"Eh tapi Andra belum laporan loh sama pihak kampus kalau dia berhenti kuliah"
"Iya terus kenapa ?"
"Ya siapa tahu saja dia gak jadi berhenti kan"
"Ya sudah pasti berhentilah, lihat saja Fania berhenti kan dia padahal orang tuanya sudah larang buat berhenti apa lagi Andra yang gak ada dukungan orang tua dia pasti ngambil keputusan sendiri"
"Iya kan gue bilang siapa tahu saja, lo nyolot banget sih Lan"
"Ya lo juga sih, ngarepin sesuatu yang gak pasti"
"Iya iya maaf ahh, berharap kan gak ada salahnya"
Anggi menggeleng melihat kegaduhan Raka dan Wulan di waktu sepagi itu, mereka memang seperti tikus dan kucing lebih banyak gaduhnya dari pada akurnya.
Perbincangan mereka harus berakhir saat dosen masuk ke ruangan, mereka pun harus tenang melewati mata kuliahnya saat ini.
----
Pada jam istirahat kantor, Andra mencari keberadaan Fania.
Fania benar-benar langsung menghilang begitu saja saat jam makan siang, jadilah Andra harus pusing-pusing mencarinya karena ternyata ponselnya tertinggal di meja kerjanya.
"Fania mana sih gue kan gak tahu keseluruhan tempat-tempat di kantor ini, gue harus cari kemana nih"
"Cari siapa ?"
"Eh pak Doni, saya cari Fania pak, dia sudah hilang saja nih saya kan ga tahu tentang kantor ini"
"Fania pasti di kantin, dia pasti bareng Cindy soalnya hari ini Cindy baru kembali masuk kantor setelah cuti pernikahannya dan mereka pasti lagi kangen-kangenan sekarang"
"Oh gitu ya, pantas saja"
"Kamu mau ke kantin juga ?"
"Oh boleh pak, tapi saya gak tahu kantinnya dimana"
Andra nyengir mengungkapkan ketidak tahuannya didepan HRD yang tadi pagi menerimanya sebagai karyawan baru diperusahan itu.
Doni pun dengan senang mengantarkan Andra ke kantin untuk menemui Fania.
"Itu mereka, benar kan ?
"Oh iya pak, makasih banyak pak untuk petunjuknya"
Andra pamit dan segera menghampiri Fania dan Cindy, Andra menjitak kepala Fania tanpa permisi membuat Fania mengaduh dan Cindy yang terdiam heran melihatnya.
"Apaan sih ?"
"Lo ninggalin gue, gimana sih gue kan gak tahu tempat-tempat di kantor ini lo harusnya jadi petunjuk buat gue"
Fania terdiam, Fania baru ingat jika tadi pagi Andra ikut dengannya untuk melamar pekerjaan.
Setelah sadar Fania tertawa dan balik memukul Andra, membuat Andra dan Cindy sama-sama menatap heran padanya.
"Sorry Dra, gue lupa kalau tadi pagi gue pergi bareng lo dari rumah"
"Rese memang"
"Sudah-sudah tenang, kenalin dulu ini Cindy yang waktu itu kita datang ke nikahannya"
"Iya gue ingat, dia juga pasti ingat sama gue"
"Tentu saja aku ingat, kalian kan datang dengan penampilan yang sangat serasi gimana bisa aku lupa sama kalian"
"Tuh bagus, gue memang susah dilupakan"
"Euuuuh mansur"
Fania mengusap wajah Andra membuat Andra dan Cindy terkikik bersamaan.
"Gimana interviewnya ?"
"Pokoknya mulai sekarang lo boleh minta apa saja sama gue yang penting terukur sama kemampuan gue pastinya"
"maksudnya ?"
"Gue diterima, sejak tadi juga gue udah kerja"
"Hah, seriusan, diterima bagian apa ?"
"Staf dibagian keuangan"
"Wiiiih gaya-gayaan lo, selamat-selamat sukses memang gue sudah yakin sama lo"
"Waaah selamat ya, kamu keterima di kantor ini"
Cindy mengulurkan tangan dan dijabat langsung oleh Andra.
"Makasih ya"
"Emmm berarti mulai sekarang kita akan selalu bertiga iya kan Fan"
"Berdua saja kali Cindy, Andra biarkan saja sendiri dia kan laki-laki"
"Tuh gitu tuh memang, gak punya perasaan"
"Sudah sudah kalian jangan ribut, mending sekarang kita makan saja, ayo kamu siapa sih namanya ?"
"Mansur tadi sudah aku sebut Cindy"
"Mansur Mansur dasar lo Tukiem"
Fania tertawa mendengar nama yang disebutkan Andra, nama itu terdengar begitu konyol ditelinga Fania.
"Gue Andra bukan mansur gak usah didenger nih si Tukiem"
Fania semakin ngakak mendengarnya, Andra dan cindy menggeleng bersamaan melihat tingkah Fania.
Setelah dirasa cukup untuk ngobrol, akhirnya mereka memesan makanan dan berasama menikmati waktu makan siangnya.
Fania dan Andra bersama memasuki mobil, jam kerja telah selesai dan semua karyawan berhamburan meninggalkan kantor termasuk Fania dan Andra.
"Cindy mana ?"
"Dia sudah pamit duluan, katanya di jemput suaminya"
"Senang banget ya dengernya dijemput suami, lo gak mau Fan kaya gitu dijemput suami ?"
"Mulai besok juga gue dijemput suami ko"
"Maksud lo ?"
"Mulai besok lo jemput gue, sekarang lo antar gue ke rumah ketemu orang tua gue terus lo pulang bawa mobil gue dan besok lo jemput gue gitu juga sorenya lo antar gue pulang"
"Haaah .... "
"Sudah gak usah bawel, mamah sama papah pasti gak keberatan kok mereka kan tahu siapa lo"
Fania mengakhir pembicaraannya dan melajukan mobilnya, Fania merasa tubuhnya gampang lelah dan Fania juga sering merasa malas untuk menyetir mobilnya sendiri.
Andra berfikir tentang apa yang diucapkan Fania, apa bisa dia jemput Fania sebelum ke kantor.
Andra biasa melakukan semua mepet-mepet apa mungkin Andra bisa jemput Fania jauh dari jam kerja kantor.
Setelah beberapa lama keduanya telah sampai di rumah Fania, Fania keluar dan melangkah memasuki rumahnya diikuti oleh Andra yang sedikit bingung dengan langkahnya.
"Mah, Pah"
Fania berteriak sambil melangkah duduk disofa.
Andra terdiam diambang pintu melihat Fania yang tampak begitu lelah, tak lama datang Gina yang duduk disampingnya dan menyapa Fania dengan hangat.
"Ada tamu tuh Mah"
Andra tersenyum saat Gina menoleh ke arahnya, dengan segera Andra menghampiri keduanya.
Menyapa dan menyalami Gina, Andra kemudian ikut duduk disofa yang sama.
"Mah, Andra diterima loh di kantor tempat Fania kerja"
"Oh iya, selamat ya Andra"
"Makasih tante"
"Iya Mah, Andra juga udah mulai kerja besok, Fania mau bilang bolehkan kalau mobil dibawa Andra jadi biar Fania diantar jemput saja saat pergi sama pulang kantornya"
"Kenapa gitu ?"
"Badan Fania belum benar-benar sehat Mah, Fania masih sering pusing tiba-tiba"
Gina menatap dalam putrinya, memang benar sampai hari ini Fania masih saja terlihat lemah.
"Boleh kan Mah, tenang saja Andra tanggung jawab kok, mobil pasti aman"
"Yakin, Andra kan tinggal .... "
"Kosnya Andra tuh depannya pake pintu gerbang jadi kendaraan tuh aman"
"Hemmm, ya sudah gimana kamu saja yang terbaik buat kamu pasti mamah dukung"
"Tapi Papah gimana, Papah belum pulang ?"
"Papah bilang akan pulang terlambat, pasti Papah juga izinkan kok, kamu tenang saja"
Fania tersenyum dan melirik Andra yang juga tersenyum padanya, meski sebenarnya Andra masih bingung dengan keputusan Fania.
Kenapa harus seperti itu, kenapa tidak Fania saja yang datang ke rumah Andra, dan nanti biar Andra yang menyetir sampai ke kantor.