Chereads / 361 Hari Nafas Fania / Chapter 23 - Balik Makassar

Chapter 23 - Balik Makassar

Fania, Andra dan Farhan benar-benar pulang bersama, mereka diantar Wulan dan Yuda ke bandara.

"Fan, lo yakin balik hari ini, baru juga berapa hari"

"Iya Wulan, gue kan kerja jadi harus cepat balik, kalau kalian kan kuliah masih libur juga kan jadi masih bisa disini"

"Lo sih pake berhenti kuliah, waktunya jadi beda kan"

"Gak apa-apalah Lan, lagian kan kita masih bisa bareng-bareng sampai sekarang, iya kan"

"Iya sih, tapi jadi sering pisahnya sering gak adanya"

Fania menggeleng dengan keluhan Wulan, sejak Fania memutuskan untuk bekerja dan berhenti kuliah, waktu kebersamaan mereka memang jadi jarang.

Fania jadi lebih sibuk dengan pekerjaannya.

"Fan, gimana sama Farhan "

"Gimana apanya ?"

"Yuda bilang, Farhan suka sama lo"

"Terus, gue harus gimana ?"

"Memang lo gak suka sama dia ?

Fania hanya tersenyum menjawab pertanyaan Wulan, Fania berusaha biasa saja meski dalam hatinya Fania sangat senang mendengar bahwa Farhan menyukainya.

"Fan, kalau nanti lo jadi sama Farhan, lo jangan jauhin kita ya"

"Lo ngomong apa sih Wulan, aneh banget omongan lo"

"Iyalah, Raka juga sejak jadian sama dosen itu jadi sering ninggalin kita, dia jadi lebih sering berduaan sama dosennya"

Fania ketinggalan berita tentang Raka yang ternyata sudah berhasil mendapatkan hati dosen yang disuakinya.

"Sudahlah Wulan, jangan berfikiran kaya gitu"

Wulan terdiam tak lagi berbicara, tak lama kemudian Andra kembali dan mengajak Fania untuk segera ikut bersamanya karena pesawat yang akan mereka tumpangi akan segera take off.

"Yuda mana, masa Wulan ditinggal sendiri"

"Yuda sebentar lagi kesini, dia lagi ngobrol sama Farhan dulu, gak masalah kan Lan lo disini sendiri ?"

"Gak masalah, kalian pergilah, nanti sampai disana kabari gue ya"

"Pastinya, kalau gitu kita pamit ya"

"Gue baik ya Lan, makasih sudah ajak gue liburan disini kalian harus tetap jaga diri disini"

Fania memeluk Wulan sebagai tanda perpisahan mereka, Wulan tampak enggan melepaskan pelukannya.

Perpisahan itu tidak akan terjadi jika saja Fania masih berkuliah bersama Wulan.

"Jangan sedih, nanti kalau kalian kembali ke Makassar kasih tahu gue, kita bisa kumpul lagi"

Wulan melepaskan pelukannya dan membiarkan Fania pergi bersama Andra.

Fania tersenyum melirik Wulan yang terlihat sedih.

"Lo sih pake ngotot kesini jadi galau kan"

Fania berbalik melirik Andra, langkah mereka kompak sambil menarik kopernya masing-masing.

"Gimana, sudah siap ?"

Tanya Yuda yang menghentikan langkahnya saat melihat Andra dan Fania, keduanya mengangguk dan berpamitan.

Seperti yang dilakukan Fania dan Wulan, Andra pun melakukan hal yang sama pada Yuda.

Andra memberikan pelukan perpisahan untuk bebebrapa saat.

"Baiklah, sampai ketemu lagi di Makassar"

"Hati-hati disini, jagain tuh 2 cewek bawel"

"Tenang saja mereka aman sama gue"

Andra mengangguk kemudian melangkah kembali untuk memasuki pesawat.

Farhan sudah lebih dulu menepati kursinya, Andra melihat Fania yang terdiam melihat Farhan.

"Baiklah, lo duduk saja disana, biar gue sendiri"

Fania berbalik menatap Andra dan tersenyum saat melihat Andra mengangguk padanya.

"Makasih ya, lo memang terbaik"

Andra mendelik dan langsung menduduki kursinya tanpa berbicara lagi, Fania melirik Farhan yang terlihat tersenyum menatapnya.

"Ternyata keinginan aku terpenuhi, silahkan duduk"

Fania tersenyum dan duduk disamping Farhan, wajah keduanya menunjukan aura bahagia.

Selain Farhan yang menginginkan hal itu, Fania juga menginginkannya tapi Fania tak berani mengungkapkannya pada siapa pun.

"Heh, awas lo berani macam-macam sama Fania"

Sela Andra yang berbalik melirik Farhan, kursi Andra berada di depan Farhan dan Fania sehingga Andra bebas melihat keadaan keduanya.

"Tenanglah, akan ku jaga dengan baik titipan ini"

Fania mengernyit mendengar ucapan Farhan dan Farhan mengangguk ke arahnya.

"Bagus"

Andra kembali ke posisi duduknya, peawat mulai take off setelah memastikan semua penumpangnya sudah berada ditempatnya.

"Fan, kalau mau tidur kamu boleh kok bersandar disini"

Farhan menyentuh bahunya sendiri, Fania tersenyum dan mengangguk tapi saat ini Fania sama sekali tidak merasa ngantuk.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam, bergelut dengan fikirannya masing-masing.

"Fan ?"

Fania hanya bergumam menjawab panggilang Farhan, Fania sama sekali tidak melirik Farhan.

"Weekend besok, jalan yuk"

"Kemana ?"

"Kemana saja yang penting berdua, mau ?"

"Gimana nanti, kalau gak ada kegiatan boleh saja"

Farhan mengangguk, mungkin bagi Farhan pergi kapan pun bisa tanpa harus menunggu hari libur karena pekerjaan Farhan sudah ada yang mengerjakan tapi berbeda dengan Fania yang segela kesibukannya dikerjakan sendiri.

"Sejak kapan kamu kerja ?"

"Sudah 2 tahun ada, kamu sejak kapan buka usaha martabaknya ?"

Farhan terdiam menatap Fania, senang rasanya mendengar Fania yang semakin terbiasa berbicara dengannya memakai bahasa aku dan kamu.

"Malah diam ditanya"

"Oh, itu .... sejak, lama kok sudah lama sudah sekitar 3 tahun yang lalu"

"Lumayan juga, sudah punya 4 outlet ya"

"Iya, kapan-kapan kamu mampir ya kesana, martabaknya enak kok kamu pasti suka"

"Iya nanti kapan-kapan aku mampir kesana"

Sepanjang penerbangan Farhan dan Fania tak hentinya berbicara dan bertukar cerita, mereka juga sempat mengabadikan kebersamaan mereka menggunakan ponsel Fania.

Farhan selalu mencuri pandang terhadap Fania setiap kali Fania sibuk dengan ponselnya, Fania memang wanita yang ceria dan Farhan menyukai itu.

"Apa kamu gak bisa berekspresi saat difoto ?"

"Wajah ku memang seperti itu Fania, apa kamu mengejek ku ?"

"Aku hanya bertanya"

Fania menggeleng dan kembali sibuk dengan ponselnya, Farhan tersenyum dan terdiam menatap Fania memperhatikan setiap geraknya.

Fania sungguh menarik perhatian Farhan.

"Apa Andra tidur ?"

"Mungkin, biar saja dia tidur biar gak berisik"

Jawab Fania tanpa melirik Farhan sedikit pun, Farhan nenyadari jika pesawat yang ditumpanginya sudah mencapai landasan.

"Makassar lagi Fan, bertemu lagi dengan rutinitas yang menyibukan"

Fania melihat jendela dan, benar saja pesawatnya sudah berhenti.

Fania mengangguk kemudian membangunkan Andra yang memang sedang tertidur lelap.

"Andra, bangun ayo turun, nanti di rumah lanjut tidur"

Andra terganggu dengan tepukan Fania dipipinya, Andra melirik Fania kemudian mengerjap berusaha menormalkan kesadarannya.

Fania bangkit karena Farhan akan keluar dari kursinya, Farhan pamit untuk keluar lebih dulu dan membawa barang-barang mereka.

"Ayo turun, mau turun kapan ?"

"Iya ayo, bentar dong pusing nih kepala gue"

"Iya, ayo gue bantu, sini"

Fania mengulurkan tangannya tapi ditepis oleh Andra, Andra bangkit sendiri dan membawa Fania keluar dengan menggandeng tangannya.

Fania menggeleng dan mengikuti Andra tanpa berkata apa pun.

"Dimana Farhan ?"

"Dia lagi bawa barang, sana bantuin pasti kerepotan"

"Ya sudah lo tunggu disini, jangan kemana-mana nanti hilang"

Fania mendelik karena merasa dianggap bocah kecil oleh Andra, Andra berlalu meninggalkan Fania yang kesal karenannya.