Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 49 - Ungkapan Hati

Chapter 49 - Ungkapan Hati

Fania melepaskan genggaman tangan Farhan dan kembali berpaling dari tatapan Farhan, Fania tak bisa menahan perasaan campur aduknya terhadap Farhan yang akhirnya memberikan rasa sakit untuk hati Fania sendiri.

"Aku tak tahu apa yang kamu mau Fan, jadi kamu bilang sama aku, aku harus bagaimana agar kamu bisa percaya sama aku tentang keseriusan aku pada hubungan kita"

"Kamu pulang saja, itu yang aku mau"

"Tapi aku gak mau Fan"

"Tadi kamu bilang aku tinggal mengatakan apa yang aku mau, iya kan .... dan aku mau kamu pergi sekarang"

"Apa dengan begitu kamu percaya sepenuhnya sama aku ?"

"Pergi Han"

"Dan kamu percaya sama aku ?"

"Pergi Han"

"Lihat aku Fania"

Farhan menyentuh kedua pundak Fania dan menghadapkan Fania kepadanya, Farhan menatap dalam mata Fania mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.

"Aku bilang pergi sekarang"

"Dan kamu akan percaya sama aku ?"

"Pergi"

"Dan kamu akan percaya sama aku ?'

"Pergi sekarang"

"Dan kamu akan percaya sama aku"

"Pergi, aku bilang pergi sekarang !"

Fania meninggikan suaranya dan langsung menunduk menghindari tatapan Farhan.

"Apa dengan mengusir aku dari sini, itu bisa memberikan ketenangan buat kamu Fan ?"

"Pergi sekarang, aku gak mau kamu disini"

"Apa kamu bahagia dengan ketidak hadiran aku dihidup kamu Fan, apa kamu senang setelah berhasil mengusir aku dari sini ?"

"Enggak !"

Bentak Fania yang kembali menatap Farhan, Fania tak sanggup lagi menahan rasa sakit dihatinya karena perasaan-perasaan yang lain yang selalu mengganggunya.

"Aku gak tenang, aku gak senang dan aku gak bahagia dengan ketidak hadiran kamu disisi aku !"

Farhan mengernyit melihat Fania yang tampak prustasi dengan perasaannya sendiri, Farhan melihat air mata yang mulai menetes dipipi Fania tapi Farhan tak akan melakukan apa pun sebelum Fania selesai mengungkapkan semuanya.

"Aku gak pernah tenang atau pun senang apa lagi bahagia jika kamu gak ada disisi aku, gak pernah Farhan !"

Farhan mengangkat kedua alisnya dan tetap terdiam menatap Fania dan setia mendengarkan semua kemarahan Fania terhadap situasi saat ini.

"Aku sedih, aku kecewa dan aku sakit karena aku harus mengecewakan dan menyakiti kamu dengan semua perlakuan aku selama ini, aku sakit Farhan dengan semuanya apa kamu tahu itu hah .... apa kamu tahu itu ?"

Farhan menguatkan pegangannya dipundak Fania, berharap bisa menguatkan Fania untuk tetap meluapkan perasaannya.

Farhan tidak boleh sama kerasnya, Farhan harus tetap tenang menghadapi Fania yang tersiksa dengan keadaannya sendiri.

"Aku kecewa dengan semuanya, aku sedih dengan semuanya dan aku gak bisa terima semuanya saat ini, aku gak bisa"

"Lalu apa Fan ?"

"Lalu apa, lalu aku tersiksa dengan semuanya, aku benci dengan semuanya dan aku gak mau tahu tentang semuanya"

"Kamu bisa merasa nyaman kalau aku gak ada"

"Aku gak bisa terima kalau kamu gak ada, aku gak suka dengan waktu yang aku lewati tanpa ada kamu, aku gak nyaman dengan semuanya yang terjadi saat ini"

"Kamu kecewa dengan ketidak hadiran aku disisi kamu ?"

"Iya, aku kecewa dengan itu, aku benci dengan keadaan itu, saat aku harus menutupi kerinduan aku sama kamu dihadapan semuanya, saat aku harus berpura-pura tidak menginginkan kamu untuk ada bersama aku dihadapan semuanya, saat aku harus berpura-pura aku tak lagi memiliki perasaan apa pun terhadap kamu dihadapan semuanya, aku benci semua itu"

"Lalu kenapa Fania ?"

"Lalu kenapa .... Lalu kenapa kamu harus bersama ku terus menerus kalau pada akhirnya aku juga akan kehilangan kamu, dan kamu juga akan kehilangan aku, untuk apa semua itu ?"

"Diam .... berhentilah berbicara"

"Kenapa aku harus tetap terima kamu, tetap menjalani kebersamaan dengan mu kalau aku harus kehilangan semuanya besok lusa"

"Diam Fania"

"Aku sakit Han, aku lemah dan gak lama lagi aku akan mati Farhan kamu tahu itu kan, aku gak ...."

"Diaaam Fania !"

Fania terdiam menunduk dan menangis tersedu setelah berbicara panjang lebar dan meluapkan segalanya, Farhan tak ingin mendengar kematian dengan alasan apa pun juga, Farhan tak ingin mendengarnya dan dengan terpaksa Farhan harus membentak Fania agar bisa menghentikan kalimatnya.

"Diamlah Fania, jangan menangis, manangis tak akan merubah apa pun, menangis hanya akan membuat kamu lemah dan semakin lemah lagi Fan"

Farhan menarik Fania kedalam pelukannya, berusaha memberikan ketenangan untuk Fania yang sedang kalut dalam kesedihan.

Farhan tak ingin mendengar apa pun lagi dari mulut Fania, sekarang Farhan tahu jika sebenarnya Fania sangat membutuhkan kehadiran dirinya disisi Fania, dan Farhan berusaha memenuhi keinginan itu dengan cara apa pun dan dalam kondisi apa pun juga.

"Aku gak peduli Fan dengan semua itu, dengan keadaan kamu aku gak peduli, aku sayang sama kamu dan selama waktu aku masih ada, aku akan tetap ada untuk kamu, dalam keadaan apa pun Fania"

"Tapi aku .... "

"Diamlah, aku tak ingin kamu berbicara lagi"

"Aku gak mau kehilangan semuanya"

"kamu gak akan kehilangan apa pun, aku akan tetap ada bersama semuanya, dan kamu harus yakin dengan semua itu Fan, hanya doa dan keyakinan yang akan membuat kamu tetap berada disini dimana kamu juga menginginkannya Fania"

"Apa aku bisa ?"

"Kenapa harus tidak bisa, Dokter itu bukan Tuhan, hidup kamu bukan Doker yang tentukan, jadi jangan pernah kamu terpaku sengan apa yang dikatakan Dokter"

"Tapi itu benar"

"Tidak ada yang tahu kuasa Tuhan, kamu harus ingat kalau ada keajaiban Tuhan"

Fania terdiam, tangisnya semakin dalam saat mendengar kalimat Farhan.

Gina ternyata menyakisakan hal itu, ikut sedih dan menangis melihat apa yang terjadi pada putri tersayangnya.

Gina tak bisa menahan dan menutupi semuanya setelah Gina tahu apa yang terjadi dan dialami oleh putrinya.

Tapi Gina yakin, Farhan dan semua yang menyayangi Fania akan tetap berada disisi Fania dan mendukung Fania walau apa pun yang terjadi pada Fania.

Itu kenyakinan Gina terhadap orang-orang disekitar Fania dan juga tentang Fania sendiri.

Gina yakin jika Fania bisa melewati semuanya dengan segela ketegaran dan kekuatan yang dimilikinya selama ini, Fania wanita kuat dan keras kepala.

Fania tak akan kalah dengan apa pun dan tak akan mengalah pada apa pun juga termasuk pada penyakit yang saat ini dideritanya.

Fania pasti mampu melawan dan melewati masa sulitnya dengan dukungan dari orang tua dan juga sahabat-sahabatnya termasuk juga dukungan Farhan, lelaki yang memang spesial dihati Fania dan memiliki ruang tersendiri dihati Fania.

Semua itu akan menjadikan kekuatan luar biasa bagi Fania dalam melawan penyakit dan melewati setiap masa sulit dalam hidupnya sekarang ini.