Fania menghampiri Andra dan Icha yang tak kunjung kembali bergabung, mereka masih saja di dapur dan masih setia dengan perdebatannya.
Fania menggeleng, bagaimana pun juga Icha pasti tersinggung dengan itu, Andra memang keterlaluan sekali, bisa-bisanya bersikap seperti itu.
"Kenapa sih, baikan dong jangan ribut gitu, gue jadi gak enak nih"
Kedua menoleh bersamaan tapi tak ada yang berniat menjawab Fania, Icha berpaling lebih dulu tak lagi melihat Fania atau pun Andra.
"Maaf, lagian gak perlu difikirkan, itu hanya candaan Farhan saja kemarin, gak ada lagi pembahasan itu kok"
"Ya memangnya kenapa kalau itu benar, kamu juga gak mau nikah sama Farhan karena mau hargai Andra juga ?"
"Ya bukan gitu juga maksudnya, tapi kan apa yang lo berdua dengan itu belum ada kepastian, jadi jangan dulu ribut"
"Kalau udah pasti baru kita harus ribut ?"
Fania memejamkan matanya sesaat, harus bagaimana Fania berbicara sekarang, kenapa jadi serba salah seperti ini.
"Cha, gue cuma gak mau lo berdua ribut"
"Ya udah Andra kan gak mau lihat kamu nikah sama Farhan, ya gak usah nikah jadi kita juga gak ribut"
Fania mengernyit bisa sekali Icha berkata seperti itu, apa Icha juga tidak setuju dengan niat baik Farhan.
"Cha, kamu apaan sih ?"
Icha berdecak dan menggeleng, lama-lama malas juga ada diantara mereka berdua.
Kedatangannya kali ini tak semanis seperti kebersamaan mereka dulu, sepertinya Icha menyesal telah datang sekarang.
"Ya udah gue minta maaf, apa pun yang lp berdua fikirkan tentang gue dan Farhan itu urursan lo masing-masing, gue juga gak akan maksa lo setuju atau pun menolak"
Icha tak peduli dengan itu, Icha juga tak peduli Fania mau menikah dengan siapa karena itu bukan urusannya.
Fania masih memiliki orang tua lengkap, Andra harusnya sadar itu dan menyerahkan semua tentang Fania kepada orang tuanya.
"Fan ...."
"Lo gak usah fikirkan gue Dra, lo harus ingat ada Icha yang harus lo jaga perasaannya"
"Gue cuma takut kalau nantinya ...."
"Udahlah, fikiran lo memang selalu buruk terhadap Farhan, padahal lo sendiri juga belum tentu lebih baik dari pada dia"
Ucap Fania yang kemudian berlalu meninggalkan mereka, biarkan saja Fania lebih baik mendiamkan keduanya agar Icha juga gak merasa terasingkan.
"Kejar sana, ngapain masih disini ?"
Andra menoleh tanpa menjawab, kenapa jadi seserius ini.
Andra hanya menunjukan responnya saja, Icha seharusnya bertanya kenapa Andra seperti sekarang.
"Aku di rumah masih ada kerjaan kok, jadi aku pulang aja biar besok aku bisa santai"
Andra berpaling sesaat, kemudian mengiyakan keinginan Icha.
Andra membawanya kembali pada mereka semua, kedatangannya tentu menarik perhatian mereka semua.
"Gue balik duluan"
Ucap Andra, mereka terlihat saling lirik satu sama lain, apa itu lelucon untuk apa seperti itu, tidak bisakah lebih dewasa lagi.
"Ayo katanya mau pulang"
"Apaan sih lo berdua, kaya bocah aja"
Ucap Anggi, Icha enggan melirik Anggi, biar saja terserah mereka mau bicara apa.
Sekarang Icha hanya ingin pulang saja, dna tak lagi melihat mereka semua.
"Baru juga sampai, diam saja dulu kalau memang kesal yang bicara dulu sana memisahkan diri"
"Iya, jangan asal pergi-pergi saja, kita disini kan untuk kumpul biar seru, kalau malah balik gimana bisa seru"
Ucap Raka menambahi kalimat Wulan, Andra melirik Icha yang tampak tak peduli dengan semuanya.
Apa Icha tidak bisa meredam kekesalannya sekarang, mungkin benar mereka hanya perlu bicara saja berdua.
"Gimana, kamu mau tetap pulang ?"
"Terserah saja"
"Ya enggak, aku biar ikut kamu, kamu maunya gimana ?"
Icha menggeleng, sudah berulang kali Icha bilang ingin pulang dan untuk apa bertanya lagi.
"Icha"
"Gak tahulah, terserah kamu aja mau gimana"
Andra menghembuskan nafasnya perlahan, Fania tak henti memperhatikan keduanya.
Biarkan saja, Andra harus lebih tahu lagi jika perempuan itu sangat sensitif jika berhubungan dengan perasaan.
"Gue lapar nih, ada makanan ?"
"Gak tahu, tanya bibi aja"
"Enggaklah, mending kita masak sendiri aja"
Fania mengangkat kedua alisnya, sepertinya itu memang menyenangkan sekali.
Fania tersenyum dan mengangguk, biar Fania lihat dulu ada apa saja bahan masakannya.
"Sebentar gue cek"
Ucap Fania seraya berlalu pergi, Raka tersenyum pada Wulan, itu baru wanita tidak malas untuk memasak.
"Kenapa lo ?"
"Yang enak ya masaknya"
Wulan mengangkat ujung bibir atasnya sekilas, malas sekali giliran makan saja paling depan.
"Iya gitu, lo jawab dong bukannya malah kaya gitu"
"Iya Raka, lo diam deh, kaya gak pernah coba masakan gue aja"
Raka kembali tersenyum mendengarnya, siapa tahu saja kali ini bisa lebih enak dari yang pernah Raka cicipi.
Fania tampak kembali dan menyebutkan semua yang memang tersedia di dapur, dan masih sangat lengkap karena Fania juga bilang jika baru saja belanja.
"Gue pengen ayam pedas"
"Gue udah asam manis ya"
Ucap Yuda dan Raka, tak ada yang menjawab, kenapa banyak minta padahal mereka hanya tinggal makan saja.
"Ya udah ayo Anggi, lo bantu gak ?"
"Ayo, sekarang ?"
"Besok pagi aja, ngapain lo tanya ?"
Anggi tersenyum, ketiganya latas bangkit dan berlalu ke dapur, baik Anggi, Wulan dan Fania tidak ada yang mengajak Icha.
Mereka membiarkan saja Icha agar selesai dengan Andra dulu, lagian khawatir juga nanti masakannya jadi tidak enak.
"Aman kan, udah sana lo berdua bicara dululah, baikan dulu biar nanti pas makanan datang itu kalian sudah akur"
Ucap Yuda, Andra kembali melirik Icha, bisakah seperti itu.
Apa Icha akan menerima permintaan maafnya, Andra malas berdebat tapi mau bagaimana lagi.
"Cha"
Tak ada respon apa pun, Icha tengah sibuk dengan ponselnya sekarang.
"Icha, kamu mau pulang aja"
"Gak tahu ah"
Andra terdiam, apa selalu seperti itu kalau wanita sedang marah.
"Baiklah, biar kita aja yang pergi"
Ucap Yuda yang mengajak pergi yang lainnya, kini hanya tinggal Andra dan Icha saja disana.
"Mau kemana kita ?"
Tanya Gilang, tak ada tujuan lain, Raka mengajak mereka semua untuk mengganggu tiga wanita yan gtengah memasak itu.
Tujuan mereka adalah bersenang-senang, jadi lakukan saja apa yang emmang membuat mereka senang, meski harus menggaggu para cheft di dapur sana.
Candaan mereka seperti sudah biasa, tiga wanita itu sepertinya tidak begitu terganggu karena ternyata mereka meresponnya.
"Iris bawangnya buruan"
Perintah Wulan pada Gilang, bukan masalah cuma tugas seperti itu saja gampang.
"Cuci ayamnya, lo tadi minta ayam kan ?"
Anggi memberikan potongan ayamnya pada Yuda, sedikit keberatan tapi pada akhirnya Yuda mau juga demi masakan yang diinginkannya sejak awal.