"Aku adalah aku dan tidak ada yang bisa mengintimidasiku termasuk tuanmu. Kalau dia memang ingin menemuiku, suruh dia datang ke sini dan jangan pernah memintaku untuk menemui dia karena itu sama dengan bunuh diri."
"Aku sudah datang sesuai dengan permintaanmu, Nona"
Andini terpana menyaksikan seorang laki-laki sedang berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang sambil menatapnya dengan sorot mata tajam. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau apa yang ia ungkapkan akan terjadi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Awalnya dia hanya ingin menggertak Alex agar tidak bersikap arogan kepada dirinya saat dia berada di tempat kerjanya, namun niat awalnya sama sekali tidak membuat dia merasa aman.
Leo yang sejak tadi memandang Andini, kini melangkah mendekati dokter wanita yang tampak memucat wajahnya. Wajah bermake up tipis itu kini menjadi semakin putih ketika tangan Leo terulur dan mencoba untuk meraih tubuhnya.
"Jauhkan tanganmu dari tubuhku dan jangan pernah mencoba untuk menggangguku saat aku berada di rumahku. Kamu adalah tamu yang seharusnya menghargai tuan rumah. Bukan membuat tuan rumah ketakutan atas kehadiranmu yang sama sekali tidak membuat aku senang."
Leo yang mendengar ucapan Andini menggelengkan kepalanya perlahan lalu ia duduk di kursi di hadapan Andini sambil mengangkat kedua kakinya dan meletakkannya di meja kerja Andini. Tangannya ia lipat di depan dada, pandangannya tajam tetap mengintimidasi wanita yang kini semakin tidak memiliki rasa percaya diri di hadapan Leo.
"Kalau aku melihat perubahan sikapmu dari awal kamu meminta anak buahku untuk memanggilku datang kesini, aku yakin kamu sedang dalam posisi ketakutan."
"Tidak, aku tidak pernah takut ketika berada di rumahku sendiri. Kedua orang tuaku memintaku untuk tetap menjadi orang yang berwibawa saat aku berada di rumah sendiri. Kalau harus takut seharusnya kamu yang menjadi tamu di klinik ini bukan aku."
"Hahaha kamu benar-benar munafik dan itu membuat aku menjadi tidak simpatik padamu. Walaupun kamu seorang wanita, aku tidak akan pernah membiarkanmu bebas begitu saja hidup di muka bumi ini. Alex, bawa wanita ini ke markas dan jangan pernah biarkan dia lepas begitu saja sebelum dia mengatakan dimana pemilik klinik ini yang sebenarnya."
Anak buah Leo saling pandang. Mereka sama sekali tidak pernah menyangka kalau Andini sudah membohongi mereka dengan mengatakan bahwa dirinya adalah pemilik klinik yang akan memberikan keterangan terkait Afzal.
"Jadi yang kuhadapi di sini bukan pemilik klinik ini Tuan?"
Leo Menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Alex dan anak buahnya yang lain. Ia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan menunjukkan ke pandang dan anak buahnya. Alex yang melihat gambar wanita bercadar dipamerkan di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya bahwa dia begitu mudah dikelabui Andini.
"Maafkan saya karena telah teledor dalam melaksanakan perintah Tuan. Aku tidak akan pernah mengulang untuk yang kedua kalinya. Terima kasih atas budi baik yang Tuan berikan kepada kami sehingga saat ini kami bisa lepas dari hukuman."
Leo menganggukan kepalanya lalu ia mengibaskan tangannya meminta Alex dan anak buahnya untuk mengeluarkan Andini dari ruang Direktur Utama klinik Asyifa. Sebelum anak buahnya keluar dari ruang tersebut, ia mendahului mereka meninggalkan ruang direktur utama dan mencoba untuk melangkah mengelilingi klinik Asyifa mencari tempat di mana dia Zee berada.
Andini yang kini sedang berada dalam posisi tidak nyaman dan aman meronta mencoba untuk melepaskan diri dari anak buah Leo yang ingin membawanya keluar dari klinik Asyifa ke markas mereka. Air mata yang sudah menggenang sejak awal, kini benar-benar jatuh satu persatu membasahi pipinya. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau apa yang ia lakukan akan mencelakakan dirinya sendiri. Awalnya ia ingin menyelamatkan Zee yang sedang dalam posisi terancam, namun tindakannya justru membuat dirinya harus menerima kekerasan dari Alex.
"Ayo melangkah dan ikuti kami. Kamu harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang sudah kamu lakukan kepada kami dengan mencoba untuk membohongi kamu demi melindungi pemilik klinik."
"Lepaskan tanganku dan jangan pernah membawaku ke mana pun. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu untuk mencelakakan diriku hanya karena apa yang aku lakukan. Aku yakin ketika kamu dalam posisiku kamu akan melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan demi bisa melindungi tempat kerjamu dan bosmu."
"Ha ha ha ha. Apakah seperti Seperti itu? Kamu bahkan lebih baik hati dari aku dan anak buahku."
Alex terus menarik tangan Andini dan mencoba membawanya ke mobil yang terparkir di halaman As Syifa.
"Lepaskan aku dan jangan pernah menganiaya perempuan kalau kamu adalah pejantan yang sejati." ucap Andini sambil terus meronta mencoba melepaskan diri. Tidak ada orang di sekelilingnya yang berusaha untuk menolong dirinya dari cengkraman Alex dan anak buahnya. Mereka sibuk menghalangi jalannya Leo yang mencoba memasuki lift yang menjadi akses Zee ke rumah utamanya di puncak As Syifa.
"Sudah, Menurut saja pada perintahku dan jangan pernah melawan karena aku yakin kamu akan menderita karena menolak perintah bosku yang bernama Tuan Leo. Kamu sudah melihat bos dan aku yakin kamu sudah paham bagaimana sifatnya tanpa harus aku memberitahu sebelumnya. Kulihat dari sorot mata yang kamu tampilkan, kamu adalah wanita tangguh dan hebat yang mampu membaca situasi sekeliling sehingga aku yakin kamu sudah bisa mengenal Bos Leo dengan baik."
Andini mengibaskan tangannya sekali lagi mencoba untuk melepaskan diri sebisa mungkin namun tenaganya masih kalah kuat dengan tenaga Alex yang dibantu oleh dua orang anak buahnya. Ia sudah mulai putus asa pada kondisinya saat ini. Usahanya yang ia anggap sia-sia akhirnya membuat Andini pasrah menerima perlakuan dari Alex dan anak buahnya yang kini membawanya masuk ke sebuah mobil mewah yang terparkir di halaman klinik Asyifa.
Pandangan matanya ia edarkan untuk melihat sekeliling barangkali ada para pekerja yang melihat kejadian yang sedang ia alami, namun ia harus menelan ludah pahit. Para security masih berjuang menghalangi Leo dan perawat serta petugas jaga masih fokus pada kegitannya.
"Akhirnya kamu menyerah juga wanita cantik. Aku lebih suka dirimu yang diam seperti ini. ,enurut pada perintahku dan tidak memberontak sama sekali. Kamu tampak lebih manis dan menggemaskan." Brian, anak buah Leo yang lain memegang dagu Andini dan mendekatkan wajahnya untuk menggoda Andini. Andini yang menyangka Brian akan menciumnya segera memalingkan wajahnya.
"Ha ha ha, kamu mengira aku akan menciummu, Hem?"
Wajah Andini memerah. Selain malu, ia juga kesal pada Brian yang selalu bisa membuat dirinya kalah dan tak berdaya. IA juga kesal karena Alex hanya memandang tingkah Brian yang mencoba melecehkannya.
"Tenang saja. Kalau kau memang menghendaki, kita bisa melakukannya nanti. Aku tidak mau kelakuanku dilihat anak buah Tuan Leo yang lain dan mereka akan melaporkan tindakanku yang tidak senonoh ini."
"Cuh"
Andini membuang ludah, membuat Alex dan Brian semakin melebarkan tawanya. Ia suka dengan apa yang dilakukan wanita yang kini sedang ada dalam genggamannya. Seperti biasa, Alex memang lebih menyukai wanita yang memberontak dan tidak mudah menerima perlakuan manisnya. Ada tantagan tersendiri yang ia rasakan saat mendapat penolakan dan itu sangat menyenangkan baginya.