Chereads / Pungguk Tak Merindukan Bulan / Chapter 10 - 10. Asisten Loyal

Chapter 10 - 10. Asisten Loyal

Alex dan Brian membawa Andini ke markas sedangkan Leo yang kini sedang menerima penolakan dari beberapa anak buah Zee masih berusaha untuk menerobos pertahanan mereka untuk menemukan akses menuju ruang pribadi pemilik klinik Assyifa.

'Menyingkir dari hadapanku dan jangan pernah menghalangi jalanku karena engkau akan menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan."

Yudha dan wildan beserta anak buahnya sama sekali tidak menggubris ucapan Leo. Mereka tetap bertahan di hadapan Leo dan menolak intimidasi yang dilakukan oleh laki-laki tampan namun arogan. Dia tahu, tidak ada hal yang lebih penting selain melindungi bos yang selama ini sudah memberi kenyamanan hidup kepada mereka. Bos lemah lembut yang selalu melindungi kepentingan mereka dan keluarga. Orang yang sudah memberikan fasilitas hidup mewah dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar ilmu medical hacker.

"Jangan pernah bermimpi untuk memerintahkan kami karena kami sama sekali tidak takut kepadamu. Aku akan tetap menghadang kamu disini demi melindungi Bos. Jangan pernah berpikir kami takut menghadapimu meskipun kami tahu siapa dirimu yang sesungguhnya."

Leo yang menerima penolakan dari Yuda dan wildan kemudian memandang ke belakang mencoba meminta anak buahnya untuk melawan anak buah Zee. Leo penasaran mengapa Yudha dan wildan sama sekali tidak takut kepada kekuasaan yang sudah dimilikinya.

Yudha dan Wildan masih terus berjuang mempertahankan semua yang menjadi kewajibannya untuk dipertahankan. Bukan hanya karena Yudha dan Wildan sudah memiliki kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Zee, namun semua karena dia merupakan orang yang bertanggung jawab atas pekerjaan yang diambilnya.

"Kamu tetap akan bertahan di tempatmu seperti ini atau menyingkir?"

Wildan dan Yuda saling pandang lalu mereka mengacungkan kedua jempol nya.

"Semua keputusan mengandung resiko dan aku lebih memilih untuk tetap bertahan di sini menolak kehadiran Tuhan yang aku yakin akan membuat kegaduhan di klinik tempat saya bekerja.'

"Tidak akan kalau kamu memberikan aku kesempatan untuk mengetahui semua yang ada di sini."

"Itu tidak ada untuk terus kami Tuan. Bos kami memiliki hak untuk dilindungi. Dia juga memiliki hak untuk hidup tenang tanpa ada intimidasi dari pihak manapun termasuk Tuan Leo yang memiliki kekuasaan di atas semua orang yang ada di muka bumi ini."

"Kamu mengakui aku dan kekuasaan aku di atas semua orang itu mengapa engkau lebih memilih untuk bertahan dan menghalangi aku untuk masuk?"

"Itu satu pengecualian, Tuan. Aku bukanlah seorang penghianat. Ketika aku menyatakan diri untuk bekerja pada bosku maka saat itulah aku merasa aku selalu harus bertanggung jawab untuk melindungi bagaimanapun kondisi bosku saat ini."

Leo menganggukkan kepalanya kagum dengan kesetiaan yang dimiliki oleh anak buah klinik Asyifa. Beberapa kali ia mengalami kejadian yang sama saat ingin masuk ke klinik tersebut. Anak buah yang di miliki oleh pemilik klinik Assyifa benar-benar loyal dan bisa dibanggakan. Mereka sama sekali tidak gentar pada kedudukan dan ancamannya. Yang Leo temukan saat berada di Assyifa adalah anak buah yang benar-benar mau mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan ketentraman dan keamanan klinik tersebut.

Leo menganggukan kepalanya lalu ia memandang Yudha, orang yang ia anggap lebih dewasa dibandingkan teman-temannya yang lain. Ia ingin melakukan negosiasi dengan laki-laki tersebut untuk bisa bertemu dengan pemilik klinik itu.

"Katakan kepadaku apa yang harus aku lakukan untuk bisa bertemu dengan bosmu."

Yudha yang mendapatkan tatapan Leo, menganggukkan kepalanya. Dia mulai waspada pada perubahan sikap Leo yang sangat cepat.

"Katakan kepadaku mengapa Tuan berubah begitu cepat. Jangan bilang Tuan ingin membuat aku terlena dengan perubahan sikap tersebut padahal sebenarnya di dalam hati Tuan merasa memenangkan pertandingan hatiku."

Leo menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Yudha. Ia tahu laki-laki di depannya adalah laki-laki cerdas yang berpendirian dan prinsip yang kuat. Dia tidak ingin terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Salah langkah sedikit saja akan membawa akibat yang fatal untuk klinik tempat ia bekerja.

"Bawa aku pada orang yang sudah membuat engkau benar-benar memiliki prinsip yang kuat. Aku berjanji tidak akan membuat onar. Aku juga berjanji akan bertindak baik pada majikanmu. Percayalah kepadaku karena aku juga memiliki komitmen yang sama denganmu."

"Bosku sedang berada di luar kota, Tuan. Hari ini beliau mendapatkan undangan untuk mengisi seminar di sebuah kota dan baru akan pulang dua hari yang akan datang."

Leo menggelengkan kepalanya. Ia tahu Yudha sedang tidak berbohong. Ia segera menganggukkan kepalanya dan melangkah meninggalkan As Syifa menuju mobil yang terparkir di halaman klinik. Yudha dan Wildan menarik napas dalam. Mereka benar-benar lega pada keadaan yang sedang dihadapinya. Awalnya mereka mengira Leo tidak menerima informasi yang baru saja dia berikan, namun kini Yudha tahu bahwa apa yang diucapkan Leo hampir semua benar.

"Apakah kita sedang terlibat dunia mafia? Ada sesuatu yang aku khawatirkan terutama tentang kekeraskepalaan Tuan Leo yang ingin menemui Nona.'

"Bisa jadi. Kita harus menyelidiki semua dan mendapatkan informasi yang akurat agar kita tidak jatuh dalam perangkap orang yang salah."

Yudha dan Wildan mengangguk lalu memandang beberapa pekerja yang masih berdiri di pintu lift.

"Jangan sampai lengah da waspadai setiap orang yang masuk ke klinik ini!"

"Siap Tuan. Kami akan melaksanakan apa yang Tuan perintahkan kepada kami."

Yudha menganggukkan kepalanya lalu melangkah mendahului Wildan menuju ruang kerjanya. Di sana ia memandang sekeliling, mencari keberadaan dokter Andini.

"Dimana Dokter Andini? Apakah beliau sudah pulang? Jangan bilang kalau penjahat itu menculiknya."

Sazkia yang sejak awal tahu kalau Andini mengisi ruang kerja Zee segera berlari menuju ke lantai dua, dimana ruang kerja direktur utama rumah sakit berada. Ia segera membuka pintu dan mengedarkan pandangan pada ruangan yang kosong.

"Dokter, dokter di mana?"

Tidak ada sahutan. Hanya ada detak jarum jam yang memenuhi ruangan itu dan Sazkia menjadi merinding dibuatnya. Beberapa kali ia mendengar detak jarum jam yang keras, namun detak itu tidak sama dengan apa yang ia dengar saat ini. Sazkia segera meniinggalkan ruangan direktur utama dan berlari menemui Yudha dan Wildan di ruang kerja mereka.

"Tu-Tuan, Dokter Andini tidak di ruang kerja Dokter Lia."

Yudha dan Wildan saling pandang. Mereka memandang Sazkia yang masih terengah akibat berlari dari lantai dua menuju ruangan tersebut di lantai satu.

'Perintahkan Arman untuk mengecek CCTV"

"Baik Tuan."

Semua pekerja berlarian melaksanakan perintah Wildan. Yudha mencoba menghubungi Zee yang kini sedang berada di ruangannya, melakukan meeting online dengan para dokter di rumah sakit seluruh Indonesia.

Zee yang sedang fokus pada kegiatannya, sama sekali tidak merespon panggilan Yudha. Dia hanya menghentikan presentasinya sesaat dan mengirim pesan kepada anak buahnya untuk menindaklanjuti pesan Yudha lalu kembali fokus pada kegiatannya, memberi analisa kepada para paztrooper wilayah yang sedang berkumpul untuk membahas beberapa analisa penyimpangan di tubuh manusia dari kaca mata medical hacker