karena ia yakin laki-laki itu tidak akan menjadi saingan beratnya. Dalam hati ia berjanji untuk menjauhkan Zee dari Afzal.
"Aku tersenyum sendiri karena menemukan laki-laki cerdas seperti ini yang mampu menilai perempuan seperti gadis itu. Kalau kamu merasa bahwa barang-barang yang kamu miliki diambil oleh dia, itu tidak benar, tetapi mulai saat ini berhati-hatilah dengannya. Dia memiliki kemampuan luar biasa yang akan membuat siappaun yang emlihatnya jatuh cinta kepadanya."
"Apakah menurut kamu ia adalah dukun yang mampu menaklukan hati laki-laki? Jangan harap aku akan bisa ditaklukkan karena melihatnya saja aku sama sekali tidak ingin."
"Bagus kalau seperti itu. Aku berharap perasaanmu akan selalu seperti itu selamanya kepadanya. Biarkan dia menjadi wanita yang egois dan arogan. Keegoisannya itu akan membawanya kepada penyesalan yang tak berujung."
Afzal dan Irawan melanjutkan pembicaraan, menyangkut semua keluhan Afzal dan beberapa masalah kesehatannya. Beberapa orang yang mendengar percakapan Afzal dan Irawan saling pandang, namun mereka sama sekali tidak berani berkomentar.