"Icha, Lo lagi apa ?"
Icha menoleh sesaat dan kembali melanjutkan kegiatannya, Andra tersenyum menghampirinya dan memperhatikan Icha ditengah kesibukannya.
"aku fikir, kamu gak sempat makan tadi waktu diluar, soalnya kamu terlihat lemas saat pulang"
"Terus ?"
"Aku fikir, aku bisa membuatkan sesuatu untuk mengobatinya"
"Dan sekarang .... "
"Aku buatkan ayam rica-rica, kamu suka ?"
Andra terdiam menatap Icha yang begitu serius dengan pekerjaannya, Andra baru tahu kalau Icha rupanya bisa memasak.
"Kalau gak suka ga apa-apa kamu bisa beli diluar"
"Kok beli diluar"
"Iyalah, aku tahu kebiasaan kamu kalau lapar pasti cuma masak mie, iya kan ?"
"Kok tahu ?"
"Soalnya aku lihat-lihat isi lemari itu mie semuanya"
Andra terkikik mendengar jawaban Icha, memang benar setiap kali Andra lapar pasti cuma masak mie doang kecuali kalau memang Andra lagi rajin barulah dia akan memasak terlebih dahulu.
"Aromanya enak"
"Sebentar lagi selesai, kamu akan tahu rasanya nanti"
"Baiklah, kalau gitu gue tunggu didepan ya, gue mau nonton sinetron kesayangan gue"
"Diiih, kamu suka sintetron, gak nyangka aku"
Andra tak menjawab dan langsung pergi meninggalkan Icha yang masih sibuk dengan ayam rica-ricanya.
Andra menyalakan tv dan menontonnya dengan tenang, dari rumah Fania tadi Andra begitu ingin pulang dan bisa langsung beristirahat tapi sekarang Andra merasa sudah sangat membaik setelah melihat Icha.
"Sekarang kamu bisa mencicipinya"
Ucap Icha membawakan hasil masakannya ke hadapan Andra, Andra terdiam memperhatikannya.
Ayam yang terlihat enak ditambah nasi yang masih hangat.
"Lo bisa menyiapkan semuanya secepat ini ?"
"Nasinya kan ada tinggal dipanaskan jadi cuma tinggal masak ayamnya aja"
"Ayamnya memang masih bagus, soalnya sudah dari dua hari yang lalu"
"Kalau gak bagus gak mungkin aku masak"
Andra mengangguk, mengambil garpu untuk bisa mencicipi ayamnya, Andra mengunyahnya perlahan sambil merasakan bumbu-bumbu masakannya.
"Gimana ?"
"Enak, lo pintar masak ya, kalau begitu ayo kita makan"
"Gak usah, kamu saja makan"
"Kokinya juga harus makan biar tahu gimana rasa masakannya"
"Baiklah"
Icha mengangguk menyetujui ajakan Andra, mereka menikmati masakannya bersama, baik Andra atau pun Icha keduanya sangat menyukai kebersamaan mereka saat ini.
----
Ditengah kebersamaan Andra dan Icha, Fania masih tertidur dikasurnya.
Fania malas untuk melakukan apa pun tidak ada yang menemaninya saat ini bahkan Andra pun tidak memperdulikannya.
"Non Fania, ayo makan dulu non, bibi sudah siapkan semuanya"
"Gimana bi ?"
"Tidak ada jawaban"
"Tidak masalah, biar aku yang membangunkannya tapi bibi tetap disini ya biar ga ada tanggapan buruk"
Bi Marni mengangguk dan membuka pintu kamar Fania, Farhan tampak masuk dan mendekati Fania.
Farhan tersenyum menatap wajah tenang Fania, beberapa waktu tidak menemuinya, Farhan merasakan rindu yang mendalam.
"Bi aku gak mau makan, bibi makan aja sendiri"
Fania berbalik membelakangi Farhan, Farhan menoleh sekilas ke arah bi Marna kemudian menepuk bahu Fania.
"Kamu tidak mau menemani ku makan ?"
Fania mengernyit mendengar suara yang berbicara padanya, Fania sangat mengenal suara itu.
Suara itu membuat rasa rindunya tumbuh begitu saja.
"Fania"
"Apa benar yang aku dengar ?"
"Kenapa tidak"
Fania tersenyum dan langsung bangkit berbalik menghadap Farhan, Farhan tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.
"Dan sekarang ?"
Ucap Farhan, Fania menggeleng, tanpa ragu Fania langsung memeluk Farhan.
Fania tak lagi bisa berpura-pura untuk tidak peduli terhadap perasaannya.
Bi Marni tersenyum melihat Fania, untuk pertama kalinya bi Marni melihat kebahagiaan yang berbeda diwajah Fania.
Bi Marni berlalu meninggalkan keduanya, bi Marni yakin mereka tidak akan melakukan hal buruk.
"Aku minta maaf sudah mengecewakan mu tentang hari itu"
Farhan melepaskan pelukan Fania, Farhan terdiam menatap wajah Fania.
"Aku sama sekali tidak berniat untuk membatalkannya tapi Andra dan yang lainnya memaksa ku untuk diam dan istirahat"
"Tentu saja itu adalah yang paling benar"
"Tapi jadinya .... "
"Apa, aku marah ?"
"Iya, buktinya kamu ga datang menemui ku atau pun menghubungi ku"
Farhan tersenyum dan mengacak rambut Fania, Farhan merasa pemikiran Fania terlalu berlebihan.
"Apa ?"
"Aku itu sibuk ngurusin salah satu outlet martabak ku Fan, outletnya kebakaran jadi gak sempat memikirkan hal lain aku terlalu sibuk mengurusi pekerja ku yang terluka disana"
"Kebakaran ?"
"Iya, satu outlet ku kebakaran jadi aku sibuk membereskannya dan aku juga harus bertanggung jawab terhadap pekerja ku"
"Aku fikir, kamu marah gara-gara .... "
"Kita gak jadi jalan berdua ?"
Lagi-lagi Farhan memotong kalimat Fania, Fania mengangguk hal itu adalah yang selama ini ada difikirannya.
"Enggaklah Fan, aku gak mungkin marah cuma gara-gara itu, lagian kecelakaan itu gak ada yang mau jadi untuk apa aku marah"
Fania tersenyum, fikirannya mengingat apa yang dikatakan Andra.
Ternyata benar gak mungkin Farhan marah hanya gara-gara gagal jalan bareng dengannya.
"Ayo makan, bibi sudah masak buat kamu"
"Tunggu, kamu bisa kesini ?"
"Bisa, tadi aku diantar bibi"
Farhan mengernyit saat melihat bi Marni tidak ada ditempatnya, Fania tersenyum melihat ekspresi Farhan.
"Tadi ada bibi kok sumpah"
"Ya sudah sih gak usah panik, tadi bibi pergi aku juga lihat"
"Hemmmm"
Farhan menggeleng dan membuat Fania ikut menggeleng.
"Kamu sendirian ?"
"Iya, tadi Andra kirim pesan ke Yuda katanya suruh anak-anak agar datang kesini buat temani kamu makan malam, tapi mereka gak bisa jadinya Yuda minta aku datang kesini dan kebetulan urusan aku juga udah selesai jadi ya aku kesini"
Fania mengangguk mendengar kalimat Farhan, Farhan kembali mengajak Fania untuk segera makan dan Fania pun mengangguk.
Mereka berjalan bersama meninggalkan kamar Fania, mereka datang ke ruang makan dan melihat hidangan di meja.
"Sudah tahu Mamah sama Papah gak ada tapi bibi tetap saja masak banyak"
"Biarin, biar kamu makan banyak kalau masaknya banyak"
"Enak saja, kamu tahu, aku gak suka makan banyak"
Farhan meminta Fania untuk duduk dan berhenti berbicara agar Fania bisa segera makan, tapi Fania juga tak ingin makan jika Farhan tak ikut makan bersamanya.
Farhan menuruti keinginan Fania dan mereka menikmati makan malamnya berdua.
Disatu malam yang sama Andra dan Fania merasakan kebahagiaan yang memang mereka harapkan dan begitu juga dengan Farhan dan Icha, mereka merasakan hal yang sama yaitu sama-sama ingin menghabiskan waktu bersama seorang yang disukainya.
Selesai makan malam dua pasang anak manusia itu menghabiskan waktu dengan bertukar cerita, Fania dan Farhan begitu juga Andra dan Icha mereka tidak kehabisan topik pembicaraan untuk mengisi kebersamaan mereka.
Icha yang sempat ragu untuk datang menemui Andra, kini terlihat biasa saja.
Icha merasa kalau Andra memang tidak keberatan dengan kehadirannya saat ini.