Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 13 - 13. Tetaplah Bersamaku

Chapter 13 - 13. Tetaplah Bersamaku

Laki-laki yang masih berdiri di tempatnya menatap Zee, kini tersenyum. Entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda saat melihat wanita yang berdiri di hadapannya. Hati kecilnya mengatakan bahwa dia sudah pernah bertemu dengan Zee sebelumnya, namun dia sama sekali tidak mengingat peristiwa itu.

Melihat laki-laki itu memandangnya dengan intens, Zee mengerutkan kedua keningnya mencoba memikirkan langkah yang akan diambil saat ini. Niat awalnya ingin menyelamatkan Andini dan dia tidak boleh membelokkan niatnya dengan menuruti keinginan laki-laki asing itu.

"Katakan kepadaku tempat yang ingin kamu tuju gadis manis. Aku akan dengan senang hati mengantar mu."

Zee menggelengkan kepalanya lalu mengangkat kedua tangannya menolak permintaan laki-laki di hadapannya.

"Aku tidak akan pernah pergi dengan orang yang baru saja aku kenal. Bukan apa-apa. Aku hanya ingin menjaga diri agar tidak terjebak dalam perangkap orang yang sama sekali belum aku ketahui tabiatnya."

"Benarkah? Kamu sama sekali tidak mengenalku? Kalau para wanita selalu merebutkan diriku, namun engkau sama sekali tidak memiliki kebiasaan dengan wanita-wanita di sekelilingku? Kau sama sekali tidak tertarik untuk pergi denganku? Sungguh sangat menyenangkan dan aku menjadi sangat tertarik untuk bisa dekat denganmu."

Zee menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak ingin ada laki-laki yang merasa tertarik kepadanya, apalagi laki-laki asing yang baru saja di ketahui.

"Aku tidak butuh orang yang tertarik kepada ku. Sekarang pergi dari hadapanku dan jangan pernah muncul kembali karena aku tidak nyaman sama sekali. Di dalam pergaulan ketika ada dua orang laki-laki dan perempuan maka setan ada di antara kita dan tidak akan mengijinkan hal itu terjadi."

Laki-laki dihadapan Zee mengulurkan tangannya mengajak Zee berjabat tangan. Namun Zee segera menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Kamu tidak mau kuajak berjabat tangan? Oke baiklah, aku menyerah. Kenalkan aku Leo. Orang selalu memanggilku Tuan Pratama. Aku anak kedua dari keluarga kaya yang terkenal di negeri ini. Zulfikar Pratama. Apakah kamu masih tidak mengenalku atau kamu pura-pura tidak tahu hanya untuk membuat aku semakin tertarik kepadamu? Katakan dengan jujur agar aku tidak pernah salah siapa namamu dan apa tujuanmu datang ke tempat ini."

"Aku Zee."

Leo mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar Zee mengenalkan dirinya. Nama itu baru dia dengar saat ini. Meskipun demikian dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Zee kepadanya.

"Hanya Zee?"

Zee menggelengkan kepalanya lalu ia menatap sekeliling. Hutan pinus yang awalnya tampak indah kini menjadi menyeramkan. Dia tidak tahu akan terjadi apa di tempat itu antara dirinya dan Leo, sehingga dia perlu untuk memasang mode waspada. Tidak terlena dengan obrolan antara dia dan Leo saat ini.

"Bagaimana?"

Leo membuyarkan lamunan Zee, membuat gadis itu tersentak dan nyaris jatuh. Saat menyadari dirinya melamun, Zee Segera menegakkan badannya. Walau tubuhnya limbung ih iya tetap tidak menghendaki tangan milik Leo menyentuh dirinya meskipun hanya untuk membantu. Melihat pergerakan si, Leo mencebik. Dia benar-benar merasa tertolak pola tindakan yang dilakukan Zee namun sebagai laki-laki tidak pantang untuk menyerah.

Leo menarik tangan dan mengajaknya menjauh dari motor matic yang masih terparkir di pinggir jalan.

"Lepaskan tanganku. Aku sama sekali tidak suka ada laki-laki asing menyentuhku. Jangan pernah engkau memanfaatkan situasi seperti ini untuk melakukan hal yang sama sekali tidak aku sukai."

Leo terus menarik tangan isi tanpa mempedulikan penolakan yang dilakukan oleh gadis itu. Iya benar-benar merasa tertantang untuk bisa menaklukkan si.

"Kamu sudah tahu siapa namaku dan dari mana aku berasal. Kini giliranmu mengatakan padaku siapa keluargamu."

Zee menggeleng. Bukan dia ingin memungkiri bahwa dirinya berasal dari keluarga yang sangat disegani di masyarakat karena Zee sama sekali tidak ingin diketahui asal usulnya sendiri. Dia tatap Leo sesaat lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Aku dari kalangan masyarakat biasa. tidak ada yang perlu dibanggakan."

Leo menatap Zee dengan mengerutkan keningnya. Dalam hati ia berjanji akan menjaga Zee dengan segenap jiwa dan raganya, apalagi saat ini anak buahnya sedang dalam proses pencarian manusia yang dianggap sebagai rival.

"Itu tidak penting. Yang terpenting saat ini ikutlah denganku agar kau selamat dari cengkeraman anak buahku."

Zee menajamkan pendengarannya mendengar Leo Mengucapkan kata anak buah selama ini sih sama sekali tidak pernah berpikir untuk berlindung di balik kekuasaan orang lain. Dia yang terbiasa hidup mandiri hanya mengangkat kedua tangannya menolak ucapkan Leo.

"Jangan pernah berpikir untuk menyembunyikan aku di dalam bilikmu karena aku sama sekali bukan manusia pengecut yang hanya mampu untuk bersembunyi di balik kekuasaan orang lain. Aku tidak merasa terlibat apapun dengan anak buahmu sehingga kamu tidak harus terlalu berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan aku dari mereka."

Leo mencebik. Dia tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh wanita cantik di hadapannya. Dia yang tahu bagaimana tabiat anak buahnya saat pencarian musuh masih belum menerima argumen yang diungkapkan oleh si kepadanya saat ini.

"Jangan pernah membantah ucapanku sebelum engkau menyesal karena apa yang aku katakan benar-benar menjadi kenyataan. Tetaplah bersamaku sampai waktu yang tidak bisa kutentukan. Aku mendapat laporan dari mereka yang sedang mencari pemilik klinik Asyifa bahwa mereka akan melakukan penyisiran ke beberapa wilayah dan aku yakin tempat ini sebentar lagi akan didatangi oleh mereka. Kalau itu terjadi aku khawatir engkau akan terciduk dan dibawa oleh anak buahku ke markas.

Zee terpana mendengar penjelasan dari Leo. Niat awalnya untuk menyelamatkan Andini kini sementara ia hentikan. Entah mengapa ia menjadi yakin bahwa apa yang diucapkan oleh saat ini adalah kebenaran dan bukan hanya rekayasa.

Melihat Zee terdiam, Leo tersenyum. Saat ini ia benar-benar yakin kalau Zee akan menuruti semua keinginannya. Dengan percaya diri penuh, Leo mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan Zee dan mengajaknya pergi meninggalkan wilayah tersebut.

"Ikut aku dan kau akan aman."

"Tolong antar aku ke rumah. Aku ingin pulang dan akan tinggal dengan keluargaku. Bukan dengan orang asing sepertimu."

"Ck, kau . . . tidak bisakah kau memanusiakan aku? Kita sudah mengobrol bersama dan saling memperkenalkan diri masing-masing. Mengapa masih ragu? Apakah kau tidak percaya pada apa yang kukataan?"

Zee menggeleng sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Jujur ia ingin sekali melarikan diri dari cengkeraman Leo, namun ia tidak ingin Leo menyadari semuanya. Ia hanya ingin bermain cantik dan saat ia sudah berhasil menyelamatkan diri, ia akan melarikan diri sejauh mungkin dari kehidupan laki-laki itu.

"Jangan pernah berpikir untuk membohongiku. Aku tidak akan pernah memaafkan kamu kalau kau sampai membuat aku terluka."

Zee menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku tidak ingin menyakiti siapapun."

"Bagus"

"Dan juga tidak ingin disakiti oleh siapapun."

Leo terpana mendengar ucapan Zee. Ia ingin sekali mencubit wajah lembut milik wanita yang ada di hadapannya namun dia urungkan. Sebuah tangan memegang lengannya dan ia tidak bisa melihat pemilik tangan kekar yang sedang mencoba bermain dengannya.