Andra meneteskan air mata, saat ucapan itu terngiang jelas ditelinganya.
Dengan cepat Andra mengusap air matanya dan berusaha tersenyum menatap Fania.
"Dra, apa waktu gue sependek itu ?"
"Lo ngomng apa sih Fan, lo pasti sehat lagi, dokter akan sembuhkan penyakit lo"
"Lo jangan bohong sama gue, gue bukan anak kecil yang gampang dibohongi"
Andra memejamkan matanya sesaat, Andra harus kuat berbicara dengan Fania meski kabar buruk telah lebih dulu didengarnya.
Andra menggenggam tangan Fania dan tetap tersenyum menatapnya.
"Gue gak mau mati Dra"
"Sudah Fan, lo tahu apa yang dokter bilang agar penyakit lo bisa cepat sembuh ?"
"Apa ?"
"Dokter bilang lo harus selalu bahagia, lo harus tenang dan jangan terlalu banyak fikiran, kalau lo bisa seperti itu tentu akan membatu agar sakit dikepala lo itu menghilang, dan dengan begitu penyakit lo juga akan hilang Fan"
"Menurut lo apa, selama ini gue selalu bahagi dan gue juga selalu tenang tapi penyakitnya malah datang"
"Itu karena lo terlalu banyak fikiran, kerjaan lo terlalu menguras energi otak lo dan itu menyebabkan sakit dikepala lo Fan"
"Lo ngomong apa, gak jelas ?"
Andra terdiam, tatapan Fania kosong padahal saat ini Fania sedang berbicara dengan Andra.
"Fan, kalau lo ingin sembuh, lo harus berhenti bekerja untuk beberapa waktu sampai lo sehat dengan begitu lo gak perlu pusing memikirkan pekerjaan lo"
Fania terdiam, sejak awal Fania sangat ingin bekerja sampai Fania melepaskan dunia perkuliahannya demi bekerja, dan sekarang Andra memintanya harus berhenti dan meninggalkan semua yang sejak dulu diinginkannya.
"Fan, lo dengar gue kan ?"
"Kalau gue gak kerja lalu gue harus apa, diam dirumah tidur makan tidur makan seperti itu saja ?"
"Lo lakukan apa yang bisa buat lo bahagia"
"Gue bahagia dengan pekerjaan gue"
Fania melirik Andra dan membuat Andra terdiam, pintu terbuka membuat keduanya melirik bersamaan.
Mereka melihat Farhan dipintu, Farhan pun ikut terdiam karena ada Andra disana.
Hubungan Andra dan Farhan masih tidak baik, sejak kejadian itu mereka tak pernah lagi bertemu untuk berbicara.
Andra terdiam menatap Farhan, fikiran Andra berputar mencari cara agar Fania mau mendengarkannya.
Andra tersenyum dan meminta Farhan agar segera masuk.
"Bagaimana keadaan Fania"
"Seperti yang lo lihat, dia masih seperti ini"
Fania terdiam, Fania tak peduli dengan kedatangan Farhan.
Bukan hanya Andra dan Farhan tapi Fania dan Farhan pun masih setia dalam kesalah pahamannya.
"Fan, gue tahu gimana cara agar lo bisa bahagia tanpa harus bekerja"
Andra melirik Farhan yang terdiam menatap Fania, Andra memang kecewa dengan apa yang dilihatnya tapi Yuda sudah pernah menjelaskan semuanya, seperti apa yang Yuda jelaskan pada Fania tentu Yuda menjelaskannya pada Andra dan itu memang kemauan Farhan.
"Lo bisa habiskan hari-hari lo bersama Farhan, Farhan kan pengangguran jadi dia bisa setiap saat bersama lo bahkan 24 jam juga bisa, iya kan Han"
Farhan mengernyit, tanpa sempat berfikir Farhan mengiyakan pertanyaan Andra.
Fania melirik Andra dan menatapnya heran.
"Benar kan, lo bisa melakukan apa saja sama Farhan yang penting bisa buat lo bahagia dan tenang"
"Bukannya lo gak suka sama dia ?"
Andra tersenyum dan mengangguk, Andra mengakui ketidak sukaannya terhadap Farhan.
"Lalu buat apa semuanya ?"
"Lo pernah bilang, lo sayang sama Farhan kan dan lo bilang perasaan lo terhadap Farhan adalah hak lo jadi kenapa gue harus menghalanginya"
"Tapi gue gak bisa terima diselingkuhi dan gue gak peduli lagi dengan hak gue"
"Gue tahu Fan, gue juga kecewa dengan apa yang gue lihat waktu itu, tapi Yudah telah memberikan penjelasan sama gue dan gue fikir gak ada salahnya kalau lo kasih kesempatan kedua buat Farhan"
"Untuk apa ?"
"Ya setidaknya sampai lo benar-benar menemukan pengkhianatan yang sebenarnya, karena kemarin bisa saja wanita itu yang kegatelan sama Farhan"
Fania melirik Farhan, mencoba mencerna apa yang Andra katakan.
Fania memang percaya dengan itu tapi apa Fania akan bisa kuat kalau nanti wanita itu datang lagi, untuk menguatkan hati dari penyakitnya saja Fania lemah apa lagi harus ditambah dengan yang lain.
Dan apa Farhan akan benar-benar meneriman Fania dengan kondisinya sekarang, Farhan akan kerepotan jika penyakit Fania sedang kumat.
"Aku gak akan maksa Fan, kalau memang kamu gak mau aku menemui kamu lagi aku pasti akan pergi"
"Lalu untuk apa datang kesini ?"
"Karena aku merasa yakin kalau aku masih bisa mendepat kesempatan itu dari kamu"
Andra meyakinakan dirinya sendiri bahwa dengan membiarkan Fania bersama Farhan pasti akan mendatangkan bahagia untuk Fania, setidaknya itu berjalan disepanjang sisa hidup Fania.
"Kalau gitu gue balik dulu ya Fan, gue gerah harus mandi dulu dan baju gue juga gak ganti dari kemarin"
"Mamah sama Papah mana ?"
"Mereka akan datang nanti sore, sekarang biar Farhan yang jaga lo disini"
"Lo hati-hati dan cepat balik lagi kesini"
"Siap"
Andra bangkit dan berlalu tanpa berkata apa pun pada Farhan, jika saja keadaan Fania tidak seperti sekarang mungkin Andra tidak akan membiarkan mereka bersama lagi setelah apa yang Farhan tunjukan waktu itu.
"Kamu keberatan aku disini ?"
Belum sempat Fania menjawab suster lebih dulu masuk mengantarkan sarapan juga obat Fania.
"Selamat pagi bu, gimana perasaannya sekarang sudah lebih baik kan ?"
"Lumayan sus"
"Silahkan sarapannya bu dan segera minum obatnya, nanti dokter akan masuk untuk memeriksa lagi"
"Iya, makasih sus"
"Sama-sama, permisi bu, pak"
Suster kembali pergi meninggalkan keduanya, Farhan segera melangkah dan duduk di kursi bekas Andra.
"Aku bantu sarapan ya"
Fania tak menjawab, Farhan dengan hati-hati menyuapi Fania.
Fania tak menolak karena memang perutnya terasa lapar.
"Aku janji Fan, kejadian itu tidak akan pernah terjadi lagi"
"Dia masih disini ?"
"Itu bukan urusan ku, sekarang aku hanya akan bersama mu"
Fania menatap Farhan yang terus menyuapinya, Fania senang dengan ucapan Farhan tapi Fania juga sedih jika Farhan tetap bersamanya.
"Kamu kenapa, makanannya gak enak ?"
"Aku sakit Han, mungkin memang lebih baik kamu kembali kepada wanita itu"
Farhan mengernyit, Farhan tidak mengetahui informasi terbaru tentang penyakit Fania saat ini.
"Aku gak perduli Fan, selama aku bisa aku akan tetap bersama kamu meski dalam kondisi kamu sekarang, aku sudah bilang kalau aku tidak main-main, aku serius sama kamu"
Fania tak menjawab, air matanya menetes seketika.
Fania merasa sangat berharga, disaat sakit seperti ini Farhan tetap setia dengannya.
Tapi dengan seperti itu pula, Farhan membuat Fania semakin takut menjalani hidupnya sekarang.