Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 37 - Jalan berdua

Chapter 37 - Jalan berdua

Andra melangkahkan kakinya menuju rumah Icha, perkembangan hubungan mereka sangat baik.

Andra sudah datang ke rumah Icha dan bertemu kedua orang tuanya, beruntungnya Andra karena kedua orang tua Icha menerimanya dengan baik dan menyetujui hubungannya dengan Icha.

Andra menekan bel rumah, seperti biasa Andra tak perlu menunggu lama karena ART disana sigap dalam segala hal.

"Bi, Ichanya ada ?

"Ada, silahkan masuk"

"Om sama tante ada ?"

"Mereka lagi keluar, katanya ada urusan"

"Oh ya sudah kalau gak ada lebih baik aku tunggu disini saja, bibi panggil saja Icha"

"Baik, ditunggu"

Andra mengangguk dan duduk di kursi yang disediakan, Andra terdiam mengingat Fania.

Keadaan mereka memang sangat tidak baik dan Andra sadar semua itu memang ulahnya.

Andra mengusap wajahnya, Andra seperti itu karena takut akan terjadi hal buruk pada Fania.

Andra terlalu menyayangi Fania, sedikit pun Andra gak akan membiarkan hal buruk mengganggunya.

"Sorry Fan, tentang semuanya memang gue yang salah, gue egois"

Andra memejamkan matanya dan melirik pintu yang ternyata Icha sudah datang, Andra bangkit dan membalas senyuman Icha.

"Sudah siap ?"

"Sudah, mau masuk dulu ?"

"Gak usah, kita langsung pergi saja sekarang, bisa kan ?"

"Bisa, ayo pergi"

Andra menggenggam tangan Icha dan melangkah bersamanya, Andra senang dengan hubungannya.

Icha benar-benar bisa membuatnya nyaman, Icha bisa menenangkan Andra saat gelisah dan Icha juga selalu memperhatikan setiap hal tentang Andra.

"Masih naik taxi"

"Terus mau naik apa, becak ?"

"Gak malu ?"

"Sudahlah Dra, kenapa sih dari dulu juga aku kalau pergi-pergi selalu pakai taxi"

Andra tersenyum dan membukakan pintu untuk Icha, setelah memasuki taxi, Andra meminta agar diantar ke mall.

"Mau beli apa sih ?"

"Gak tahu aku juga, pengen jalan saja sama kamu, kamu kan sukanya ke mall jadi ya sudah ke mall"

Icha tersenyum mendengar jawaban Andra, memang benar jika Icha sangat suka jalan ke mall.

"Gimana Fania ?"

Andra melirik Icha dan terdiam menatapnya, Icha memang tak lagi cemburu terhadap Andra dan Fania justru sekarang Icha malah mendukung agar Andra memperbaiki hubungannya dengan Fania.

"Gak coba temui Fania"

"Gak usah Cha, aku malas debat lagi sama Fania"

"ya udah, makanya kamu dukung aja hubungan Fania sama Farhan lagian aku lihat mereka memang saling suka, Dra"

"Apa itu benar ?"

"Iya, aku lihat memang seperti itu, lagian kan Fania baru pertama kali jatuh cinta jadi biarkan saja biar dia punya pengalaman dalam hidupnya"

Andra terdiam, Andra juga baru merasakan jatuh cinta yang sebenarnya pada Icha dan begitu juga dengan Fania.

Mungkin benar apa yang dikatakan Icha jika Andra harus mendukung hubungan mereka sampai Andra benar-benar lihat hal buruk yang dilakukan Farhan.

"Andra"

"Iya, apa ?"

"Dari pada seperti ini terus, kamu pusing Fania pusing mending kalian saling dukung jadi bisa bahagia sama-sama"

"iya nanti aku coba bicara sama Fania, makasih ya"

Andra menarik Icha dalam dekapannya, Andra merasa beruntung memiliki Icha karena selalu bisa membuatnya tenang.

----

"Farhan, masuk dulu, Fania belum selesai"

"Iya tante, aku nunggu disini aja"

"Ya sudah, bi buat minum satu antar ke depan"

Teriak Gina yang mendapat jawaban iya dari bi Marni, Gina berlalu meninggalkan Farhan setelah tahu Farhan memilih untuk menunggu Fania di luar.

"Mah, Fania berangkat ya"

"Minum Farhan saja belum datang, sudah mau pergi saja"

"Gak apa-apalah mah nanti juga diluar banyak minum"

"Ya sudah hati-hati ya"

"Daaah Mamah"

Fania berlalu setelah berpamitan, Fania menghampiri Farhan yang tampak serius dengan ponselnya.

"Lagi ada masalah ?"

Farhan melirik Fania dan langsung bangkit dari duduknya, Farhan menunjukan layar ponselnya agar Fania tahu jika Farhan sedang memainkan game di ponselnya itu.

"Ya sudah sih, kenapa juga ?"

"Ya sudah ayo berangkat"

Fania mengangguk, mereka memasuki mobil dan memulai perjalanannya.

"Mau beli baju apa Fan ?"

"Baju buat kerja, aku sudah bosan itu itu terus"

"Oohh baju kerja"

"Kamu sendiri mau beli apa ?"

"Ada deh, kamu jangan kepo"

Fania tersenyum, Farhan memang terkadang menyebalkan tapi Fania suka dengan itu.

"Han, kamu serius kan sama aku ?"

"Pertanyaan apa itu Fania, untuk apa aku main-main ?"

"Aku gak mau menyesal dengan semuanya"

"Aku sudah janji sama kamu, aku gak akan menyakiti kamu Fan, aku sayang sama kamu bukan untuk sakiti kamu"

Fania tersenyum, Fania memang percaya pada Farhan tapi kekhawatiran Andra juga mampu mengganggu fikirannya.

Andra memang benar, Farhan adalah orang baru diantara mereka dan Fania tidak tahu tentang bagaimana dan seperti apa Farhan sebenarnya.

"Kamu kenapa, ragu sama aku ?"

Farhan menggenggam tangan Fania dengan satu tangannya yang melepaskan stir, Fania menggeleng tak ada alasan untuk Fania ragu karena perasaanya terhadap Farhan adalah persaan yang sebenarnya gak mungkin Farhan mempermainkannya.

"Kamu sudah makan ?"

"Belum, baru tadi pagi sarapan"

"Aku malah gak sarapan sama sekali"

"Kenapa gitu, jadi sampai sekarang belum makan"

Farhan menggeleng, Fania mengernyit mengingat seharian ini Farhan di rumah saja lalu digunakan untuk apa waktunya jika makan saja tidak sempat.

"Aku kan dirumah sendirian, mau apa-apa sendiri jadi kalau lagi malas buat ngapa-ngapain ya diam saja seperti hari ini aku malas masak ya jadi gak makan"

"Memangnya kamu bisa masak"

"Ya bisalah, tiap hari aku makan ya aku sendiri juga yang masak, terus mau suruh siapa"

"Gak ada bibi"

"Sayanglah, uangnya dipakai buat bayar bibi, mending ditabung buat masa depan"

Fania tersenyum, diusapnya punggung tangan Farhan yang masih menggenggam satu tangannya, Fania merasa malu dengan hal itu, karena pada kenyataannya Fania yang perempuan tak bisa memasak bahkan sekedar untuk dirinya sendiri.

Farhan memarkir mobinya dan langsung keluar untuk segera membuka pintu Fania.

"Lain kali gak perlu seperti ini"

Fania keluar setelah beberapa saat tersenyum menatap Farhan, keduanya berjalan bergandengan.

Langkah mereka seirama sama seperti hati mereka yang memiliki cinta yang sama.

Mereka mendatangi tempat yang menjadi tujuannya, Fania memilih beberapa baju disana, Farhan tampak melihat sekitar setelah melihat apa yang diinginkannya, Farhan pamit terlebih dahulu karena Fania masih sibuk dengan memilih baju.

"Fan, aku kesana sebentar ya"

"Mau kemana ?"

"Itu kesana, kamu tunggu aja disini nanti aku kesini lagi, gak lama kok"

"Baiklah"

Farhan berlalu setelah Fania menyetujuinya, Fania kembali melanjutkan kegiatannya.

Andra dan Icha sedang asyik bercanda, mereka bertingkah seperti anak-anak, saling memukul, mencubit dan saling mengejar.

Mall itu serasa halaman rumahnya sendiri, Andra dan Icha tak memperdulikan meski banyak mata yang melihat mereka bertingkah.