"Lo nebeng di mobil lain aja ya"
"Kenapa ?"
"Gue pakai mobil lo, berdua aja sama Fania"
Fania mengernyit mendengar ucapan Farhan, tadi sebelum pergi Farhan enggan membawa mobil sendiri.
Tapi sekarang justru ingin pakai mobil sendiri, sampai meminta pemiliknya untuk ikut mobil yang lain.
"Ya udahlah Yud, ikuti aja, gak masalah juga kalau lo mau ikut mobil gue"
Ucap Anggi, Yuda bebas mau masuk mobil mana jug semaunya.
Lagian jalan pulang merek sama-sama ke rumah Fania.
"Gimana ?"
"Ya udah ah terserah lo"
"Mana kuncinya ?"
Farhan mengulurkan tangannya meminta kunci mobil Yuda, tentu saja Yuda juga memberikannya.
"Hati-hati lo bawa mobil"
"Ok siap, ayo Fan"
Fania mengangguk dan turut masuk bersama Farhan, Anggi tersenyum dan mengajak Yuda untuk segera masuk saja.
Mereka harus cepat pulang karena mungkin sebentar lagi akan turun hujan, langit sudah mulai gelap dan mereka harus sudah ada di tempat aman sebelum hujan turun.
"Kamu kok gitu sih, tadi kan sebelum pergi udah ditanya, kamu mau bawa mobil sendiri gak, kata kamu engga tapi sekarwng kamu malah minta mobil orang"
"Kenapa sih, biar aja kan aku pakai mobil Yuda juga"
"Ya tetap aja, masa pemiliknya malah numpang di mobil orang"
"Ya udah aku balikin, turun lagi berarti"
"Ya gak usah juga, orang udah jalan nanti malah buat orang marah"
"Serba salah nih, aku kan cuma mau berdua sama kamu aja"
"Iya, ya udah maaf, udah fokus aja nyetir"
Farhan tak lagi menjawab, mobil yang di pakainya juga milik Yuda bukan milik orang lain.
Kenapa Fania harus mempermasalahkannya, jika pemiliknya saja tidak bermasalah sama sekali.
"Udah jangan marah, kan udah minta maaf"
"Siapa juga yang marah, aku biasa kok"
"Yakin ?"
"Yakin, memangnya aku kenapa ?"
"Ya kali aja kesal kan aku komentari tadi"
"Memangnya harus kaya gitu doang sampai marah ?"
"Ya enggak juga sih"
"Ya udah makanya ngapain marah-marah gak ada untungnya juga"
Fania tersenyum dan menganggu, mungkin memang benar gak ada untungnya jika harus marah-marah.
"Ingat ya Fan, lusa aku ke rumah kamu, tapi kamu aja yang kasih tahu orang tua kamu"
"Iya, nanti aku kasih tahu mereka kalau udah sampai rumah"
Farhan mengangguk, semoga saja orang tua Fania juga setuju dengan apa yang menjadi keinginan Farhan terhadap Fania.
Farhan akan selalu berusaha menjadi teman, dan tempat sandaran Fania, Farhan juga akan berusaha untuk selalu jadi penyemangat Fania setiap waktunya.
Keyakinan untuk Fania sembuh masih besar bagi Farhan, semoga saja memang akan ada keajaiban yang diberikan Tuhan pada Fania.
Fania akan kembali sembuh dan menjalani harinya seperti saat sebelum sakit, penuh semangat dan selalu ceria.
"Mereka mau tidur di rumah kamu lagi ?"
"Gak tahu, kenapa memangnya ?"
"Gak apa-apa, kan sekarang juga pulang ke rumah kamu, jadi mungkin aja kalau meraka mau tidur lagi disana"
"Kamu mau ikut kalau mereka tidur di rumah aku lagi ?"
"Engga sih Fan, aku harus urus outlet aku, kan besok mau kesini orang tua aku, dan mereka pasti akan kontrol tempat usaha ku"
"Ohh .... iya juga sih, aku fikir kamu mau ikut kalau mereka menginap lagi"
"Kenapa kamu mau aku ikut ?"
Fania mengangguk perlahan, karena Andra belum tentu datang lagi, jadi biarkan saja Farhan yang tetap ada bersamanya.
"Aku akan bawa kamu ke rumah aku, kita akan serumah segera"
Fania mengangkat kedua alisnya, kenapa seperti itu, yakin sekali Farhan dengan hal itu.
"Benar kan, sebentar lagi, kamu tunggu aja aku sudah bilang kalau tidak akan membuang waktu untuk hubungan kita"
"Seserius itu ?"
"Tentu saja, lalu harus seperti apa, kamu gak mau aku seriusin memangnya ?"
"Mau"
"Ya udah makanya kan ?"
Fania hanya tersenyum saja menanggapi kalimat Farhan, siapa yang tidak senang jika seperti itu.
Fania merasa jadi yang paling istimewa, kebersamaan mereka hanya sesaat saja, tapi Farhan sudah berani memutuskan semua itu.
"Aku telepon Andra ya"
"Mau apa ?"
"Mau tanya aja, mau ke rumah lagi atau enggak"
"Oh ya udah"
Farhan mengangguk, biarkan saja itu bukan masalah besar sekarang.
Fania lantas mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan video pada Andra disana, tak perlu menunggu lama karena panggilan Famia langsung dijawab.
Tapi bukan Andra yang menjawabnya melainkan Icha.
"Kok lo sih ?"
"Iya, Andra lagi keluar dulu"
"Di Kantor kan ?"
"Iya, tadi katanya dipanggil orang diluar"
"Oh, lagi menemani Andra disana ?"
"Yap, bosan di rumah soalnya, disini sedikit ada hiburan"
Fania mengangguk paham, tentu saja karena Icha pasti senang bisa berduaan dengan Andra.
Dan Andra juga pasti senang karena merasa dksemangati oleh Icha, Fania akui memang dirinya dan andra begitu kompak.
Hingga mereka memiliki pasangan pun bisa bersamaan, Fania yang bersama Farhan dan Icha yang bersama Andra.
Fania yang sempat merasa kesal dengan Andra yang bersama Icha, karena Andra juga sempat menolak sosok Farhan.
Tapi sekarang mereka telah sama-sama bersama, mereka merasakan kebahagiaan yang sama dan itu terasa sempurna.
"Ada apa Fan ?"
"Enggak, cuma mau tanya, andra mau ke rumah gue gak nanti sore ?"
"Oh, nanti disampaikan ya kalau Andra udah kembali"
"Ok, makasih ya sorry ganggu"
"Gak apa-apa, cuma sayang aja Andra gak ada, aku mau cari juga kemana gak tahu"
"Ya udah gak apa-apa, nanti kalau ada sampaikan ya, kalau memang Andra mau datang lagi, lo ikut aja"
"Iya, terimakasih"
"Ok, bye"
Fania menutup sambungannya, Farhan pasti bisa mendengar semuanya jadi Fania tidak perlu mengatskan apa pun untuk menjelaskan.
Mereka telah sampai di rumah Fania sekarang, Farhan memang akan pulang tapi setelah mengantar Fania ke rumahnya.
"Happy nih"
Ucap Yuda, Fania dan Farhan menoleh bersamaan, keduanya juga tersenyum bersamaan.
"Ngerti gue kok"
"Apa sih, kenapa iri lo ?"
"Enak aja"
"Kalian mau tidur disini lagi ?"
"Lo mau ?"
"Ya kalau memang mau, ya boleh gitu maksudnya"
"Gua kayanya balik dulu, gak ada baju lagi soalnya"
"Gue juga"
Sahut Anggi, sepertinya semua juga sama dengan jawaban Yuda.
Fania melirik Farhan, sayang sekali lelaki itu itu tidak bisa gabung dengan mereka.
Padahal mereka akan kembali menginap disana, Fania tersenyum berharap Andra akan datang menggantikan Farhan yang telah pulang.
"Jadi sekarang pulang semuanya ?"
"Yalah, pulang dulu aja bersih-bersih"
Jawab Wulan, Fania mengangguk setuju saja.
Farhan memilih mengikuti Fania ke dalam rumah, Farhan akan pamit pada orang tua Fania mewakili semuanya.
Farhan tidak bertemu mereka sebelum tadi berangkat, jadi sekarang Farhan akan pamit.