Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 64 - Akan Ku Buktikan

Chapter 64 - Akan Ku Buktikan

"Ya sudah, mamah istirahat saja, Fania kan sudah jelas keberadaannya, mereka sedang sama-sama sekarang, pasti Fania akan dijaga juga sama mereka"

Ucap Hendra, Gina mengangguk meski sebenarnya memang masih sulit untuk Gina bisa tertidur.

Keduanya memejamkan mata bersamaan, besok mereka akan pergi ke rumah sakit, untuk menjenguk Hesti dan sekalian menjemput Fania.

Gina tidak bisa membiarkan Fania jauh darinya terlalu lama, Gina masih sangat khawatir dengan keadaan Fania yang bisa mendadak drop lagi.

Selama Dokter belum memberikan kabar terbaiknya, Gina akan tetap mengkhawatirkan Fania dengan berlebihan.

Mau bagaimana pun Gina berusaha menenangkan diri, tapi rasa khawatirnya itu sangatlah tidak bisa ditutupi, Gina takut dengan banyak hal tentang Fania dan Fania lagi.

----

"Ini makan makan makan"

Ucap Farhan yang memberikan bungkusan makanannya.

"Ih sate ?"

Ucap Wulan yang tampak girang dengan apa yang diterimanya, tentu saja wulan suka dengan menunya.

"Baik banget sih, makasih"

Tambahnya lagi, Farhan dan Fania tersenyum dan saling lirik.

"Bagus pilihan kamu"

Fania mengangguk, tentu saja karena malam hari enaknya memang makan sate.

"Kasih papih kamu satu"

Ucap Fania pada Andra, Andra mengangguk dan berlalu masuk.

Mereka lantas menikmatinya bersama, tentunya setelah Andra kembali dari mengantarkan satenya.

Perbincangannya tak henti, mereka begitu menikmati kebersamaannya, Andra yang sejak tadi sedih pun perlahan mulai tenang berkat perbincangan mereka.

Andra juga sepertinya sudah lupa dengan kekesalannya pada Farhan, karena ternyata Andra merespon setiap kalimat Farhan dengan baik.

Hal itu cukup membuat mereka semua merasa tenang, karena kekesalan Andra pasti akan berpengaruh untuk semuanya, utamanya untuk Fania sendiri.

"Minumannya kurang nih"

Ucap Raka, Farhan menoleh dan mengangguk asal, mana tahu kalau akan kurang karena Farhan sudah memesan dalam cup jumbo.

"Lo beli aja sendiri kalau kurang, dekat sini juga pasti ada kok"

"Yang kaya gini ?"

"Ya bukanlah, itu kan belinya di tempat yang khusus jual itu"

Jelas Fania, Raka pun hanya mengangguk saja, sepertinya Raka malas untuk pergi membelinya lagi.

"Si Raka malas, dia ngomong doang pasti"

Raka tersenyun seraya menaik turunkan alisnya pada Anggi, bagus saja kalau memang mengerti dan siapa tahu saja Anggi mau membelikannya juga.

"Bareng gue cari yuk, gue juga kayanya kurang"

"Nah itu, gantianlah"

Sahut Fania, Anggi tampak mengangguk, lagi pula Anggi juga bosan ada disana terus menerus, tidak ada salahnya juga pergi sebentar untuk membeli minuman.

"Ayo, lo mau gak, katanya minumannya kurang"

"Ya sbaar dong, gue kan masih ngunyah"

Anggi mengangguk-angguk, baiklah kalau memang seperti itu, Anggi hanya memastikan saja kalau memang Raka tidak mau, Anggi akan mengajak yang lain saja.

"Gue satenya yang kurang"

Ucap Andra, mereka menoleh bersamaan dan terdiam menatap Andra.

Apa-apaan lelaki itu, Fania sudah memesan dengan porsi double tapi kenapa masih saja kurang.

"Lo serius ?"

Tanya Gilang meyakinkan, Andra mengangguk pasti, Andra masih kurang kenyang sekarang dan sepertinya Andra masih menginginkannya lagi.

"Lo aja Fan yang pergi lagi sama Farhan, biar sekalian dapat semuanya, lo kan tahu tempatnya tadi dimanan ?"

"Kok gue, gantian dong"

Andra berdecak seraya berpaling, apa salahnya lagi pula Fania kan pergi juga pakai mobil bukan jalan kaki.

"Biar aku saja sendiri, kamu tunggu disini saja"

Sahut Farhan, Fania mengernyit, kenapa juga Farhan harus berakata seperti itu.

Biarkan saja mereka usaha sendiri untuk apa yang diinginkannya, Farhan dan Fania sudah sempat membelikannya tadi.

"Gak apa-apa, aku bisa sendiri kok"

"Ya udah sana lo pergi"

Ucap Andra, Farhan mengangguk lantas bangkit.

"Gue ikutlah, Fan lo gak ikut ?"

Fania menggeleng, lagi pula makanan Fania masih ada, kalau ditinggal nanti malah tidak enak lagi.

"Bareng gue gak apa-apa ya ?"

"Ya udah, terserah kalau memang Farhan mau"

"Gak masalah, ayo aja"

Anggi tersenyum lantas bangkit, keduanya berlalu meninggalkan yang lainnya.

Mereka akan memesan lagi makanan dan minumannya, karena sepertinya minumannya masih kurang untuk semuanya, dan satenya untuk Andra yang mengaku masih lapar.

----

"Jauh gak tempatnya ?"

"Lumayan sih"

Keduanya memasuki mobil, Farhan melajukannya dengan sedikit cepat, agar bisa cepat sampai dan bisa cepat kembali juga.

"Lo bukannya lagi sibuk ?"

"Tadi gue udah mau istirahat, gue sempatkan menghubungi Fania ternyata yang angkat tante Gina, katanya Fania di rumah sakit dan gue fikir Fania yang sakit"

Anggi mengangguk, sama saja seperti Anggi dan yang lainnya tadi, mereka juga sempat berfikir kalau Fania yang kembali di rawat di rumah sakit itu.

"Farhan"

Farhan hanya menoleh sekilas tanpa berkata apa pun.

"Lo mau lamar Fania ?"

Farhan mengernyit, dari mana Anggi tahu tentang itu.

"Lo serius mau lamar Fania, lo mau menikahi Fania cepat ?"

"Tahu dari mana ?"

"Yuda yang bilang, dan Fania juga mengiyakan ucapan Yuda"

Pantas saja Anggi tahu, Yuda memang tidak bisa dipercaya untuk menjaga rahasianya.

Kenapa harus bocor sebelum Farhan sendrii memastikannya.

"Lo yakin Han ?"

"Kenapa memangnya, lo gak percaya sama gue ?"

"Ya bukan, cuma kan maksudnya supaya lo juga gak kecewakan Fania nantinya"

"Lo fikir gue akan kecewakan Fania, buruk sekali fikiran lo"

Anggi diam, tak ada yang bisa Anggi katakan lagi, jika pembahasan itu diteruskan pasti akan ada keributan.

Farhan menghentikan laju mobilnya, mereka telah sampai di tempat tujuannya.

"Lo kearah sana, tempat minumannya disana, biar gue yang pesan satenya"

Anggi mengangguk, keduanya keluar dan berjalan ke tempat masing-masing.

"Bisa-bisanya gak percaya smaa gue, kurang apa selama ini oerhatian gue untuk Fania, mereka memang egois"

Farhan menggeleng, setelah semuanya, kenapa masih saja mereka meragukan Farhan, lalu harus dengan cara aap lagi Farhan membuktikan keseriusannya terhadap Fania.

Ketika Farhan ingin memacarinya, Andra begitu keras menolaknya, dan sekarang ketika Farhan akan menikahinya pun masih saja diragukan.

Apa mereka fikir mereka paling sempurna untuk Fania, jika Fania saja mau menerima Farhan kenapa mereka harus selalu merasa keberatan dengan semuanya.

"Pak, sate dua bungkus lagi ya pak"

"Iya sebentar"

Farhan mengangguk dan duduk menunggu, Farhan melirik kemana arah Anggi pergi.

"Anggi pasti bisa membawanya, jadi gak harus disusul juga"

Farhan terdiam, fokus dengan fikirannya sendiri, orang tuanya akan datang saat siang hari dan Farhan akan membawa mereka ke orang tua Fania.

Farhan harus bisa menjalankan niatnya itu, bagaimana pun juga Farhan harus bisa menepis semua pemikiran buru dari mereka semua.

Farhan akan buktikan jika keseriusannya terhadap Fania adalah kebenaran, siapa pun tidak berhak meragukan Farhan, apa lagi mereka yang bahkan baru mengenal Farhan sekarang.