Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 48 - Berusaha

Chapter 48 - Berusaha

Gina mengantarkan sarapan untuk Fania ke kamarnya, Fania masih ketakutan akibat mimpinya samalam dan membuatnya tak ingin keluar dari kamar.

"Ayo sayang makan dulu ya, nanti minum obat lagi"

"Sampai kapan minum obat terus ?"

"Besok kan jadwal kontrol jadi besok kita tanya bisa jeda dulu gak minum obatnya"

"Dokter saja suruh kesini, Fania malas keluar"

"Iya, kita lihat besok ya mudah-mudahan dokternya gak lagi sibuk sama pasiennya"

Fania mulai menyantap sarapannya yang dibawakan oleh Gina, Gina merasa lebih tenang lagi karena Fania semakin bisa untuk terbuka kembali pada dirinya.

"Andra gak datang ?"

"Kemarin kan Andra bilang, hari ini Andra harus ke kantor pagi sekali jadi mana sempat mampir kesini"

"Iya, Fania lupa"

"Ya sudah kamu makan dulu ya, Mamah masih ada yang harus dikerjakan, nanti kalau Mamah kembali kesini kamu harus sudah selesai makan dan obatnya harus sudah di minum"

"Iya"

Gina tersenyum dan mengusap kepala Fania sekilas, sampai akhirnya Gina berlalu dari kamar Fania membiarkan Fania sarapan dengan tenang.

Fania menghentikan suapannya saat ponsel dimejanya bergetar, Fania maraihnya dan membuka pesan masuk yang ternyata dari Andra.

"Sorry Fan, gue gak bisa mampir pagi ini, gue harus buru-buru ke kantor, gue harap lo sarapan dan minum obat tepat waktu"

Fania tersenyum membaca isi pesan Andra, Fania senang dengan perhatian Andra dan memang Fania lebih bisa terbuka pada Andra dari pada yang lain"

"Ok, gue lagi sarapan ini juga"

Fania menyimpan kembali ponselnya dan melanjutkan sarapannya, Fania ingin cepat selesai dengan kegiatannya agar bisa segera bersantai kembali.

Setelah mengantar sarapan untuk Fania, Gina keluar rumah dan mengurus tanamannya.

Dengan begitu Gina bisa sesaat melupakan kegelisahannya karena masalah Fania, Gina bisa sedikit tenang saat marawat tanaman yang ada dihalaman rumahnya.

Hal itu memang biasa bi Marni yang melakukan, tapi semenjak Gina tahu tentang kondisi Fania, Gina jadi suka melakukan kegiatan itu sendiri saja.

"Nyonya, perlu saya bantu ?"

"Gak usah bi, bibi lanjutkan saja pekerjaan yang lain, saya bisa sendiri kok"

"Baik"

Bi Marni mengangguk dan berlalu masuk meninggalkan Gina yang anteng dengan kesibukannya mengurusi tanaman.

Bi Marni melanjutkan membereskan dapur dan juga meja makan.

Fokus Gina beralih saat sebuah mobil sedan berwarna abu memasuki halaman rumahnya, Gina tahu jika itu adalah mobil Farhan tapi Gina tak tahu kenapa Farhan datang, padahal sudah sering kali Fania menolaknya untuk datang.

Gina tersenyum menyapa Farhan yang keluar dari mobil dan berjalan kearahnya, begitu juga dengan Farhan saat sampai dihadapan Gina, Farhan menyalami Gina dengan sopan.

Itu sudah biasa Farhan lakukan sejak awal mereka bertemu, Farhan tidak merasa canggung pada Gina maupun Hendra karena mereka memang menerima Farhan dengan baik.

"Farhan, kamu datang lagi ?"

"Iya tante, Farhan akan tetap datang meski Fania tetap menolak Farhan"

"Tapi bagaimana, untuk apa datang kalau Fania tidak mau menemui kamu"

"Farhan akan terus mencoba tante, kemarin malam Andra datang ke rumah dan bilang kalau hari ini Andra gak bisa menemani Fania, jadi Andra minta Farhan untuk datang dan berusaha lagi membujuk Fania"

Gina mengangguk, memang benar Andra juga mengatakan hal yang sama padanya bahwa Andra hari ini tidak bisa menemui Fania karena urusan kantornya.

"Apa Fania sudah bangun ?"

"Sudah, tadi Fania lagi sarapan di kamarnya"

"Apa tante bisa antar Farhan untuk menemui Fania ?"

Gina ragu untuk menjawab pertanyaan Farhan, Gina tak mau melihat kekecewaan Farhan untuk kesekian kalinya karena penolakan Fania untuk bertemu dengannya.

"Gak masalah tante, Farhan akan berusaha agar Fania mau bertemu dengan Farhan dan kalau memang masih gak bisa, Farhan akan pulang"

Gina memejamkan matanya sesaat, sejak awal Gina memang melihat keseriusan dari Farhan untuk Fania tapi kenapa keadaan harus berubah menjadi buruk seperti itu.

"Gimana tante ?"

"Boleh, tante minta maaf ya Farhan untuk semua perlakuan Fania sama kamu"

"Iya tante, gak apa-apa yang penting aku tahu kalau Fania tetap baik-baik saja"

Gina tersenyum dan mengangguk, sesuai permintaan Farhan untuk diantar menemui Fania.

Gina pun melangkah dan membawa Farhan ke kamar Fania, pintu kamar Fania memang tak lagi di kunci oleh Fania jadi mereka bisa dengan mudah masuk ke dalamnya.

Fania menoleh dan mengernyit melihat Farhan yang berdiri di samping Gina, sebagian dari hati Fania merasa senang dengan kedatangan Farhan tapi sebagian lagi masih menolak untuk kedatangan Farhan, dan itulah yang selalu terjadi setiap kali Fania melihat sosok Farhan.

"Ya sudah tante tinggal ya"

"Tante disini saja, takutnya .... "

"Gak masalah Farhan, tante percaya"

Gina mengusap lengan Farhan dan berlalu meninggalkan keduanya, seperginya Gina dari kamar.

Farhan dan Fania sama-sama terdiam, Farhan tak tahu harus memulainya dengan apa karena mungkin saja Fania akan kembali menolak kedatangannya saat ini.

"Ada apa lagi, bukankah aku sudah bilang kalau aku gak mau kamu datang kesini"

Farhan menggeleng dan melangkah mendekati Fania, Farhan siap jika memang Fania akan kembali mengusirnya setelah Farhan berada tepat disamping Fania.

"Fan, aku akan tetap melakukan ini meski kamu juga tetap menolak aku"

"Oh iya, kalau gitu aku mau kamu pergi sekarang karena aku tetap gak mau kamu ada disini"

"Tapi sampai kapan ?"

Fania melirik Farhan yang duduk disampingnya, Fania menggeleng dan kembali memalingkan wajahnya dari Farhan.

"Aku akan tetap seperti ini Fan, gak akan ada yang berubah"

"Ya tapi untuk apa, aku sudah bilang kalau aku gak mau ketemu kamu lagi"

"Tapi aku mau ketemu sama kamu, lagi dan lagi"

"Han, aku .... "

"Kalau memang kamu gak mengharapkan aku lagi, lalu kenapa kamu selalu membicarakan tentang aku pada Andra ?"

Fania mengernyit dan kembali melirik Farhan, keduanya terdiam dalam tatapan satu sama lain.

Fania merasakan panas di wajahnya saat kedua tangan Farhan meraih kedua tangannya, jujur Fania sangat merindukan sentuhan itu setelah sekian lama.

"Kenapa Fan, kamu masih ragu sama keseriusan aku terhadap hubungan kita berdua ?"

Fania tak menjawab, Fania hanya diam menatap Farhan dan dibalik itu semua Fania berusaha menata perasaannya terhadap Farhan.

Perasaan sayang dan cinta, perasaan sedih dan kecewa juga perasaan takut tentang hal buruk yang akan terjadi diantara mereka berdua.

"Fania, harus dengan cara apa aku tunjukan ke kamu kalau aku tidak main-main dengan hubungan kita dan agar kamu percaya dengan itu semua ?"

Fania tak menjawab, Fania juga tak tahu jawaban yang pas untuk pertanyaan Farhan kali ini, dan Fania tidak ingin memikirkannya sekarang"