Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 57 - Izin

Chapter 57 - Izin

Icha masih setia menunggu Andra yang tak kunjung datang, Andra bilang akan datang ke rumah untuk izin membawa Icha pergi ke rumah Fania.

Menginap disana bersama mereka, Icha senang karena bisa kembali ada bersama mereka.

Pasti akan sangat menyenangkan bisa berkumpul dan bercanda dengan mereka disana, Icha kerap merasa sepi berada di rumahnya sendir.

Dan setelah kenal Andra, dekat dengan Andra dan mereka semua, Icha tak lagi merasa sendiri.

Icha mendapatkan teman untuk hari-harinya, teman-teman Andra begitu menerima kehadiran Icha, tentu saja itu membuatnya senang.

Icha kerap merasakn rindu dengan kebersamaan itu, tapi sayang tidak setiap waktu Icha ada bersama mereka.

Mereka memiliki kesibukannya sendiri, kesibukan yang Icha tidak pernah jalani.

Kuliah tidak pernah Icha jalani, sedangkan mereka setiap hari pergi ke Kampus bersama.

Icha langsung membuka pintu saat belnya berdenting, senang sekali karena Icha yakin jika itu memang Andra.

Icha tersenyum saat melihat Andra yang juga tersenyum padanya, manis sekali, Icha suka dengan itu.

"Kamu sudah siap ?"

"Aku sudab menunggu sejak tadi"

"Baiklah, maaf ya, aku kan pakai angkutan umum"

Icha mengangguk, itu bukan masalah baginya, Icha sudah tahu itu tanpa harus Andra katakan lagi.

"Mana ?"

"Di dalam"

"Aku yang masuk atau mereka yang kesini."

"Cuma ada mamah tapi"

"Oh, udah gak apa-apa aku izin sama siapa aja asalkan kamu bisa ikut sama aku"

Icha tersenyum dan mengangguk, tentu saja Icha pasti akan diizinkan pergi karena Andra yang membawanya, dan tujuannya pun sangat jelas.

Icha lantas membawa Andra menemui ibunya di dalam sana, mereka sempat bertemu beberapa kali jadi Andra sudah sedikit mengenal orang tua Icha.

"Permisi tante"

"Eh .... datang juga yang ditunggu sejak tadi"

Andra tersenyum hormat, tanpa membuang waktu, Andra langsung izin untuk membawa Icha pergi.

Andra sudah ditunggu oleh mereka di rumah Fania, dan tentu saja Andra tak ingin tertinggal dengan semua cerita-cerita mereka.

Andra lantas membawa Icha pergi, tentu saja setelah mendapat persetujuan orang tuanya.

Andra berjanji akan mengembalikan Icha masih dlaam keadaan baik, karena Andra akan selalu menjaganya, dan semoga saja Andra bisa memenuhu janjinya itu.

Keduanya lantas pergi, mereka pergi dengan taxi online yang dipesan Icha tadi.

"Teman kamu sudah di rumah Fania ?"

"Katanya sih udah dari tadi"

"Kita terlambat ?"

"Tentu saja"

Icha mengangguk, baiklah, tapi itu tidak masalah langit baru saja gelap.

Mereka masih memiliki banyak waktu untuk bisa berbincang, bercerita banyak hal yang tentu akan menyenangkan mereka semua.

"Kamu udah makan ?"

"Belum, aku fikir kita akan makan bersama disana"

"Bisa aja, disana pasti ada banyak makanan"

Icha tersenyum, tentu saja makanya Icha pergi tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu.

Icha akan mengikuti mereka ketika bersama mereka, bahkan sampai makannya pun akan mengikuti mereka.

Icha pernah bersama mereka sebelumnya, jadi Icha tahu seperti apa kebiasaan mereka ketika bersama.

"Kamu bawa baju ganit ?"

"Bawa, masa iya gak bawa, lalu besok aku pakai apa pulang ?"

"Baju tidur"

"Jelek banget"

Andra tersenyum dan menggeleng, biarkan saja tapi Andra suka Icha dengan pakaian apa pun, selama itu masih termasuk rapi.

"Aku harus baw aleh-oleh buat Fania ?"

"Gak usah, Fania gak pesan apa-apa, nanti saja disana kamu tanya Fania mau apa"

"Baiklah, nanti aku akan tanya apa yang dia mau, dan aku akan belikan"

Andra mengangguk, biarkan saja Icha memang harus mendekat dengan mereka semua, karena Andra akan selalu bersama mereka jadi Icha bisa gabung bersama.

Andra yakin jika Icha bisa besosialisasi dengan baik, karena selam ini Andra tidak pernah melihat Icha bermasalah dengan temannya itu.

----

Fania dan mereka semua sedang berbincang, keseruan kini kembali hadir ditengah mereka.

Fania tak tak lagi diam sekarang, tak lagi murung seperti sebelumnya.

Fania terlihat jauh lebih baik dan lebih tenang lagi saat ini, mereka senang dengan semua itu, dan semoga saja itu bisa selamanya.

"Andra masih dimana ?"

"Tadi bilangnya mau jemput Icha dulu, mungkin sekarang mereka sedang bersama"

Fania mengangguk mendengar jawaban Anggi, Fania hanya memastikan saja kalau memang Andra akan benar-benar datang ke rumahnya.

"Tenang Fan, Andra pasti datang, lo gak usah khawatir"

"Iya, gue percaya"

Fania tersenyum, memang benar, karena Andra memang selalu membuktikan ucapannya.

Andra selalu ada saat Fania butuhkan, dan sekarang Fania ingin Andra bersamanya karena Farhan tidak bisa ada disana.

"Orang tua lo kemana Fan ?"

"Gak tahu, tadi pergi, biar sajalah memangnya kenapa juga ?"

"Gak apa-apa, nanya aja soalnya gak kelihatan"

Fania mengangguk, orang tuanya memang sedang keluar tapi Fania tidak tahu kemana perginya mereka berdua.

Asalkan mereka kembali dengan selamat, Fania tidak akan merecoki urusan mereka.

"Fan, gue ke toilet dulu ya"

"Ya udah silahkan"

Raka berlalu meninggalkan mereka, kepergian Raka membuat mereka bergosip tentangnya.

Kabarnya Raka tengah endekati wanita lagi sekarang, setelah gahal dengan Dosen di Kampus, sekarang Raka telah memdapatkan gebetan baru.

"Seriusan ?"

Tanya Fania tidak percaya, Wulan tampak membenarka hal itu, karana Wulan pernah melihat mereka jalan bersama.

"Tua lagi kan ?"

"Enggak, kali ini cantik dan masih muda"

Jelas Wulan, Fania mengangguk dan tersenyum.

Baguslah kalau memang seperti itu, dan semoga wanita itu bisa jadi pasangan Raka yang sesungguhnya.

Fania sudah bosan dengan Raka yang terus menerus berganti pasangan, tapi tetap saja pada akhirnya berpisah juga.

"Kapan ya Andra mengakuinya pada kita ?"

"Kapan-kapan kalau dia mau"

"Benar juga"

Raka tampak kembali dan mengernyit saat sadar tatapan mereka tak seperti biasanya, Raka kembali duduk dan meneguk minumannya, biarkan saja Raka tidak ingin berbicara apa pun juga.

Raka memilih bermain game saja, tak peduli dengan tatapan, senyuman, dan bisikan mereka disana.

"Baiklah, lo diam-diam aja terus, awas aja kalau gak ada bonus buat kita"

Ucap Anggi, Raka menoleh dan menggeleng.

Raka tahu maksudnya, tapi Raka enggan menanggapinya sekarang.

Biarkan saja mereka dengan fikiran mereka sendiri, Raka tetap fokus pada gamenya saja karena itu lebih menyangkan untuk Raka saat ini, dari pada menjawab mereka semua.

"Andra masih jauh gak sih, pesan makanan dong sekalian, soalnya di rumah makanan cuma sedikit"

"Kenapa gak dari tadi ?"

"Ya coba aja dulu, mungkin kan masih sempat"

"Tahu ribet banget lo Lan, tinggal telepon doang"

"Berisik lo"

Dengan kesal Wulan menjawab Raka, dan langsung menhubungi Andra sesuai dengan permintaan Fania.

Mereka memang harus sediakan makanan yang banyak ketika bersama seperti sekarang, karena itu akan membuat suasan semakin seru lagi.