"Cha, aku minta maaf ya, aku tidak bermaksud untuk buat kamu tersinggung"
Icha masih saja malas berbicara dengan Andra, padahal sekarang hanya tinggal mereka berdua saja disaja.
Icha tetap saja ingin pulang sekarang, karena memang perasaannya yang berantakan, Icha sudah terbiasa dan tak khawatir lagi dengan kedekatan Andra dan Fania, tapi ketika melihat dan mendengar respon Andra tadi, Icha jadi merasa tersinggung dan keberatan lagi dengan semuanya.
"Icha"
"Aku gak mau ngomong, kamu kenapa sih berisik banget"
"Ya makanya kamu bilang dulu, kamu maafin aku gak ?"
"Enggak"
Andra mengernyit, lalu harus seperti apa lagi caranya, Andra sudah meminta maaf dan sudah juga berbaik pada Icha.
"Aku mau pulang"
"Ya udah ayo aku antar ya, jangan pulang sendiri kan tadi aku yang jemput kamu ke rumah, jadi aku juga yang harus antar kamu pulang, tolong Cha"
Icha tak peduli dan berlalu begitu saja meninggalkan Andra, dengan sedikit berdecak Andra bangkit dan menyusul kepergian Icha.
Bagaimana pun Andra tidak boleh sampai mengecewakan orang tuanya, Andra yang telah membawa Icha pergi dan Andra juga yang harus mengantarnya pulang.
Apa lagi Icha dalam keadaan marah, orang tuanya pasti bertanya kenapa, dan Andra harus bisa menjelaskannya.
"Cha .... Icha tunggu dong Cha, Icha ah"
Andra menahan tangan Icha untuk menghentikan langkahnya, bersamaan dengan itu ponsel Andra berdering, Andra menjawab panggilannya tanpa sempat melihat pemanggilnya, dan Andra juga tetap menahan Icha agar tak lagi meninggalkannya.
"Iya hallo"
Ucap Andra yang kemudian terdiam untuk mendengarkan kalimat orang yang menelponnya, Andra mengernyit dan menatap Icha disana.
"Apa maksudnya ?"
Tanya Andra yang mendadak panik, kini gantian Icha yang mengernyit, ada apa lagi setelah respon buruk tentang pernikahan Farhan dan Fania, sekarang Andra seperti itu lagi.
"Rumah sakit mana ?"
Icha mengangkat kedua alisnya mendengar kalimat Andra berikutnya, kenapa rumah sakit, siapa yang di rumah sakit.
"Ya udah Andra kesana sekarang, tunggu saja"
Andra menutup panggilannya dan melepaskan Icha, Andra berlalu kembali memasuki rumah seraya memanggil Fania berulang kali.
Icha masih terdiam disana, memikirkan siapa yang tadi menghubungi Andra, dan kenapa harus Fania lagi.
"Fania"
"Apa sih, kenapa ?"
"Gue pinjam mobil lo sekarang"
"Mau kemana, Icha kabur ?"
"Orang tua gue kecelakaan Fan"
Mata Fania membulat, kabar macam apa itu, setelah sekian lama dan sekarang Fania mendengar kabar tentang mereka, dan kenapa harus kabar buruk seperti itu.
"Mana Fan, cepat"
Fania berlalu untuk mengambil kunci mobilnya, Fania juga mengambil jaket miliknya dan kembali menemui Andra.
"Gue ikut"
Ucapnya seraya memberikan kunci mobil, Andra mengangguk saja karena merasa tidak ada waktu untuk berdebat.
Keduanya kembali keluar, Andra menghentikan langkahnya di hadapan Icha, begitu juga dengan Fania.
"Cha, terserah kamu untuk saat ini, tapi aku tidak bisa berdebat lebih lama lagi, maaf"
Andra kembali melangkah dan memasuki mobilnya.
"Lo buang dulu kemarahan lo, orang tua Andra celaka sekarang, jangan egois"
Ucap Fania yang kemudian menyusul Andra memasuki mobil, Icha tak percaya dengan apa yang didengarnya, Icha sempat berfikir kalau mungkin orang tua Fania yang kecelekaan, tapi ternyata justru orang tua Andra.
Icha vergegas memasuki mobil setelah mendengar deru mesinnya, Icha tak melirik Andra atau pun Fania meski mereka berdua melirik kearahanya.
Andra tak peduli dan langsung melajukan mobilnya, tak ada suara dari ketiganya, mereka sama-sama diam menantikan perjalanannya selesai.
----
Sampai di rumah sakit ketiganya berlari menuju tempat yang telah dikatakan suster, Andra begitu panik dengan semuanya, sedangkan dua wanita itu terbawa panik oleh kepanikan Andra.
"Papih"
Panggil Andra, Kurnia menoleh dan mengangguk lantas memeluk Andra.
Fania dan Icha hanya bisa diam melihatnya, ternyata yang celaka hanya Hesti karena Kurnia terlihat baik-baik saja saat ini.
Fania melirik Icha, Icha pasti baru kali ini melihat Kurnia, karena memang baru kali ini juga Andra bertemu dengan papihnya setelah perceraian mereka dulu.
"Kenapa bisa celaka seperti ini ?"
Tanya Andra yang melepaskan pelukannya, Kurnia mengangguk dan menceritakan semuanya.
Saat tadi Hesti datang padanya dan memaksa untuk memberi tahu dimana keberadaan Andra, sedangkan Kurnia sendiri tidak tahu dimana keberadaan Andra sekarang.
Hesti memaksa dan menganggap Kurnia berbohong demi bisa menyembunyikan keberadaan Andra, keduanya ribut besar sampai akhirnya Hesti pergi dengan kemarahan yang tak terkontrl.
Akhirnya Hesti tertabrak oleh motor yang melaju kencang, Kurnia tak sempat menyelamatkannya karena kejadiannya begitu cepat.
Semua terjadi, Hesti terkapar tak sadarkan diri sedangkan penabraknya melarikan diri, sampai akhirnya sekarang mereka ada di rumah sakit.
Andra menunduk, air matnaya menetes begitu saja, lama sekali Andra tak bertemu atau bahkan sekedar berkomunikasi dengan mereka berdua.
Sekarang untuk pertama kalinya Andra mendengar kabar mereka, tapi kenapa harus dalam keadaan seperti ini.
"Maaf Dra, ppaih gak bisa jaga mamih kamu"
Anfra menggeleng dan berjalan duduk, Andra memijat pelipisnya, ini terlalu buruk bagi Andra.
Perpisahan kedua orang tuanya sudah sangat buruk dan kenapa harus ditambah dengan kejadian seperti ini, tidak cukupkah Tuham memberikan luka dengan perpisahan mereka saja.
Fania melirik Icha yang perlahan berjalan mendekati Andra, wanita itu turut duduk dan mengusap punggung Andra.
Semua telah terjadi, Andra hanya harus menerimanya sekarang, tak bisa menyesali apa pun karena semua hanya percuma.
"Sabar Dra"
Andra tak merespon, Andra masih setia dengan air matanya, kebencian Andra pada mereka karena perisahan itu, tak lantas membuatnya kehilangan kasih sayang untuk mereka.
Andra masih sangat menyayangi mereka meski kenyataannya Andra emggan ada ditengah mereka, atau ada bersama salah satu dari mereka.
"Andra"
Andra menoleh dan memeluk Icha dengan eratnya, apa Icha bisa mengerti Andra sekarang.
Andra tidak pernah bercerita apa pun tentang kedua orang tuanya itu, tapi bukankah sudah jelas jika Andra memanggil lelaki itu dengan sebutan papih.
"Tenanglah, ibu kamu sudah dalam penanganan, jangan seperti ini sebaiknya kamu berdoa saja"
Icha terus saja mengusap punggung Andra, mau bagaimana lagi karena semua sudah terjadi, Andra hanya harus berdoa untuk keselamatan ibunya itu.
Fania tersenyum saat menyadari tatapan Kurnia padanya, sesaat kemudian Fania mengangguk.
Kurnia pasti bingung dengan sosok wanita dalam pelukan Andra, Kurnia pasti mengerti dengan senyuman dan anggukan Fania.
"Kenapa harus seperti ini, apa belum cukup setelah semuanya ?"
"Suttt"
Icha tak bisa menjawabnya karena semua sudah kuasa Tuhan, saat Andra begitu takut kehilangan Fania, sekarang justru ibunya sendiri yang kecelakaan.
Kepeduliannya terhadap Fania selama ini, telah membuat Andra lupa akan kepedulian terhadap keluarganya sendiri