Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 59 - Salah

Chapter 59 - Salah

"Kamu kenapa sampai seperti itu, bukannya kamu ingin Fania bahagia ?"

Andra menoleh dan terdiam menatap Icha, apa Icha akan kembali merasa cemburu sekarang.

Apa tidak bisa Icha mengerti ketakutan Andra saat ini, harusnya Icha paham dengan apa yang menjadi kekhawatiran Andra, karena ini sama saja dengan saat Andra tidak suka Fania dekat dengan Farhan.

"Malah lihat aku kaya gitu, aneh banget"

Mereka saling lirik satu sama lain, tidak boleh ada keributan tapi sepertinya keadaan mulai tidak tenang.

"Lo sih"

Ucap Wulan pelan seraya menyikit Yuda, jika saja Yuda tidak menyampaikan tentang niatan Farhan, Andra pasti tidak akan seperti itu.

Lagian biarkan saja nanti Fania sendiri yang berbicara, agar mereka bisa ribut berdua tanpa ada orang lain seperti sekarang.

"Kenapa, diam aja, apa masalahnya ?"

"Apaan sih kalian, udah deh gak usah ribut, lagian mungkin itu cuma bercandaan Farhan aja, jangan dibawa serius"

Icha melirik Fania sekilas, apa Icha akan menyesal karena sudah datang kesini sekarang.

"Udahlah Dra, lo kenapa sih, jangan difikirkan biarkan saja, gue juga gak anggap itu serius"

Andra memejamkan matanya seraya berpaling dari Icha, mungkin memang Andra sudah berlebihan saat ini.

Nafasnya berhembus berat, Andra tidak bisa mengontrol perasaannya jika sudah menyangkut Fania.

Ditinggalkan saat pacaran saja Andra tidak akan bisa terima, apa lagi jika ditinggalkan setelah menikah, bagaimana mungkin Andra biarkan itu sampai terjadi.

"Aku pulang kali ya, gak enak juga kalau kaya gini"

"Ya janganlah, ngapain pulang ?"

Ucap Andra yang kembali menatap Icha, Icha mengernyit kenapa mengesalkan sekali.

Apa Andra tidak mengerti jika Icha tersinggung dengan respon Andra tentang Farhan dan Fania, biar saja Icha pergi agar Andra juga bisa lebih bebas mengungkapkan perasaannya.

"Makanya, gue bilang juga apa"

"Udah gak usah pulang, kamu disini aja"

Icha tak menjawab, padahal Icha sudah percaya jika Andra tak akan lagi membuatnya kesal perihal Fania, tapi ternyata kini terulang lagi.

Andra menunjukan respon yang cukup membuat Icha tersinggung, kenapa harus seperti itu, biarkan saja Fania dengan pilihannya sendiri.

Lagian orang tuanya juga pasti setuju, dan mereka akan tetap menikah meski Andra tidak setuju.

"Udahlah apaan sih ini gak jelas banget, kita kumpul mau ngapain nih, gak jelas gini"

Ucap Anggi yang mulai risih dengan keadaan mereka, Wulan kembali melirik Yuda dan mebyalahkannya karena telah merusak suasan.

"Gue mulu"

Sahut Yuda pelan, apa salahnya Yuda hanya menyampaikan apa yang diketahuinya.

Yuda berfikir Andra tidak akan keberatan, bukankah Andra sendiri yang meminta Farhan untuk selalu menjaga dan membahagiakan Fania.

Harusnya Andra senang mendengar kabar itu, berarti memang Farhan sanggup untuk memenuhi permintaan Andra.

Jika mereka menikah maka tak akan ada jarak lagi yang membatasi Farhan ketika menjaga Fania, Yuda menggeleng, entahlah apa yang sebenarnya ada dalam fikir Andra.

Rasanya Andra terllau plin-plan dalam menyikapi keputusannya sendiri, dan itu pasti akan merusak kenyamanan jika terus terjadi.

"Fan, aku ikut ke toilet ya"

"Oh .... boleh, tahu kan dimana ?"

"Tahu"

Fania mengangguk, Icha bangkit dan berlalu dari mereka semua.

"Jangan gitu lo, sedikit banyak lo hargai juga perasaan cewek lo, gak ada hati banget lo jadi cowok"

Raka sedikit mendorong Andra, menurut Raka respon Andra memang terlalu berlebihan.

Apa yang dikatakan Yuda dan Fania belum tentu akan benar terjadi, Fania juga bilang kalau itu hanya rencana saja dan belum ada kepastian apa-apa.

"Kabur tuh, gue yakin, dia pilihnya kamar mandi belakang"

Andra melirik Gilang, benar juga disana ada pintu keluar lewat belakang rumah.

Andra bangkit dan berlalu menyusul Icha, Fania sedikit merasa tidak enak hati dengan Icha, saat ini Icha pasti kesal dengan dirinya.

"Si Andra parah sih, gak menghargai banget"

Ucap Wulan, Fania menoleh tanpa berkata apa pun.

Fania juga sedikit terganggu dengsn ucapan Andra, kenapa Andra tidak setuju dengan niat baik Farhan.

Apa Andra sudah berubah fikiran lagi untuk mengiyakan hubungan Fania dan Farhan, tapi apa lagi alasannya sekarang.

Saat Fania berusaha menjauhi Farhan, Andra yang berusaha mendekatkan mereka lagi, dan sekarang saat semua sudah membaik, Andra justru seperti itu lagi.

"Lo kenapa lagi, jangan banyak mikir lo, sakit nanti kepala"

Anggi melempatkan satu bungkus roti kearah Fania, Wulan tersenyum dan mengangguk, gak ada gunanya juga Fania memikirkan kalimat Andra.

Biarkan saja, yang jalani semuanya itu Fania, dan Fania pasti tahu apa yang baik dan gak baik untuk dirinya.

Termasuk Farhan, Fania pasti bisa merasakan Farhan tulus atau tidak, pernikahan memang bukan untuk mainan tapi jika memang keduanya sudah yakin dan saling menerima, untuk apa lagi memikirkan orang lain yang mungkin memang gak suka dengan itu.

"Minum lo, kurang cairan jadinya bengong kaya gitu"

Fania tersenyum dan kembali melemparkan rotinya, menyebalkan sekali, Fania sudah banyak minum sejak tadi.

----

Icha tersentak saat membuka pintu dan melihat Andra berdiri di hadapannya, untung saja Icha tidak memiliki penyakit jantung saat ini.

"Ngapain, kamar mandi kan masih banyak, udah tahu ini isi"

"Aku tidak bermaksud buat kamu marah"

Icha mengernyit, Icha pergi untuk sedikit menenangkan hatinya, tapi Andra malah menyusulnya dan kembali membahasnya.

"Kenapa, seperti itu, kamu mau kalau kamu yang menikahi Fania ?"

"Bukan seperti itu Cha"

"Lalu seperti apa, aku lihat ya, aku lihat dengan jelas kalau begitu tidak setuju dengan niat Farhan terhadap Fania, kalau kamu mau mendebat Fania silahkan saja tapi tunggu aku pergi dulu"

"Tapi bukan itu maksud aku"

"Lalu apa maksudnya, udah ah aku gak mau debat, itu urusan kamu sama Fania bukan sama aku"

"Ya udah kita kembali ke mereka lagi"

"Aku mau pulang kan tadi aku udah bilang, aku pulang aja, gak apa-apa biar kamu juga gak merasa terhalang sama aku"

"Apa sih Cha, katanya gak mau debat tapi kamu seperti ini"

"Ya makanya biar aku pulang saja, jadi kita gak akan berdebat seperti ini kalau jauh"

Andra berpaling beberapa saat, harus seperti apa Andra menjelaskannya, kenapa Icha tidak bisa mengerti dengan apa yang menjadi maksud Andra.

"Iya aku minta maaf, aku udah buat kamu kesal sekarang, aku gak akan bahas itu lagi, maaf ya"

"Gak apa-apa, aku cuma mau pulang aja"

"Ayolah Cha, kita baru sampai disini"

Tak ada jawaban, Icha juga tak lagi melihat Andra sekarang.

Mereka memang baru sampai, tapi keadaannya juga sudah langsung seperti ini.

Jadi untuk apa lagi, Icha merasa jadi penghalang saja.