Andra bangkit dari duduknya untuk menyiapkan sarapan Fania, Fania mendelik melihatnya.
"Lo mau masak apa memangnya ?"
"Lo maunya sarapan apa ?"
"Gue males makan pengen ngemil saja, ada cemilan gak kosong banget nih rumah"
"Itu cemilan lo gak lihat"
"Bukan kue, gue maunya snack mana ambil ambil jangan diumpetin keburu basi"
Andra menggeleng dan berlalu untuk mengambil snack yang masih tersembunyi.
Mereka paham jika Fania emang kurang suka dengan makanan manis jadi Fania pasti akan mencari makanam gurih-gurih sebelum melahap makanan manis.
"Silahkan nyonya"
Andra menyimpan beberapa cemilan dihadapan Fania, tanpa berkata apa pun lagi Fania langsung menikmatinya.
"Fan, lo ada ide gak buat pesta ulang tahun Yuda ?"
"Ada, makan-makan saja atau pesta kembang api kan bisa, atau live musik juga bisa, Yuda bisa undang penyanyi papan atas buat pentas di rumahnya wah megah tuh pasti pestanya"
"Khayalan lo ketinggian kutu"
Yuda melepar cemilannya pada Fania, Fania terkiki dan langsung memakan cemilan yang dilepar Yuda.
"Ya terus lo mau gimana, kan lo yang punya acara masa nanya gue sih"
"Dia tuh gak ada ide makanya gue tanya sama lo, tadi dia bilang cuma mau makan sama keluarga"
Sahut Wulan, Fania kembali terkikik mendengar ucapan Wulan, itu penjelasan yang tak bisa dimengerti.
"Makan sama keluarga terus ngapain lo undang kita kesana, ngaco saja"
"Memang pusing tuh anak"
Fania tak peduli malah asyik dengan cemilannya, ditengah keasyikan Fania, sahabatnya yang lain pun asyik mengobrol.
Fania seolah menjadi tuli yang tak mendengar perbincangan mereka.
"Fan, lo kenapa sering banget sakit"
"Gak tahu gue juga, mungkin lagi drop saja"
"Lo gak periksa ?"
"Buat apa, minum obat juga sembuh ini sih lagi manja saja badannya lagi ingin istirahat jadi gampang cape gitu deh"
Gilang mengangguk mendengar jawaban Fania, itu pasti karena Fania sibuk banget dikantor wajar saja tubuhnya lelah.
"Oh iya Dra, lo besok datang saja ke kantor bawa lamaran katanya sih ada lowongan"
"Seriusan ?"
Andra sumringah mendengar kabar dari Fania, itulah yang ditunggu Andra sejak beberapa hari kemarin dan akhirnya baru didapatkan hari ini.
"Coba saja dulu tapi gue gak tahu dibagian apa, yang jelas sih memang ada lowongan siapa tahu saja lo cocok sama kerjaannya"
"Tentu, besok gue akan kesana dan lebih pastinya lagi lo jemput gue ya"
"Haalllaaaah ujung-ujungnya"
Sahut Raka menyela obrolan Fania dan Andra, Andra nyengir nunjukin gigi putihnya untuk menjawab ucapan Raka.
"Fan, gimana ?"
"Iya besok gue jemput, awas lo kesiangan nanti gue malah ikut terlamat lagi mana besok kerjaan gue numpuk banget"
"Siap bos, gue akan siap sebelum lo datang"
"Bagus"
Mereka kembali lagi pada kesibukannya masing-masing, dengan posel dan cemilannya.
Fania memejamkan matanya sesaat, untuk kesekian kalinya kepala Fania kembali terasa sakit.
----
Ditengah keramaian pusat perbelanjaan, Gina dan Hendra berjalan begitu serasi.
Hari ini Hendra begitu memanjakan Gina dengan belanjaan serba mewah, itu dianggap sebagai hadiah anniversary pernikahan mereka yang dirayakan beberapa hari lalu.
"Makasih ya Pah, ini sangat istimewa"
"Tentu saja Mah, hari ini khusus buat Mamah dan Mamah harus bahagia"
"Kenapa cuma hari ini, Mamah setiap hari bahagia kok sudah punya Papah sama Fania"
Hendra tersenyum dan kembali menawarkan beberapa jenis belanjaan, tapi Gina menolak karena tangannya sudah penuh dengan belanjaan begitu juga dengan tangan Hendra yang juga penuh dengan belanjaan.
Seharian berjalan-jalan telah banyak yang Gina dapatkan dan itu sudah lebih dari cukup.
"Mamah mau apa lagi ?"
"Mending sekarang kita keluar terus kita belanja buat bahan masakan kan kulkas kosong"
"Biarkan saja sama bibi nanti"
"Ah papah gimana sih katanya Mamah harus bahagia tapi keinginannya tolak"
"Baiklah, ayo sekarang kita belanja buat masak"
Gina mengangguk dan tersenyum, Hendra mengikuti keinginan Gina mungkin membahagiakan istri adalah menuruti setiap yang menjadi keinginannya.
Setelah memasukan semua belanjannya, Gina dan Hendra memasuki jok bagian depan.
Mereka pergi berdua tanpa diantar sopir, itu juga salah satu keinginan Gina dan pasti Hendra menurutinya.
"Pah, beli apa buat Fania ?"
"kan mau beli bahan masakan nanti saja di rumah mamah masak yang enak sudah pasti Fania suka, dia kan bukan tipe anak yang ribet jadi mamah juga jangan bingung-bingung"
"Iya juga sih"
Keduanya terdiam menikmati perjalanannya dengan tenang, Gina teringat dengan Fania putrinya yang memilih diam di rumah dan dalam keadaan kurang sehat.
Gina cukup sedih dengan kondisi Fania pada akhir-akhir ini yang sering drop tiba-tiba, Gina sempat mengajak Fania ke dokter tapi Fania menolak katanya dengan istirahat saja sudah cukup.
"Pah, kasih tahu Fania kalau misalkan kerjaannya terlalu melelahkan jangan dipaksakan"
"Mau gimana ngasih tahu Fania, dia kan anaknya keras kalau dia merasa masih mampu mana mau dia diam"
"Tapi kasihan Fania jadi sering sakit"
"Yang penting sehat lagi Mah, banyak dibatasi ini itu juga malah jadi stres kalau gak sesuai dengan anaknya nanti lebih kasihan lagi"
"Dasar Fania, kenapa dia harus punya sifat keras seperti itu malah cape sendiri kan"
"Kita doakan saja agar Fania tetap dalam lindungan Allah SWT mau dalam keadaan apa pun"
"Amin amin"
Hendra memarkir mobilnya saat sampai ditempat belanja yang dipilih Gina, keduanya memasuki tempatnya bersamaan.
Hendra memang tak minat belanja, hanya saja untuk membantu Gina membawa belanjaannya nanti karena sudah dipastikan Gina pasti akan berbelanja banyak ditempat itu.
"Papah mau apa, biar sekalian dibeli"
"Apa sajalah Mah, kalau sudah ada pasti dimakan yang penting sehat kan"
"Siapa tahu saja ada yang mau juga disini"
"Papah maunya Mamah yang masakin terserah mau masak apa saja"
"Papah ini, kalau Mamah terus yang masak terus bibi ngapain di rumah, jadi nyonya rumah gitu, tukeran sama mamah"
Hendra tersenyum dan menggeleng, Gina mengambil setiap macam yang dijual ditempat itu, Gina juga mengambil beberapa jenis bumbu.
Tak lupa juga Gina membeli buah-buahan untuk cemilan Fania pagi hari.
"Anggurnya banyakin mah, biar puas nanti makannya"
"Iya sudah pasti, Mamah tahu kok Papah sama Fania kan suka banget sama anggur"
"Iya dong, kan memang rasanya itu enak .... itu pepaya buat siapa, memang Mamah suka pepaya"
"Bibi yang suka, tiap belanja bibi pasti beli pepaya jadi Mamah belikan saja sekalian"
"Ya ampun nyonya rumah yang baik, bibi pasti tambah betah lagi"
Gina tersenyum dan kembali sibuk memilih apa yang menjadi minatnya untuk dibawa ke rumah, dan menjadi bekal beberapa hari ke depan.