"Panas gue gak bawa cream lagi"
"Ya ampun item dikit gak masalah kali nanti juga putih lagi kalau sudah perawatan"
Fania mendelik mendengar jawaban Anggi, benar juga pulang nanti tinggal perawan udah putih lagi.
"Beli yang segar-segar dong haus nih"
Pinta Raka, Gilang dengan cepat bangkit dan berlalu untuk membeli minuman segar.
Mereka menikmati panas dan angin disana, lautan yang biru mampu menyegarkan mata hati dan fikiran.
Ombak-ombaknya juga menambah keindahannya, Fania tersenyum mengingat kebiasaannya di masa lalu, Fania sering kali langsung menghampiri ombak lautan agar bisa membasahi tubuhnya.
"Kamu sering kesini ?"
"Dulu iya, bareng mereka juga tapi setelah kerja jadi jarang soalnya sudah habis duluan tenaganya"
Farhan mengangguk, Farhan melirik Andra yang memilih sibuk dengan ponselnya dari pada ikut mengobrol dengan yang lain.
Gilang kembali dengan kelapa segar ditangannya, Gilang cuma bisa membawa 2 saja dan sisanya dibawakan oleh penjualnya.
"Silahkan"
"Makasih pak"
Dengan semangat mereka mengambil bagiannya masing-masing, ditengah hari yang sarat akan sengatan panas matahari memang sangat cocok jika sambil menikmati kelapa muda yang segar.
Fania melirik Andra yang terlihat masih enggan melihatnya, Fania terdiam menatap ombak yang datang bergantian.
"Aku kesana dulu ya"
"Mau kemana ?"
"Mau basahin kaki biar gak terlalu panas"
Fania menyimpan kelapanya dan bangkit dari duduknya, semua mata terarah pada Fania termasuk juga Andra.
"Lo mau kemana ?"
"Kena air dululah ngapain kesini kalau gak basah"
Fania menjawab pertanyaan Wulan dengan enteng, Fania berlalu meninggalkan semuanya, disaat perhatiaanya tak lagi terarah pada Fania tapi Andra masih tetap memperhatikannya dan Farhan yang teralih memperhatikan Andra
Fania mengangkat kedua tangannya dikening untuk menghindari panas matahari mengenai wajahnya secara langsung, Fania tersenyum saat ombak mengenai kedua kakinya.
"Ini memang sangat gue rindukan"
Fania melangkah lebih jauh lagi untuk mendapat terjangan ombak yang semakin besar, Fania ingin agar semua tubuhnya bisa basah oleh ombak tersebut.
"Itu gak apa-apa Fania sendirian ?"
"Gak masalah Han, itu memang hobby Fania kalau lagi ke pantai selalu kaya gitu"
Jawab Raka meyakinkan, Farhan terdiam memperhatikannya sama seperti Andra, mereka sama-sama melihat Fania terjatuh akibat ombak yang menghantamnya.
Andra dan Farhan seketika bangkit bersamaan, hal itu membuat orang didekatnya ikut kaget.
"Lo berdua kenapa ?"
"Itu Fania kena ombak"
Ucap Farhan panik, Andra melirik Farhan dan kembali duduk.
"Biar saja dia pasti sengaja kaya gitu biar badannya juga basah"
Ucap Wulan menenangkan, mereka melihat Fania yang kembali bangkit dan tersenyum kearahnya.
"Tuh kan lihat sudah gue bilang itu kebiasaannya dia"
Farhan menghembuskan nafasnya lega dan kembali duduk, sejenak memalingkan pandangannya untuk berbicara dengan yang lainnnya.
Andra masih tetap memperhatikan Fania, Andra melihat ada hal lain dari Fania.
Andra tahu itu memang kebiasaannya sejak dulu tapi tidak sampai seperti itu, Fania begitu lemah dengan terjangan ombak.
Fania kembali melirik ke arah sahabatnya dan kembali terjatuh saat ombak kembali menghantamnya.
"Cepatlah balik kesini bukan malah menjauh"
Ucap Andra dengan suara paling rendah, Andra mengernyit melihat Fania yang tampak kesulitan untuk bangkit.
Andra bangkit perlahan dari duduknya dan langsung berlari saat melihat Fania terseret ombak tanpa mampu mempertahankan tubuhnya.
Semua melirik Andra dan bangkit untuk melihat apa yang terjadi.
"Fania"
Ucap Farhan yang melihat Andra berusaha menahan tubuh Fania yang semakin jauh terbawa ombak.
Semua panik dan berlari menyusul Andra, Yuda menghentikan Wulan dan Anggi menahannya agar tidak ikut membantu.
"Faniaaa"
Teriak Wulan, keduanya begitu panik melihat Andra, Gilang dan Farhan yang saling membantu agar bisa sampai ketepian.
"Diamlah, diam Fania pasti baik-baik saja"
"Lo gak lihat itu dia tenggelam gimana sih, bantuin sana malah halangi gue lagi lo"
"Heh kalau lo berdua kesana malah tambah repot gimana kalau lo berdua juga tenggelam hah"
Anggi terdiam dengan ucapan Yuda, ada benarnya juga mungkin itu akan menambah masalah lagi.
Wulan menyusul yang lain saat melihat Fania berhasil dibawa ke tepi.
"Bagaimana Fania ?"
"Pingsan"
"Fania, Fan"
Wulan tak henti memanggil Fania yang berada dipangkuan Andra, Andra membawa Fania untuk benar-benar menjauh dari jangkauan ombak.
"Disini saja cukup"
Ucap Farhan, Andra membaringkan Fania yang tak sadarkan diri.
"Kenapa seperti ini ?"
"Gue juga gak ngerti"
Semua panik entah apa yang harus mereka lakukan karena ini adalah pertama kalinya mereka mengalami hal seburuk itu.
"Fan, bangun Fan, Fania"
Andra menepuk pipi Fania tapi menghasilkan apa pun, Wulan dan Anggi mulai hilang kontrol mereka menangis melihat keadaan Fania.
"Dada, dadanya tekan dadanya biar air bisa keluar"
Ucap Farhan meminta Andra untuk melakukannya, Andra cukup mengerti dengan itu dan langsung melakukannya pada Fania. sekali dua kali tiga kali sama sekali tidak meberikan hasil apa pun.
Andra benar-benar panik dengan keadaan Fania, fikirannya kembali teringat saat Andra menyaksikan detik akhir hidup adiknya.
"Nafas buatan"
Ucap Wulan ditengah kepanikan, semua menatap Wulan dengan rasa tak percaya.
"Nafas buatan, buruan tunggu apa lagi buat Fania sadar sekarang juga cepat"
Andra melirik Wulan dan berpindah pada Farhan, Andra tak peduli dengan semuanya yang ada dalam fikiran Andra adalah Fania akan tetap bersamanya.
Andra melakukan anjuran Wulan dengan memberikan nafas buatan untuk Fania, hal itu membuat jantung Farhan bergemuruh hebat.
Farhan menyukai Fania bagaimana bisa Farhan menyaksikan semua itu.
Setelah berkali-kali Andra melakukannya tetap saja tak memberi hasil apa pun.
"Faniaaa ...."
Teriak Andra mendekap Fania sekuatnya, fikirannya semakin buruk matanya mulai memerah, cairan bening mulai menggenang dipeluk mata Andra.
"Enggak, Fan lo harus bangun"
Wulan dan Anggi menjatukan tubuhnya ke pelukan Raka dan Yuda, tangis mereka semakin dalam melihat Fania yang tak kunjung sadar.
Andra menundukan kepalanya dan memeluk Fania semakin erat, ketakutan Andra telah sampai pada puncaknya.
Andra benar tak siap jika harus kembali kehilangan orang yang sangat disayanginya.
"Uhuukk uhhukk uhukk"
Andra melonggarkan pelukannya saat mendengar Fania batuk-batuk, Andra menatap Fania memastikan kesadaran Fania.
Semua tampak bernafas lega melihat Fania bisa kembali membuka matanya.
"Lo sudah sadar"
Fania menyadari dirinya kini berada dalam pelukan Andra dan Fania juga melihat mata merah Andra.
"Andra, lo gak marah lagi sama gue, lo gak kesal lagi sekarang, lo jangan jutek-jutek lagi sama gue, gue sedih Dra"
"Diam bodoh, pertanyaan macam apa itu ?"
Andra kembali memeluk erat Fania, membuat semuanya tersenyum terkecuali Farhan yang entah apa arti dari ekspresinya.
Fania tersenyum dan terdiam dalam pelukan Andra, sambil tetap berusaha menormalkan keadaannya sendiri.