Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 25 - Tak Sangka

Chapter 25 - Tak Sangka

Farhan telah selesai dengan persiapan, Farhan benar-benar berpenampilan rapi.

Farhan ingin menjadi sempurna dihadapan Fania dan keluarganya.

Farhan menuruni tangga rumahnya dengan berlari, perasaan Farhan sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Fania.

5 kotak martabak telah berada ditangannya, Farhan akan memberikan semuanya pada Fania.

Farhan mengambil kunci mobilnya dan langsung berlalu meninggalkan rumahnya.

Farhan tinggal di rumah itu hanya sendiri, keluarganya berada di Semarang karena disana kota asal mereka.

Farhan memilih berbisnis di Makassar karena kesukaannya pada pantai-pantai disana dengan tinggal di Makassar Farhan akan lebih mudah mencapai pantai yang diinginkannya.

Sampai akhirnya usaha Farhan sukses dan Farhan memilih untuk membeli rumah di Makassar agar tidak perlu lagi menyewa rumah untuknya tinggal.

Gerbang rumah Fania terbuka saat mobil Farhan hendak memasukinya, Farhan memarkir mobilnya dan langsung melangkah ke pintu rumah Fania.

Farhan mengetahui rumah Fania dari Yuda sehingga Farhan tidak kesulitan untuk datang ke rumah Fania.

Tak perlu menunggu lama, karena bi Marni langsung membuka pintu untuk Farhan.

"Permisi, saya mau bertemu Fania"

"Non Fania, ada, silahkan masuk"

"Terimakasih bi"

Farhan melangkah masuk mengikuti bi Marni, sampai di ruang tengah bi Marni meminta Farhan untuk menunggu dan bi Marni pun berlalu untuk memanggil Fania.

"Bibi, mau kemana ?"

"Nyonya, mau ke kamar non Fania, di depan ada tamunya non Fania"

"Tamu, siapa ?"

"Gak tahu nyonya, bibi juga baru lihat orangnya"

"Perempuan"

"Laki-laki nyonya, ganteng pula mungkin itu pacar non Fania"

Gina mengernyit mendengar kata pacar, ingatan Gina kembali saat Gina melihat Fania tersenyum sendiri dan selalu tampak girang.

"Baiklah, kalau gitu bibi panggil Fania dulu"

"Baik nyonya"

Gina melangkah untuk melihat tamu yang dimaksud bi Marni, Gina memperhatikannya untuk beberapa saat dan benar saja tamu itu pertama kalinya datang ke rumah.

"Permisi"

Sapa Gina menghampiri Farhan, Farhan langsung bangkit dari duduknya dan menyalami Gina.

Farhan tersenyum bingung berhadapan dengan Gina.

"Mamahnya Fania"

Ucap Gina memecah keheningan, Farhan tersenyum dan menganguk, akhirnya Farhan tahu siapa yang menghampirinya itu.

"Malam tante, ini saya bawa martabak"

Gina keheranan dengan apa yang diberikan Farhan, Gina menerimanya dengan perasaan bingung, martabak sebanyak itu diberikan semuanya.

"Gak salah Han, banyak banget"

Fania yang datang dan menyela pembicaraan, Farhan tampak bernafas lega atas kedatangan Fania.

"Enggak Fan, itu cukup kan buat orang rumah disini"

"Disini cuma 4 orang, aku papah mamah sama bi Marni, martabak sebanyak itu buat apa"

Farhan tersenyum bingung karena pertanyaan Fania, Gina menggeleng dengan semuanya.

"Ya sudah, makasih ya martabaknya, ini satu kalian makan saja dan ini sisanya biar mamah bawa ya"

Fania mengangguk diikuti Farhan, saat Gina berlalu dari mereka, Fania pun meminta Farhan untuk duduk.

Fania membuka kotak martabaknya, dan mencicipi martabak dari outlet Farhan.

Fania mengangguk dan menghabiskan dua potong martabaknya, Fania merasa giginya ngilu karena rasa manisnya yang begitu ketara.

"Gimana Fan ?"

"Enak, pasti laku keras deh soalnya enak"

"Syukurlah kalau kamu suka"

"Iya tapi jangan keseringan ya, aku gak begitu suka dengan yang manis"

Farhan mengangguk setuju, bi Marni mengantarkan 2 gelas minuman untuk Farhan dan Fania.

"Makasih bi"

"Iya non"

Bi Marni kembali berlalu pergi, Fania mempersilahkan Farhan untuk meminumnya dan tentu saja Farhan tidak menolaknya.

"Gak langsung pulang kan ?"

"Enggak, kalau boleh"

"Ya bolehlah, masa gak boleh"

"Emm aku cuma lihat Mamah kamu, kalau Papah kamu kemana kok gak ada ?"

"Ada, mungkin dikamar, sebentar lagi pasti turun kan waktunya makan malam, oh iya kamu belum makan kan kita makan malam bareng ya"

Farhan menganga bersamaan dengan kedua alisnya yang terangkat, bagaimana bisa makan malam bersama, Farhan baru pertama kali datang kesana.

"Gak usah deh Fan, aku pulang saja gak enak baru juga datang sudah langsung makan"

"Jangan, gak apa-apa, bibi suka masak banyak kok biar habis sekaligus"

"Tapi aku .... "

"Faniaa, ayo makan keburu malam Fan"

Kalimat Farhan terhenti saat Gina memanggil Fania untuk makan, Fania pun mengajak Farhan untuk bergabung tak peduli dengan penolakan Farhan, Fania menarik Farhan untuk ikut bersamanya.

"Sudah ayo ikut, mah, pah gak apa-apa kan kalau Farhan ikut makan malam disini ?"

Gina dan Hendra melirik Farhan bersamaan, Farhan segera menyalami Hendra.

Hendra mengernyit dan melirik Gina, Gina mengangguk dan Hendra cukup mengerti dengan itu.

"Ayo duduk saja, kita makan bareng"

"Tuh kan, apa aku bilang, ayo duduk kita makan"

Farhan tersenyum lalu duduk dihadapan Fania, Farhan benar-benar canggung berada ditengan keluarga Fania.

Farhan baru saja bertemu dan bahkan belum tahu nama orang tuanya Fania tapi Farhan sudah lagi ikut makan malam ditengah mereka semua.

"Ayo Farhan, ambil saja apa yang kamu mau jangan canggung gitu"

Ucap Hendra yang membuat Farhan semakin merasa canggung, Farhan turut mengambil makananya mengikuti Fania dan orang tuanya.

Mereka makan malam dengan tenang, sering kali Farhan dan Fania saling lempar pandangan juga senyuman.

Fania senang bisa kembali bersama Farhan dan orang tuanya juga menyambut Farhan dengan baik, begitu juga dengan perasaan Farhan seperti mendapat lampu hijau Farhan semakin semangat untuk mendekati Fania.

"Ditambah lagi Farhan, makanannya masih banyak"

"Cukup om terimakasih, aku tidak banyak makan"

Hendra mengangguk mendengar jawaban Farhan, Gina tak henti memperhatikan Fania dan Farhan yang terus saja mencuri pandang satu sama lain.

Gina benar-benar yakin jika Farhan adalah penyebab Fania berubah sikap.

"Kalian pacaran ?"

Pertanyaan Gina sontak membuat Farhan dan Fania tersendak makanannya, Gina membulatkan kedua matanya melihat reaksi keduanya.

Fania dan Farhan meneguk minumnya dan berusaha menghentikan batuk-batuknya, Fania terdiam menatap Farhan entah apa yang harus Fania katakan jika sebenarnya Fania memang menyukai Farhan.

"Hati-hati, pelan-pelan makannya"

Ucap Hendra menenangkan keduanya, Farhan menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan tenang.

"Om, tante, kita gak pacaran tapi kalau om sama tante mengizinkan, Farhan ingin lebih dekat dengan Fania, saat ini Farhan sangat menyukai putri om dan tante"

Penjelasan Farhan membuat Fania kembali tersendak bahkan lebih parah dari sebelumnya, Farhan buru-buru menuangkan kembali air digelas Fania yang sudah kosong.

Hal itu membuat Henda dan Gina menahan tawanya terhadap dua orang dihadapannya.

"Kamu gak apa-apa Fan ?"

"Enggak Pah, Fania gak apa-apa"

"Jadi ?"

Tanya Gina ingin memperjelas semuanya, Fania menelan ludahnya dengan susah payah sambil menatap Farhan.

"Farhan, menginginkan Fania, tante"

Fania benar-benar tak menyangka jika Farhan akan berkata seperti itu, ternyata Farhan lebih berani dari apa yang difikirkan Fania.