Pagi hari meja makan ramai dengan candaan Fania dan semua sahabatnya, mereka tengah sarapan sebelum nanti pergi untuk melakukan kegiatan masing-masing.
"Kamu aku yang antar ya Fan ke kantornya"
Fania menghentikan makannya dan melirik Farhan, harus bagaimana Fania bicara sama Andra karena pasti Andra gak akan suka.
"Boleh kan, aku gak akan buat kamu terlambat kok"
Fania tersenyum dan melirik Andra, hati Fania bertanya apa Andra benar gak mendengar atau pura-pura tak mendengar.
"Fan, kita boleh kan nanti langsung pulang kesini ?"
"Bolehlah, kenapa enggak kan kalian tinggal disini selama Papah sama Mamah gak ada"
Wulan mengangguk dan kembali melanjutkan makannya, Fania melirik Farhan sekilas sepertinya Farhan tidak lagi memperhatikannya.
"Icha, lo mau pulang dulu atau diam disini ?"
Icha melirik Andra, kalau Icha pulang apa Andra mau jemput lagi nanti.
"Kalau mau pulang bisa gue antar sekalian ke kantor, kalau mau disini ya nunggu aja sampai kita semua pulang"
"Nunggu saja Cha, gak masalah kok sekalian biar bi Marni ada temannya"
Fania menyela obrolan Andra dan Icha, Andra mengangguk setuju dengan kalimat Fania.
"Mau disini aja ?"
"Dsini saja kalau gak apa-apa"
"Tenang saja, kalau mau tidur lo tidur aja dikamar lain ya soalnya kalau gue gak di rumah kamar gue pasti dikunci, sorry ya itu sudah kebiasaan gue dari dulu"
Icha mengangguk tak masalah, lagian Icha juga gak mungkin masuk kamar tanpa ada pemiliknya.
"Ya sudah yuk berangkat sudah siang nih, hari ini kan ada dosen galak"
Potong Raka mengakhiri pembicaraan, mereka setuju dan langsung meneguk minumannya masing-masing.
"Bibi"
Teriak Fania, tak harus menunggu lama bi Marni langsung datang menghampiri.
"Bi, Icha akan tetap disini ya nanti kalau ada apa-apa bibi bantuin Icha ya"
"Iya non"
Bi Marni mengangguk, Icha tersenyum pada Fania dan bi Marni.
Setelah selesai mereka pun sama-sama berlalu meninggalkan rumah Fania.
"Kita duluan ya Fan, hati-hati dijalan"
"Siap, kalian juga hati-hati"
"Ok"
Yuda dan yang lainnya memasuki mobil, setelah beberapa mobil keluar dari halaman rumahnya.
Fania baru sadar jika Farhan masih ada disana.
"Gimana Fan, jadi kan aku yang antar ?"
Fania mengangkat kedua alisnya dan melirik Andra yang juga tengah melihat kearahnya, Fania tersenyum bingung menatap Andra.
"Apa lihat-lihat"
" Gue .... "
"Ya sudah pergi saja, gak masalah gue bisa kok naik taxi atau gak naik ojek"
Fania mengernyit, untuk apa Andra seperti itu Fania kan pergi dengan mobil Farhan.
"Sudah sana, bukannya mau diantar"
"Lo pake saja mobilnya, gak apa-apa kok"
"Ya enggaklah, gue naik taxi saja, gak enak yang punya mobilnya juga gak ada kenapa gue harus pergi menggunakan mobilnya"
"Dra, lo gitu sih"
"Lo mau pergi bareng Farhan kan, ya sudah sana atau mau gue berubah fikiran, jadi lo gak boleh pergi sama Farhan"
"Ya jangan"
"Ya sudah, gak usah ribet Fan, keburu telat ke kantor"
Andra memberikan kunci mobil pada Fania dan berlalu meningglkan keduanya, Fania lantas melirik Farhan, Fania galau dengan dua laki-laki itu.
Fania memang ingin pergi bareng Farhan tapi Fania ga enak lihat Andra pergi pakai taxi.
"Maksudnya apa sih Fan, memangnya ini mobil siapa, kenapa Andra gak mau pakai cuma gara-gara aku yang mau antar kamu"
Fania terdiam, Farhan memang tak tahu tentang mobil itu dan Fania tidak enak menyebutkan jika Andra hanya meminjamnya saja.
"Fania"
"Hah ?"
"Malah bengong sih, kalau gak mau ya sudah gak apa-apa aku bisa pergi sendiri"
"Aku sebenarnya .... "
"Fania, buruan berangkat, telat nanti"
Kalimat Fania terhenti saat mendengar teriakan Andra, rupanya Andra sudah berhasil mendapatkan taxi dan dia sudah berangkat lebih dulu.
"Ya sudah, ayo mau antar ke kantor kan, nanti sekalian aku cerita"
Farhan mengangguk dan melangkah memasuki mobilnya, Fania menatap sejenak kunci ditangannya kemudian menyusul Farhan memasuki mobil.
Farhan melajukan mobilnya dengan perlahan, jujur Farhan menunggu Fania untuk berbicara tentang apa yang membuat bingung Farhan.
Fania terdiam mengingat kepergian Andra tadi, kenpa Andra gak pakai saja mobilnya kenapa harus memilih naik taxi.
Fania menggeleng, biar saja nanti di kantor Fania bicara lagi sama Andra.
"Fan, kita udah kenal, kamu mau diam saja kaya gitu ?"
"Aku cuma lagi mikir takutnya ada yang ketinggalan"
Farhan kembali terdiam setelah mendengar jawaban Fania, Farhan tak lagi ingin berbicara jika Fania masih tetap ingin diam.
Perjalanan keduanya diisi oleh keheningan, Fania tak berbicara apa pun padahal Fania sudah bilang akan bercerita tentang mobil itu.
Farhan menghentikan laju mobilnya setelah sampai di kantor.
"Makasih ya Han"
Fania keluar dari mobil, dan terdiam disampingnya.
"Nanti sore aku jemput ya"
Fania mengangguk dan tersenyum melambaikan tangan saat mobil Farhan melaju menjauhinya.
Fania masuk dan langsung menuju ruangan Andra, Fania harus memastikan Andra sudah sampai dan tidak terlambat.
"Masuk"
Fania membuka pintu setelah mengetuknya beberapa kali, Fania melihat Andra yang telah berada diruangannya dan Fania merasa lega dengan itu.
"Ada apa ?"
"Gak ada cuma mau mastiin lo gak telat datang ke kantornya"
Andra tersenyum, Fania pun kembali menutup pintu dan berlalu dari ruangan Andra.
Farhan menghentikan laju mobilnya di outletnya yang beberapa waktu lalu mengalami kebaran, hari ini outlet itu akan kembali di buka beruntung kebakarannya tidak menghabiskan semuanya sehingga Farhan tak perlu memulai semuanya dari awal lagi.
"Gimana, semua baik-baik saja"
Tanya Farhan pada salah satu pekerjanya, Farhan melihat semua bahan dan keperluan berjualannya, dan Farhan melihat semuanya sudah seperti seharusnya.
"Lebih hati-hati lagi, biar gak terjadi lagi hal buruk seperti kemarin"
"Baik pak"
Farhan kembali meninggalkan outletnya untuk melihat outlet yang lainnya, kesibukan Farhan sehari-hari hanyalah mengecek semua kebutuhannya agar tidak ada yang kurang, jika memang ada kekurangan barulah Farhan akan melengkapinya, dan diluar itu Farhan menyerahkan semua kepada pekerjanya, Farhan hanya tinggal menunggu hasilnya.
Farhan tak henti memkirikan Fania sepanjang perjalanan, Farhan masih bertanya-tanya tentang hubungan Andra dan Fania.
Farhan masih sering merasa cemburu dengan tingkah keduanya meski Fania sudah menjelaskan semuanya.
Farhan kaget tiba-tiba mobilnya hampir menabrak mobil lain ditikungan jalan, dengan cepat Farhan menginjak rem mobilnya begitu pun dengan mobil didepannya.
"Apa-apan ini, hampir saja"
Farhan menghembuskan nafas lega saat sadar kondisinya masih baik-baik saja, Farhan melihat pengendara mobil didepannya berjalan kearah mobilnya.
Farhan mengernyit, Farhan kenal dengan sosok itu bahkan sangat mengenalnya.
"Buka"
Pintanya sambil mengetuk kaca mobil Farhan, Farhan memejamkan matanya sesaat kemudian keluar dari mobilnya.