Yuda kembali setelah cukup lama mengintip di balik tempok toilet.
Yuda mengangguk-angguk melihat Fania dan saudaranya itu, mereka tak sadar dengan kedatangan Yuda dihadapannya.
"Ekheemm ini toilet"
Fania terlonjak dan langsung menjauh dari sosok yang telah menahannya, Fania tersenyum salah tingkah melirik dua lelaki dihadapannya secara bergantian.
"Sorry tadi gue .... "
"Aku yang minta maaf, tadi Yuda sangat mengesalkan"
"Apaan lo salahin gue, lo saja ngapain kejar gue jadi nabrak orang kan"
Yuda mendelik dan tersenyum melihat Saudaranya yang tak melepaskan pandangannya dari Fania begitu juga Fania yang masih saja terpaku menatap saudaranya.
"Baiklah, Fania lo akan kena serangan jantung kelamaan melototi dia nih, mending sekarang lo balik sama Andra karena dia sedang pusing mencari keberadaan lo saat ini"
Yuda membawa pergi Fania dari tampatnya, meski begitu pandangan Fania masih saja tertuju pada lelaki yang semakin terlihat jauh.
Fania semakin tak bisa berpaling saat senyuman lelaki itu kembali ditunjukan.
"Apa dia seorang pangeran, kenapa harus semenarik itu Yuda"
Yuda mengernyit dan melihat arah pandang Fania, Yuda menggeleng kemudian menggendong Fania agar lebih cepat pergi dari lorong toilet.
"Lo kesambet setan toilet rumah gue kayanya"
Yuda membawa Fania menemui Andra, Andra bernafas lega saat melihat Fania.
"Nih anak linglung"
Ucap Yuda yang membuat Andra mengernyit, Andra memperhatikan Fania yang tak berhenti tersenyum.
"Fania kenapa ?"
"Gue suka matanya"
Fania memejamkan kedua matanya dan bertingkah seperti orang yang kehilangan kesadaran (pingsan) digendongan Yuda.
Andra yang melihatnya langsung panik, dan bertanya pada Yuda tentang keadaan Fania sekarang.
"Mana gue tahu"
"Astaga, Fan, Fania lo kenapa Fan ?"
Andra menepuk kedua pipi Fania dan saat itu juga Fania langsung membuka matanya dan memeluk Andra begitu saja.
Yuda yang kelelahan menggendong Fania menurunkannya asal saat Fania memeluk Andra.
Andra menatap Yuda dengan sejuta pertanyaan.
"Kesambet kali, dia habis dari toilet tadi"
"Memang rumah lo ada setannya ?"
"Kali saja setan kesasar kan"
Andra menjitak Yuda dengan kesal, ucapan Yuda benar-benar tak masuk di akal.
"Fania, lo kenapa ?"
"Gue suka matanya, hidungnya, dan senyumannya"
Ucap Fania sambil menggerakan tubuhnya yang masih memeluk Andra seperti sedang berdansa.
Andra semakin bingung dengan tingkah Fania, Yuda mengangkat kedua bahunya dan berlalu begitu saja meninggalkan Andra dan Fania.
"Fan, lo kenapa sih, gue kan sudah bilang jangan jauh-jauh dari gue jadi gini kan akhirnya"
"Pangeran itu benar-benar ada"
"Apa, pangeran apa ?"
"Pangeran itu ada, gue baru saja bertemu dengannya, dia sangat menarik"
"Lo habis dari mana sih, lo makan apa, minum apa, lo ketemu siapa tadi, mabuk ya"
Andra melepaskan pelukan Fania dan menatapnya dengan kesal, Fania mengernyit saat menyadari apa yang telah dilakukannya.
Fania mundur menjauh dari Andra.
"Apa sih lo, mabuk mabuk, lo saja kali mabuk euh orang gue baik-baik aja"
"Terus tadi lo ngomong apa, ngelantur"
"Ngomong apa, memang gue ngomong apa, lo saja kali salah dengar"
Fania berlalu dari Andra untuk menghampiri Anggi juga Wulan, Andra menggeleng keheranan dengan tingkah Fania saat ini.
"Apa seperti itu orang yang kesambet setan toilet, apa rumah ini berhantu atau Yuda memang memelihara hantu disini, kok gue merinding ya"
Andra bergidik ngeri dan menyusul Fania bergabung dengan sahabatnya dan semua tamu undangan.
Pesta berlangsung dengan meriah dan aman, tak ada masalah apa pun dari awal sampai akhir acara.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Yuda, Fania dan sahabatnya yang lain berpamitan untuk pulang karena hari juga sudah sangat larut.
"Hey kalian hati-hati dijalan, sampai ketemu di lain waktu"
Ucap Andra pada sahabatnya yang lain.
"Lo juga hati-hati, antar Fania dengan selamat"
Sahut Wulan, Andra mengangguk kemudian meminta Fania untuk masuk ke mobil, setelah saling berpamitan mereka pun melajukan mobilnya dan juga kembali ke rumahnya masing-masing termasuk Andra juga Fania.
Waktu menunjukan pukul 06.50, Andra melompat dari tempat tidur saat sadar dirinya telah terlambat untuk menjemput Fania.
Ponsenya terus saja berdering saat Andra sedang mandi.
Ditengah Andra yang panik akibat kesiangan, Fania justru sedang duduk tenang di balkon kamarnya.
Fania terus menghubungi Andra karena yakin pasti Andra akan telat bangun dan benar saja setelah berkali-kali dihubungi Andra tak juga menjawab.
"Ah Andra lo memang paling mengerti gue"
Fania tersenyum sambil memutar-mutar ponselnya, fikirannya teringat pada kejadian di rumah Yuda.
"Dia sangat menarik, mata dan senyumannya membuat jantung gue mau lompat dari tempatnya"
Fania mengingat kembali wajah yang ditatapnya saat itu, setiap titik bagian wajahnya terekam dengan baik diingatan Fania.
"Fania, kamu belum pergi ke kantor, ini sudah siang"
Gina menatap heran Fania yang sedang tersenyum sendiri dan mengabaikan ucapannya.
Gina terdiam memperhatikan putrinya saat ini, Fania seperti sangat bahagia.
Gina perlahan mendekati Fania dan duduk disampingnya tapi Fania masih tak sadar dengan semua itu.
Fania masih asyik dengan lamunan dan senyumannya, Gina menggeleng dan menepuk pundak Fania.
"Hah, apa apa .... apa"
Fania kaget dan langsung salah tingkah saat melihat Gina yang tengah menatapnya dengan heran.
"Mamah, ada apa ?"
"Ada apa, kamu kenapa, dari tadi mamah ajak bicara kamu malah senyum-senyum gak jelas"
"Bicara apa, Fania gak dengar"
"Kamu mikirin apa sampai gak dengar mamah bicara, pake senyum-senyum lagi"
"Nggak mah, Fania kesal Andra jam segini masih belum datang jalanan keburu padat nanti"
Gina mengangguk tak percaya dengan jawaban Fania, jika memang kesal kenapa Fania malah tersenyum bukannya marah.
"Fan, Mamah juga pernah muda loh, dan waktu pertaman kali Mamah ketemu sama Papah, Mamah juga kaya gitu sama juga,senyum-senyum sendiri, melamun dan gak sadar jika ada orang lain di dekat Mamah"
"Masa sih mah, itu berarti apa ?"
"Itu berarti Mamah naksir sama Papah, Mamah suka dan jatuh cinta sama Papah"
"Jatuh cinta ?"
"Iya, jatuh cinta, Mamah suka sama Papah makanya Mamah senyum-senyum sendiri"
"Saat Mamah jatuh cinta apa jantung Mamah berdetak hebat"
"Benar, apa lagi kalau lagi deketan dan bertatapan sama Papah"
"Dan mamah tidak pernah bisa melupakan sosok papah dari ingatan mamah, ketika jauh sih"
"Tentu saja, itu benar .... bayangan papah selalu saja menari dibenak mamah"
Fania terasenyum dan kembali mengingat detak jantungnya yang berubah drastis saat berdekatan dengan lelaki itu.
Gina mengangguk paham, benar saja jika saat ini putrinya tengah jatuh hati.
Gina senang akhirnya bisa melihat Fania jatuh cinta pada seseorang setelah selama ini Fania dikenal dengan acuhnya terhadap masalah pasangan hidup.