Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 55 - Hanya Berdua

Chapter 55 - Hanya Berdua

Selesai dengan kesibukan mereka di outlet Farhan, kini mereka telah berada di pantai, pantai dimana kala itu Fania pernah nyari tenggelam jika saja Andra tidak cepat menolongnya.

Fania tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting mereka jalan saja hari ini.

"Main air gak nih ?"

"Ayolah, ngapain kesini kalau gak basah"

Raka meneyetujui ucapan Wulan, memang benar karena itu mereka bergegas mendekati ombak disana.

"Fan, ayo"

"Duluan aja, nanti gue nyusul, mau istirahat dulu sebentar"

"Oh ya udah"

Anggi berlalu menyusul mereka semua, lumayan juga hari liburnya bisa terisi dengan kegiatan seperti ini.

Fania menoleh dan melihat Farhan di belakangnya.

"Kenapa diam saja, ikut sana"

"Enggak, aku temani kamu aja disini, aku ikut kan buat jagain kamu"

Fania tersenyum dan kembali berpaling pada mereka semua, terserah saja Fania juga senang dengan hal itu.

"Fan"

"Apa"

Jawab Fania tanpa menolah, Fania sedang turut asyik melihat mereka yang juga asyik dengan ombak yang datang terus menerus.

"Orang tua aku, lusa mau kesini, dan besoknya akan aku bawa ke rumah kamu"

Fania seketika menoleh, apa Fania salah dengar saat ini, kenapa kalimatnya seperti itu.

"Aku minta mereka datang untuk melamar kamu"

"Jangan aneh-aneh deh"

"Aku serius Fan, aku sudah ceritakan semuanya, dan mereka tidak keberatan sama sekali, mereka langsung mau saat aku minta kesini"

Fania sedikit mengernyit kemudian berpaling tatapannya berubah kosong, tak ada yang jadi titik fokusnya sekarang.

Kalimat Farhan membuat otak Fania berfikir keras, apa bisa Fania menjalaninya dengan tenang.

Secepat ini Farhan melakukan semuanya, disaat Fania masih tidak mampu menerima keadaan dirinya sendiri.

Fania takut dengan hidupnya sendiri, dan sekarang harus ditambah dengan memikirkan hidup orang lain.

"Fania, aku sudah katakan ini sebelumnya, harusnya kamu tidak kaget lagi"

Fania kembali menoleh, lalu harus bagaimana lagi kalau memang kenyataannya Fania terlalu kaget dengan apa yang dikatakan Farhan.

Fania sedang pusing dengan penyakitnya sendiri, dan sekarang Fania harus turut memikirkan Farhan juga.

"Kamu tidak mau serius dengan aku Fan ?"

"Bukan, tapi kan aku tidak memikirkan itu"

"Mau apa lagi yang kamu fikirkan, kalau memang kamu mau harusnya kamu menerima saja, jangan seperti ini"

Fania kembali diam, terserah Farhan saja mau seperti apa, Fania juga engga berdebat.

Fania hanya ingin senang saja sekarang, sebelum nanti kembali ke rumah dan Fania akan kembali pusing oleh penyakitnya.

"Bisa kan kamu percaya sama aku ?"

"Bisa, ya udah gimana kamu aja, aku ikut aja"

"Ya jangan kepakasa juga"

"Enggak, lalu aku harus gimana bicaranya ?"

Farhan tersenyum dan menggeleng, baguslah kalau memang seperti itu.

Karena niat Farhan baik, jadi Farhan ingin agar penerimaannya juga baik

"Kamu mau apa sekarang, masa cuma diam saja disini ?"

"Aku juga gak tahu mau apa, aku cuma mau keluar rumah aja"

"Sekarang kan udah keluar"

"Iya, tapi gak tahu mau apa kalau udah diluar"

"Gabung mereka aja yuk"

"Malas kena air ah"

"Ih aneh nih, datang ke laut tapi malas kena air"

Fania hanya tersenyum menanggapi ucapan Farhan, Fania sendiri memang tidak mengerti dengan keinginannya sendiri.

Fania ingin ini dan itu, tapi Fania malas melakukan semuanya.

"Udah ayo gabung mereka aja, gak apa-apa basah kan disini banyak yang jual baju, bisa beli kalau memang kamu gak bawa baju ganti"

"Kamu mau kesana ?"

"Mau, tapi sama kamu, masa aku tinggalkan kamu sendiri disini gimana nanti kalau Andra marah sama aku, kamu mau aku ribut lagi sama Andra ?"

Fania menggeleng, keduanya lantas bangkit dan berjalan menghampiri mereka semua.

----

"Ya sudah, terimakasih Andra"

"Ya sama-sama"

"Aku permisi"

Andra mengangguk dan membiarkan teman kerjanya keluar dari ruangannya, Andra teringat dengan Fania, sedang apa wanita itu sekarang dan bagaimana keadaannya.

Andra tetap saja kahawatir meski tahu Fania pergi dengan mereka semua, ingin sekali Andra menyusul Fania dan mengikuti setiap keinginannya.

Pintu ruangan Andra kembali diketuk, siapa lagi sekarang, kenapa jadi banyak yang keluar masuk ruangan Andra.

"Iya masuk aja"

Pintu terbuka, dan Andra langsung bangkit saat tahu siapa yang masuk ke ruangannya.

"Sedang sibuk bapak"

Andra tersenyum dan menggeleng, tangannua terulur dan mememuknya.

"Ngapain kamu kesini ?"

Tanya Andra seraya mengecup kepala Icha, kedatangan Icha begitu mengejutkan bagi Andra.

Ini pertama kalinya setelah lama kebersamaan mereka, baru kali ini Icha datang ke Kantor menemui Andra.

"Kamu gak kelihata beberapa hari ini"

"Iya maaf aku tidur di rumah Fania, bareng yang lainnya"

"Kenapa aku gak diajak ?"

"Soalnya dadakan juga, kita lagi kumpul dan akhirnya langsung tidur disana"

Icha mengangguk paham, sebenarnya Icha mengerti itu dan memang bukan itu juga alasan Icha datang sekarang.

Icha hanya rindu saja dan ingin datang menemui Andra sekarang.

"Lagi sibuk ?"

"Lumayan kerjaan aku masih banyak"

"Ya udah, kerja lagi aja"

Andra melepaskan pelukannya dan meminta Icha untuk duduk, keduanya lantas duduk dan Andra kembali pada kesibukannya.

Icha melihat sekitar ruangan, rasanya cukup nyaman juga.

"Kamu mau minum, aku gak ada apa-apa soalnya"

"Enggak, udah gak usah aku cuma mau lihat kamu aja"

Andra tersenyum tanpa melirik Icha, kalau begitu lihat saja Andra biar Andra semangat juga menyelesaikan pekerjaannya.

"Kamu izin sebelum kesini gak ?"

"Izin dong, masa iay enggak, nanti aku dimarahi kalau pergi tanla izin"

"Bagus dong, itu memang sudah seharusnya"

Icha tersenyum dan mengangguk, Icha tak pernah pergi tanpa izin, dekat saja Icha selalu izin apa lagi kalau jauh seperti ini.

"Kamu udah makan ?"

Andra menoleh dan mengangguk, tentu saja Andra sudah makan karena memang sudah lewat jam makan siang.

"Kamu gak bawa makan kan ?"

"Enggak, memangnya kenapa ?"

"Gak apa-apa, cuma tanya aja"

Icha mengangguk, Andra kembali pada pekerjaannha, hari sidsh menjelang sore, Andra harus selesai dengan semuanya sebelum jam Kantor selesai.

"Gimana keadaan Fania sekarang ?"

"Sudah membaik, hari ini dia lagi jalan sama anak-anak"

"Kenapa kamu gak ikut ?"

"Eggaklah, gimana aku ikut kalau pekerjaan ku sebanyak ini"

"Ya kan bisa izin dulu"

"Gak perlulah, lagian Fania sama Farhan juga, mereka lergi bersama pasti bisa jagain Fania dan bawa pulang dengan baik-baik saja"

Icha mengangguk seraya berpaling, mungkin itu memang benar tapi Icha yakin kalau Andra tetap khawatir sekarang.

Bagaimana pun juga Andra selalu bersama Fania, apa lagi sejak Fania sakit, Andra selalu begitu memperhatian Fania.

Icah suka dengan itu, meski tak jarang Icha juga mersa cemburu dengan perhatian Andra untuk Fania, tapi Icha harus mengerti.