Jum'at sore sepulang dari kantor, Fania bersiap menyusul sahabat-sahabatnya yang telah berangkat ke Jakarta sejak 2 hari yang lalu.
Fania sudah sehat dan merengek pada Andra agar mau mengantarnya menyusul yang lain di Jakarta.
Andra sempat menolak, mengingat kesehatan Fania yang baru saja membaik tapi bukan Fania jika tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya
"Mah, Pah, Fania berangkat ya"
"Hati-hati disana ya Fan"
"Iya siap"
"Jaga Fania ya Dra, kalau gak memungkinkan untuk pulang jangan dipaksa"
"Iya om"
Andra mengangguk, setelah berpamitan keduanya berlalu karena penerbangan tujuan Jakarta sudah diumumkan.
Andra dan Fania menarik kopernya masing-masing menuju ke dalam pesawat, mereka mencari kursi tempatnya.
Setelah menemukannya Andra menyimpan barang bawaannya dan juga milik Fania.
Mereka duduk dengan tenang, menikmati setiap detik perjalanan udaranya.
"Dra, makasih ya lo sudah mau nurutin gue"
"Asal lo harus tetap baik-baik saja Fan"
"Gue akan baik-baik saja karena disana juga ada Farhan"
"Lo yakin, suka sama dia"
Fania mengangguk dengan pasti, Andra hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik atas perasaan Fania.
Sejak pertemuannya dengan Farhan dirumah Andra waktu itu, keadaan Fania benar-benar membaik.
Keduanya sempat bertukar kontak dan mungkin mereka juga sering melakukan komunikasi.
"Kalau Farhan macam-macam sama lo, lo harus langsung bilang sama gue Fan"
"Gue yakin, Farhan orang baik, lo gak usah khawatir"
Andra mengangguk berharap apa yang dikatakan Fania adalah kebenarannya.
Fania menyandarkan kepalanya ke pundak Andra dan tanpa keberatan Andra mengusapnya dengan lembut.
Perjalanan yang cukup panjang membuat keduanya terlelap, Andra memasuki alam mimpinya setelah memastikan bahwa Fania juga telah tidur dengan tenang.
Dengan kecepatan penerbangan 500km/jam, Andra dan Fania menghabiskan waktu mereka dipesawat selama hampir 3 jam.
Andra melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukan pukul 21.00.
"Ini jam Makassar, berarti sekarang sudah jam 10"
Andra menguap dan melirik Fania yang masih terlelap, meski gak tega mengganggu tidur Fania tapi Andra harus melakukannya.
"Fan, Fan bangun Fan sudah sampai"
Andra menepuk pipi Fania, membuatnya terbangun dari tidurnya.
Fania mengucek kedua matanya dan berusha menormalkan penglihatannya.
"Sudah sampai, cepat juga"
"Iyalah, orang lo tidur"
Fania tersenyum dan merapikan penampilannya, Andra bangkit dan membantu Fania untuk bangkit.
"Kita jemput dulu koper ya"
Fania mengangguk, mereka pun keluar dan menuju tempat pengambilan barang.
"Dra, sudah telpon Yuda ?"
"Belum, coba lo saja yang telpon"
Fania mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Yuda, setelah menunggu beberapa saat akhirnya sambungan terhubung.
"Gue sudah di bandara, lo jemput gue ya, kan gue gak tahu dimana villanya"
"..."
"Oh, ya sudah kalau gitu, makasih"
Fania memutuskan sambungannya dan Andra pun sudah mendapatkan barangnya.
"Gimana ?"
"Katanya Farhan sudah nunggu di parkiran, kita tinggal kesana"
"Oh baguslah"
Keduanya berjalan bersamaan, Fania membawa barangnya meski dengan kesusahan karena tenaganya yang sudah berkurang akibat ngantuk.
"Mana Fan ?"
"Gak tahu gue, tapi Yuda bilang Farhan sudah disini sejak tadi"
"Iya tapi mana gak kelihatan ?"
"Fania"
Fania dan Andra melirik sumber suara dan melihat Farhan yang berlari kearahnya.
Fania tersenyum melihatnya dan Andra bisa melihat pancaran bahagia di wajah Fania.
"Ayo mobilnya disana, sini aku bawain"
Farhan mengambil alih barang bawaan Fania, dan kembali melangkah diikuti Fania dan Andra.
Fania tersenyum ke arah Andra dan Andra pun membalas senyumannya.
Sama seperti Andra yang menyukai Icha mungkin saat ini Fania juga merasakan hal yang sama terhadap Farhan.
"Disini Dra"
Farhan membuka bagasi mobil dan menata barang Fania, Andra ikut memasukan barang-barangnya, setelahnya mereka memasuki mobil yang dibawa Farhan.
"Jauh gak Villanya ?"
"Lumayan, 45menit sampai"
"Lama juga, Fan lo tidur lagi saja lagian ini sudah malam"
"Iya gue juga ngantuk, gak apa-apa ya gue tidur ?
"Sudah tidur saja biar gue yang nemenin Farhan"
Fania mengangguk dan kembali memejamkan matanya, dijam-jam seperti ini Fania memang sudah terlelap jika berada di rumah, maka tak aneh jika saat ini Fania tersiksa karena ngantuknya.
Saat pagi datang, Fania masih betah berada dalam balutan selimut tebalnya.
Semalam Andra memindahkan Fania dari mobil ke kamar tanpa mengganggu tidurnya, dan sampai saat ini Fania masih juga terlelap mungkin perjalanan naik pesawat membuatnya sangat lelah.
"Dra, baru bangun ?"
"Iya, pada kemana ?"
"Lagi keluar, gak tahu kemana gak pada bilang"
"Lo gak ikut ?"
"Enggak"
"Kenapa, nungguin Fania kan lo ?"
"Enggak juga, biar saja dia lagi istirahat"
"Lo suka kan sama Fania ?"
Farhan terdiam dengan pertanyaan Andra, Farhan bisa melihat kedekatan Andra dan Fania selama ini.
Mungkin saja Andra bertanya seperti itu karena cemburu atau ketidak relaan.
"Kenapa diam, iya atau enggak ?"
"Enggaklah, mana mungkin"
"Jangan bohongi gue, lo suka atau enggak sama Fania"
"Kenapa, lo cemburu ?"
"Gue gak cemburu, karena gue tahu cinta Fania seperti apa sama gue"
Farhan mengangguk dan tersenyum, tak ada lagi kata yang bisa Farhan ucapkan untuk menjawab Andra.
"Pada kemana nih ?"
Andra dan Farhan menoleh bersamaan melihat Fania yang masih muka bantal berjalan menghampiri mereka.
Andra melirik Farhan yang terdiam menatap Fania.
"Dra, pada kemana yang lain ?"
"Hah, yang lain, itu mereka lagi jalan-jalan"
"Lo gak ikut ?"
Fania duduk disamping Andra, membuat Andra tersenyum menatap Farhan.
Farhan tersenyum kemudian mengambil gelas minumnya, memainkannya untuk beberapa saat dan meneguknya.
Lo mau jalan-jalan juga ?"
"Nantilah, gue masih mau santai-santai"
"Mandi sana, jorok banget jadi cewek"
"Biar saja kenapa sih, gak tiap hari ini"
"Kalau gitu, duluan ya mungkin kalian perlu bicara berdua saja"
Farhan memotong perbincangan Andra dan Fania, Fania mengernyit melihat kepergian Farhan.
"Hahahahahhah"
Fania kaget karena Andra tiba-tiba tertawa keras disampingnya, Fania memukul Andra untuk menghentikan tawanya.
"Lo kenapa sih, berisik tahu"
"Sudah ah, gue laper mau makan, lo mau makan gak ?"
"Makan saja sana sendiri, rese banget"
Andra berlalu meninggalkan Fania yang kesal terhadapnya, Fania pun ikut bangkit dan berjalan keluar.
Menghirup udara segar yang berhembus kearahnya, Fania memejamkan matanya untuk mendapatkan ketenangan dalam hatinya.
"Udaranya segar ya ?"
Fania membuka matanya dan melirik orang yang berbicara padanya, Fania tersenyum melihat Farhan yang berdiri disampingnya.
"Ini termasuk pegunungan jadi pasti udaranya segar"
"Kamu suka ?"
"Suka, ini bisa memberikan ketenangan"
Fania kembali memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam udara yang berhembus.
Farhan tersenyum memperhatikan Fania, dimata Farhan sosok Fania sangat cantik, lucu, asyik tapi juga cuek.
Sudah lama hubungan sama Andra ?"
"Sudah, sudah dari masa kuliah dulu"
"Aku lihat kalian begitu saling menyayangi"
"Iya"