Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 30 - Bersama

Chapter 30 - Bersama

Andra dan Fania berjalan keluar kantor bersamaan, sejak kejadian dipantai itu Andra tak lagi kesal terhadap Fania, mereka telah kembali menjalani hari-harinya bersama.

"Lo mau ke rumah gue dulu ?"

"Kayanya langsung pulang, gue ada kerjaan yang belum selesai"

"Oh ya sudah, berarti gue langsung antar lo pulang"

"Ok, lo saja yang mampir ke rumah gue"

"Lihat nanti saja"

Fania mengangguk dan terdiam melihat jalanan, Fania ingat rencanya untuk jalan sama Farhan waktu itu gagal karena kejadian di pantai.

Dan Farhan juga mungkin kecewa karena dia tak ada menghubungi Fania.

"Lo kenapa bengong ?"

"Farhan marah kali ya sama gue ?"

"Marah kenapa ?"

"Soalnya kan rencana jalan berduanya gagal gara-gara kecelakaan itu"

"Gak usah difikirin Fan, kecelakaan itu bukan lo yang mau, gak ada alasan untuk Farhan marah kalau dia benar marah berarti dia egois dia gak bisa ngerti keadaan yang terjadi"

Fania terdiam tak menjawab ucapan Andra, mungkin itu benar tapi Fania berfikir kalau mungkin Farhan kesal padanya.

"Lo serius suka sama dia ?"

Fania melirik Andra setelah mendengar pertanyaannya, Fania sendiri tak tahu apa benar dirinya menyukai Farhan.

Tapi menurut apa yang didengarnya dari Gina bahwa semua itu adalah perasaan tertarik pada lawan jenisnya.

"Kenapa diam, gue tanya serius loh"

"Gue gak tahu, gak ngerti"

Andra tersenyum mendengarnya, sejak dulu Fania memang acuh dengan hubungan pacaran.

Tapi Andra bisa lihat perubaha Fania saat bertemu Farhan.

"Kalau menurut lo Farhan memang pantas, kenapa enggak lo jalani dulu ?"

"Jalani apa, gue gak mau lo cuek lagi sama gue kalau gue sama Farhan, lo kan baru baik lagi sama gue"

"Apaan sih lo, jadi lo lebih milih gue dari pada Farhan ?"

Fania tersenyum, mungkin memang benar karena bagaimana pun juga Andra memang lebih istimewa dari yang lainnya.

Andra memarkir mobilnya dihalaman rumah Fania, keduanya turun dan melangkah masuk ke rumah.

"Fania pulang"

Bi Marni langsung menghampiri Fania dengan membawakan teh manis hangat.

"Makasih bi, Mamah sama Papah mana"

"Di dalam non, sebentar bibi buatkan minum untuk den Andra"

"Gak usah bi, aku sebentar kok cuma antar Fania pulang saja"

"Kenapa sih, lo masih males sama gue ?"

Andra mengernyit, pertanyaan Fania sangat tidak penting bagi Andra.

"Ya sudah bi buat saja satu lagi"

"Baik den"

Fania tersenyum dan berlalu meninggalkan Andra, Andra hanya bisa menggeleng melihat Fania.

Sambil menunggu minumannya, Andra melangakah duduk, merebahkan tubuhnya yang memang terasa sangat lelah.

"Andra, Fanianya mana ?"

Andra kembali bangkit saat mendengar suara Gina, Andra tersenyum dan memperhatikan penampilan keduanya yang sangat rapi.

"Fanianya mana Andra ?"

"Hah, Fania itu dia lagi keatas ganti baju mungkin"

"Oh dikira gak pulang bareng kamu"

"Barengan kok tante, ngomong-ngomong kalian mau kemana sudah rapi ?"

"Kami mau ke rumah rekan bisnis dulu, kami diundang makan malam disana"

"Oh pantas saja"

Andra mengangguk paham dengan jawaban Hendra.

"Oh iya Dra, besok om sama tante akan pergi ke medan, kamu bisa kan temani Fania disini, ajak saja yang lainnya biar rame-rame disini"

"Besok kan kerja om"

"Iya malam maksudnya, om dan tante akan pergi untuk 3 hari"

"Oh gitu, iya nanti Andra bilang sama yang lainnya"

"Ya sudah kalau gitu kami pergi dulu ya, Fania lama nanti bilang saja sama Fania kami pergi dulu"

Andra mengangguk untuk menjawab ucapan Hendra, setelah keduanya pergi Andra kembali merebahkan tubuhnya di sofa.

Fania begitu lama kembali dari kamarnya, Andra benar-benar sudah sangat lelah.

"Silahkan den minumnya, maaf lama tadi ada masakan yang harus diangkat"

"Gak masalah, terimakasih bi"

Andra bangkit dan menerima gelasnya, bi Marni kembali meninggalkan Andra.

"Maaf ya lama, gerah banget"

"Gue mau langsung pulang, gue juga capek"

"Buru-buru banget sih"

"Gue mau istirahat Fan, oh iya tadi om sama tante pergi katanya mereka ada undangan makan malam jadi lo sendiri disini"

"Ya sudah lo diam saja disini ya makan malam bareng gue, jadi gue ga sendiri"

"Gue capek Fan"

"Ya lo bisa istirahat disini, lo tinggal pilih mau tidur dimana kan"

"Gue mau mandi, apa gue juga harus pakai baju punya lo gitu ?"

Fania mengernyit mendengar ucapan Andra, sarannya tidak bisa diterima Andra.

"Ya sudah sana lo balik, makasih sudah antar gue balik"

Fania berlalu tanpa menunggu jawaban Andra, Fania kembali menaiki tangga rumahnya.

"Lo mau kemana ?"

"Sudah sana balik, terserah gue mau kemana"

"Ya udah gue balik ya, hati-hari di rumah"

Andra menggeleng dan berlalu meninggalkan rumah Fania, Andra melajukan mobilnya dengan cepat berharap bisa sampai lebih cepat juga.

"Gue juga cape kali Fan, butuh istirahat juga, mungkin gue telpon anak-anak saja ya buat datang ke rumah Fania dan menemani makan malamnya"

Andra mengangguk dan mengeluarkan ponselnya, Andra mengirim pesan pada Yuda untuk juga memberitahu yang lainnya.

Andra tersenyum setelah mendengar balasan Yuda, dengan begitu Andra bisa beristirahat dengan tenang dirumahnya tanpa harus memikirkan Fania yang mungkin tengah kesal padanya.

Andra memarkir mobilnya dan keluar, Andra kaget saat tiba-tiba Icha ada dibelakangnya.

"Baru pulang, kok telat"

"Iya tadi antar Fania pulang dulu"

"ooooooh"

"Lo ngapain disini, nungguin dari tadi ?"

"Iya, gak ada yang penting sih, aku cuma bosan di rumah soalnya mamah sama papah lagi pergi keluar, jadi aku kesini deh, kosan yang lain kan yang nempatinya orang tua semua cuma kamu aja yang bisa nyambung jadi aku kesini aja"

Andra mengangguk dan mengajak Icha untuk masuk ke rumahnya, Icha pun mengikutinya karena memang itu tujuan Icha datang adalah untuk bisa bersama Andra

"Gue tinggal mandi dulu gak apa-apa ?"

"Gak masalah, tenang saja"

"Jangan ngintip, soalnya gue kalau mandi gak suka kunci pintu"

Icha mengernyit mendengar ucapan Andra dan itu membuat Andra terkikik.

"Asal saja Icha, gak mungkinlah kaya gitu, gue tinggal dulu"

"Ok"

Andra berlalu meninggalkan Icha, tubuhnya sangat gerah dan Andra harus segera mandi agar bisa lebih segar lagi.

Icha melangkah ke dapur, melihat-lihat apa yang tersedia disana.

Tapi Icha tidak menemukan apa pun dari setiap tutup yang dibukanya.

"Andra kelihatan sangat lelah, pasti belum sempat makan tadi di kantor"

Icha tersenyum, fikirannya membawa Icha untuk membuatkan sesuatu untuk Andra.

Tanpa berfikir lama, Icha langsung menyiapkan segala yang dibutuhkannya.

Seteh cukup lama, Andra sudah selesai dengan kegiatannya.

Andra bisa mencium aroma masakan dari luar kamarnya, Andra lantas melangkah meninggalkan kamarnya dan berkunjung ke dapurnya.