Jam menunjukan pukul 06.30, Andra sudah siap dengan penampilan dan juga berkas lamarannya.
Sesuai dengan apa yang dikatakan Fania bahwa di kantornya sedang membutuhkan karyawan, tentu saja Andra tidak akan sia-sia kesempatan yang ada meski pun tidak tahu akan seperti apa akhirnya.
"Fania mana sih lama banget katanya harus pagi-pagi tapi sudah siang seperti ini masih saja belum datang, ditelpon gak dijawab lagi"
Andra sibuk dengan omelannya sendiri, Andra sudah bersiap dari jauh-jauh jam karena takut Fania akan keburu datang tapi ternyata salah, Fania masih belum sampai saat Andra telah siap dengan semuanya.
"Andra"
Andra melirik suara yang memanggilnya, Andra tersenyum dan bangkit dari duduknya saat melihat Icha datang.
"Icha, kenapa ?"
"Kamu mau kemana, jam segini sudah rapi aja"
"Gue mau coba ngelamar kerjaan, siapa tahu saja dapat kan, buat perpanjang bayar kos"
Icha tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban Andra.
"Emm Cha, lo ngapain kesini ?"
"Aku disuruh mamah antar ini buat kamu"
Icha menunjukan kotak bekal pada Andra, Andra mengernyit melihatnya.
"Itu apa ?"
"Ini makanan, kayanya Mamah aku suka deh sama kamu Dra, soalnya dia perhatian banget sama kamu sampai-sampai aku disuruh antar sarapan ini buat kamu"
Andra tertawa mendengar penuturan Icha, seorang ibu kos bisa suka sama Andra yang cuma anak kos.
"Lo bisa saja, mungkin dia kasian kali sama gue, gue kan laki-laki terus disini cuma sendiri"
"Mungkin iya juga sih, tapi terserahlah yang penting aku sudah antar ini sesuai dengan perintah mamah kan"
"Baiklah bilang terimakasih ya sama Mamah lo"
Andra menerima kotak yang diberikan Icha padanya, Andra senang menerimanya andai saja bekal itu datang spesial buatan Icha untuknya, tentu Andra akan lebih bahagia lagi menerimanya.
"Ya sudah kalau gitu aku pamit ya"
"Ok, hati-hati dijalan"
"Semangat ngelamarnya dan semoga sukses"
Andra terdiam mendengar ucapan Icha, kalimat yang berhasil membuat hati Andra ingin lepas dari tempatnya.
Icha berlalu meski Andra tak menjawab ucapannya, Icha juga punya kesibukan selain harus mengurusi urusan mamahnya.
Andra masih terdiam mematung, meski saat mobil Fania berhenti dihadapannya, Andra tetap saja diam.
"Andra, Andraaaa"
Andra mengerjap setelah sadar ada suara yang memanggilnya, Andra gelagapan saat sadar sosok Icha sudah tak ada lagi disana.
"Lo kenapa ?"
"Hah, enggak, gak kenapa-kenapa"
"Kesambet lo, ayo berangkat sudah siap belum ?"
"Sudah sudah, ayo berangkat"
Andra langsung masuk ke mobil Fania dengan membawa bekal yang diberikan Icha.
Andra senyum-senyum menatap kotak bekal dipangkuannya, untuk pertama kali dalam hidupnya ada yang memberikan bekal saat bepergian seperti ini.
"Lo bawa bekal, di kantor banyak kali makanan"
"Gue lebih suka seperti ini"
Fania mengernyit melihat Andra yang tak melepaskan pandangannya dari kotak dipangkuannya.
"Lo yang bikin"
"Bidadari cantik yang kirim ini buat gue"
Fania sontak tertawa mendengar jawaban Andra, Andra berbalik menatap Fania, ucapannya dijadikan bahan tertawaan oleh Fania.
"Sorry sorry, gue kelepasan"
"Lo memang selalu kaya gitu, gak pernah menghargai perasaan orang lain"
"Yaelaah baperan banget nih cowok satu"
"Lagian, sahabat lagi senang itu didukung bukannya malah dijatuhkan"
"Iya maaf, memang bidadari siapa sih ?"
"Mau tahu saja lo, sudah ngetawain sekarang ngepoin"
Fania tersenyum dan terdiam, Fania memang suka membuat Andra kesal sama seperti kebiasaan Andra yang sering membuatnya kesal, tapi dibalik semua itu setiap pertengkaran yang terjadi membuat persahabatan keduanya semakin erat terjalin.
Perjalanan terasa begitu cepat, sampai di kantor Andra merasa gelisah dengan hasil yang akan di dapatnya nanti.
"Ayo, kenapa bengong ?"
"Fan, lo yakin ada lowongan ?"
"Ada, cuma emang gak dibikin pengumuman soalnya keburu gue tanya duluan sama HRDnya, dan gue langsung ngajuin lo buat ngisi lowongan itu"
"Awas kalau lo bohong"
"Kalau gue jujur terus lo sukses sama kerjaaan lo, apa imbalan buat gue"
"Gue bakal lakukan apa pun yang sesuai dengan keinginan lo"
"apa pun ?"
"Iya apa pun tapi itu juga kalau sukses, kalau sebaliknya ya berarti sebaliknya lo yang harus ikuti kemauan gue"
"Ok, deal"
Fania mengulurkan tangan untuk persetujuan perjanjian yang dibuat secara tidak resmi itu.
Andra menjabatnya dengan penuh keyakinan,
Fania mengantarkan Andra ke ruang HRD sesuai janji yang dibuat dengan Fania.
"Ayo masuk, ih lo itu cowo kenapa memble sih"
Fania menarik Andra memasuki ruangan yang tentu saja sudah ditunggu oleh pemilik ruangan.
"Permisi pak, ini Andra yang waktu itu saya ceritakan"
"Iya, silahkan duduk"
Andra duduk di kursi yang telah disediakan, Fania pun undur diri setelah Andra berada di ruangan yang seharusnya.
Fania kembali ke tempatnya untuk mulai mengerjakan tugas-tugasnya.
"Fania"
"Cindy"
Fania terkejut dengan kedatangan Cindy, sejak pernikahannya waktu itu Cindy benar-benar mengambil cuti yang begitu panjang dan mungkin hari ini dia mulai kembali dengan kesibukannya.
"Aaahh aku kangen"
"Aku juga kangen tahu, kamu lama banget cuti"
"Diam-diam berhenti bicara, biarin aku peluk dulu sobat kerja terbaik aku ini"
Cindy menarik Fania ke dalam pelukannya, tentu saja Fania pun membalasnya dengan sayang.
Setelah Cindy melepaskan pelukannya, Fania langsung memukul lengan Cindy.
"Kenapa kok dipukul sih ?"
"Kamu sudah bikin aku sakit kepala tahu gak"
"Kenapa ?"
"Pake tanya lagi, kamu cuti lama banget kerjaan kamu memang siapa yang mengerjakan kalau bukan aku"
Cindy terkikik atas kekesalan Fania terhadapnya, Fania kembali memukulnya karena ledekan Cindy.
"Maaf maaf tenang saja sekarang aku udah mulai kerja, jadi kamu gak harus lagi ngerjain tugas aku"
"Bagus, nih bawa semua kerjaannya"
"Nanti dong, kamu kerjakan dulu saja kerjaannya aku harus menemui bos dulu, ok"
Cindy berlalu tanpa menunggu jawaban Fania, Fania merasa kesal dengan itu.
Fania kembali duduk dan mulai mengerjakan tugas-tugasnya sebelum bos meminta hasilnya.
----
Jauh dari kantor, di kampus pun para sahabatnya sedang menggosipkan Andra.
Mereka bertanya-tanya tentang keberhasilan Andra dengan lamaran kerjanya pada hari ini.
"Gue yakin Andra pasti berhasil, gak mungkinlah Fania bohong"
"Iya, Fania memang gak mungkin bohong tapi kan bisa saja Andra gak cocok sama kerjaannya"
"Seharusnya Andra gak usah pilih-pilih, sekarang yang penting kerja saja dulu dapat dulu penghasilan buat sambung hidupnya"
"Pemikiran gue juga gitu, harusnya memang kaya gitu sih gak usah pilih-pilih"
"Ya udahlah, gak usah berisik dulu nanti kita ke rumah Andra kita tanyain langsung gimana hasilnya"
Wulan menyela pembicaraan Gilang dan Anggi, percuma juga mereka banyak bicara jika orang yang dibicarakannya juga tak ada diantara mereka, semua itu gak akan menghasilkan apa pun.