Leo terpana mendengar ucapan Zee. Ia ingin sekali mencubit wajah lembut milik wanita yang ada di hadapannya namun dia urungkan. Sebuah tangan memegang lengannya dan ia tidak bisa melihat pemilik tangan kekar yang sedang mencoba bermain dengannya.
"Jangan pernah bermain-main dengannya karena aku akan menjadi orang pertama akan menghambat jalanmu. Jangan pernah berpikir bahwa kamu satu-satunya orang yang bisa melakukan apapun di muka bumi ini. Aku tidak akan mengijinkan tangan kotor ini untuk wanitaku karena sekali saja engkau menyentuhnya maka aku akan mematahkan tangan mu."
Leo yang mendengarkan ucapan dari laki-laki yang memegang tangannya, mencoba untuk menaruh kepalanya melihat pemilik suara yang benar-benar sangat berwibawa di belakangnya, namun beberapa kali dia mencoba dia masih tetap gagal. Leo yang penasaran hanya bisa gerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri tanpa berhasil melihat wajah laki-laki yang sangat arogan di telinganya. Kalimat-kalimat ancamannya benar-benar membuatku merasa jijik dan ingin menghancurkan laki-laki yang berani bermain-main dengan dirinya.
"Lepaskan aku dan izinkan aku untuk melihat wajahmu. Setelah itu kita akan bertempur sampai titik darah penghabisan untuk memperebutkan wanita istimewa ini. Aku tidak akan pernah mundur selangkah pun hingga maut memisahkan jiwa dan ragaku.jangan pernah menjadi pengecut dengan menghalangi aku untuk melihat wajahmu."
Laki-laki yang kini memegang tangan Leo tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang diucapkan oleh nya. Dia sama sekali tidak mengabulkan apa yang diminta oleh Leo kepadanya.
"Ha ha ha, lakukan saja kalau kau mampu. Aku akan dengan senang hati melawanmu. Saat itu terjadi, maka waktu kematianmu sudah sangat dekat. Aku tidak pernah membiarkan orang-orang yang menentangku hidup dengan damai di sarangnya."
"Sombog sekali kamu. Lepaskan aku dan kita bertarung satu lawan satu." Leo masi berusaha melepaskan diri, namun berkali-ali dia gagal. bukannya lepas, pegangan laki-laki itu justru mengencang dan mengunci pergerakannya dengan sempurna.
Dengan lincah dia menotok beberapa titik yang ada di punggung Leo sehingga laki-laki itu tercjerembab tanpa pertolongan siapapun. Zee yang melihat kejadian itu terpana lalu menoleh kepada laki-laki yang sedang berusaha untuk membebaskan dia dari tangan Leo. Zee terpana memandang laki-laki tampan yang kini sedang tersenyum kepadanya. Dia sama sekali tidak mengira kalau Irawan yang sedang menjadi narasumber dalam seminar medical hacker kini sudah berada di depannya.
"Do-dokter....?"
Irawan yang melihat Zee hendak menyebut namanya menggelengkan kepala menolak apa yang akan dilakukan oleh gadis di hadapannya. Dia tidak ingin Zee yang tidak sengaja membocorkan namanya justru membuat Leo menjadi tahu kalau laki-laki yang mengancamnya adalah Irawan. Melihat kalengan kepala dokter Irawan, Zee menganggukkan kepalanya. Ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada seolah meminta maaf atas kesalahan yang akan dia lakukan.
"Kita pergi sekarang dan jangan pernah kembali ke sini karena mereka pasti akan menemukan dirimu dan mencoba untuk memenjarakan mu di istananya. Aku sangat menyayangkan kalau selama ini kamu selalu bertindak sendiri tanpa memberitahu siapapun. Tidak bisa membayangkan suka apa yang akan terjadi ketika kamu bisa dikuasai oleh laki-laki itu."
"Iya aku minta maaf. Aku tidak akan mengulang untuk yang kesekian kalinya. Sebenarnya aku sudah memberitahu seseorang bahwa aku akan ada di wilayah ini namun aku kehilangan jejaknya. Awalnya aku mengira laki-laki itu adalah penolongku yang akan menunjukkan arah jalan yang benar namun dia lebih suka memaksakan kehendaknya dan sama sekali tidak pernah mau menghargai orang lain. Dia mengajakku untuk bersembunyi dari anak buahnya yang sedang mencari pemilik klinik Asyifa.
Irawan terperangah mendengar si mengungkapkan bahwa beliau sedang mencari pemilik klinik Assyifa. yang Leo tahu pemilik klinik tersebut adalah wanita yang ada di hadapannya.
"Bukankah...."
"Iya tapi dia sama sekali tidak tahu. Kalau dia tahu dia pasti sudah melakukannya sejak awal dan Kau pasti akan terlambat."
Irawan mengangguk lalu dia meminta kunci motor milik dan menyalakannya.
"Cepat naik dan jangan pernah berpikir macam-macam. Aku murni menolong dan jangan pernah ragu untuk berpegangan padaku karena aku akan melakukannya dengan kecepatan untuk menyelamatkan kita dari anak buahnya yang sedang memata-matai pergerakan kita saat ini."
Zee mengangguk, dengan cepat ia segera naik ke jok motor dan berpegangan pada Irawan yang kini benar-benar melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan hutan.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di persimpangan jalan. Tampak beberapa orang sedang berkerumun dan mengerumuni sebuah motor yang sedang tergeletak di tengah jalan. Tidak ada satupun orang yang mencoba untuk menolong korban. Semua laki-laki yang sedang berkembang itu sedang mengintimidasi wanita yang jatuh dan bersimbah darah di jalan beraspal yang panas akibat sengatan matahari.
Zee yang merasa terpanggil untuk menolong wanita itu segera memperoleh pinjam Irawan penemuan benda untuk berhenti di antara para laki-laki yang sedang berkerumun, namun bukannya mau mengikuti perintah Zee, Irawan justru mempercepat laju kendaraannya meninggalkan mereka.
"Mengapa kamu meninggalkan gadis yang sedang dikerumuni laki-laki yang banyak tanpa mereka berniat menolong sama sekali? Apakah perasaanmu sudah mati sehingga kamu bertindak seperti ini? Turunkan aku dan aku akan menolong wanita itu.!"
Irawan menghentikan motor yang dikendarainya lalu dia menetapkan nilai yang masih berada di boncengannya.
"Mereka sedang memancing kita untuk berhenti dan menolong wanita tersebut. Apakah kamu tahu bahwa wanita itu juga seorang penipu yang ingin menjebak kita?"
"Penipu? Menjebak? Apa maksudnya? Apakah mereka tahu kalau panggil klinik Assyifa selalu menggunakan kendaraan roda dua?"
"Bisa jadi dan semuanya serba mungkin. Mereka akan melakukan apapun mereka anggap benar untuk orang-orang yang menjadi penghalang tujuan mereka menguasai dunia bawah. Kalau kamu ingin bermain bersama mereka kamu boleh datang pada mereka saat ini dan menyerahkan diri."
Zee menarik nafas dalam. Dalam hati dia bersyukur bahwa Irawan memiliki kepekaan luar biasa terhadap kemungkinan yang sedang dihadapi. Andai saja tadi dia menuruti keinginan Zee, saat ini mungkin mereka sudah tertangkap.
"Terima kasih atas perlindungan yang baru saja kamu lakukan kepadaku. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya ketika kita berhenti dan menolong wanita itu. Maafkan aku karena selama ini tidak pernah mau mendengarkan ucapanmu."
Irawan menganggukkan kepalanya lalu ia membalikkan badan dan menyalakan motor untuk yang kedua kali lalu melakukan motor tersebut dengan kecepatan sedang. Dia ingin membawa si meninggalkan ibu kota, dan mengajak dia tinggal di rumah ibunya untuk menyelamatkan Zee dari rongrongan musuh, namun sekali lagi Irawan tidak ingin memaksakan kehendaknya. Dia tahu Zee tidak akan mudah begitu saja menerima ajakannya. Selama ini Irawan tahu bagaimana prinsip hidup wanita itu yang berbeda dari wanita-wanita lain yang dikenalnya.