Sinar mentari telah mampu menembus kaca yang tertutup kain tebal dikamar Fania, pagi ini begitu cerah dan hangat tapi Fania begitu enggan bangkit dari kasur empuknya untuk menikmati keindahan mentari.
"Fania"
Hendra memasuki kamar putri kesayangannya, hari ini adalah hari libur kantor dan Hendra masih berada di rumah meski biasanya Hendra selalu pergi bersama Gina.
"Fania, kamu belum bangun ?"
"Sudah Pah, cuma males keluar saja"
Hendra tersenyum dan duduk disamping Fania, mengusap lembut kepala Fania.
Hendra begitu menyayangi Fania, bagi Hendra dan Gina sosok Fania adalah segalanya.
"Papah gak pergi ?"
"belum, Mamah kamu belum selesai"
"Tumben, biasa pagi-pagi juga sudah pergi"
"Ini juga masih pagi Fania, ayo bangun kamu mau ikut gak ?"
"Gak mau Pah, kalian saja yang pergi biar Fania jaga rumah takutnya ada tamu penting datang kesini"
"Siapa tamu penting, pacar kamu ?"
"Pacar, ih Papah ini pacar dari mana"
Hendra terkikik, jelas Hendra tahu jika putrinya itu sangat cuek tentang pasangan berbeda dengan sahabatnya yang lain yang sudah berkali-kali ganti pasangan.
"Ikut saja yuk lagian kamu di rumah mau ngapain, mau tidur terus"
"Papah ini, nanti juga anak-anak pasti kesini kalau mereka gak sibuk dan tahu Fania di rumah, tenang saja Fania gak bakal kesepian"
"Baiklah, kamu di rumah tapi keluar ya sarapan jangan cuma tiduran seperti ini terus"
"Siap boss"
Hendra tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Fania yang masih betah berada dalam balutan selimut tebalnya.
Hendra menemui Gina yang ternyata telah menunggunya di ruang tamu, Gina tersenyum saat melihat kedatangan suaminya.
"Gimana, Fania ikut ?"
"Gak mau, katanya mau jagain rumah takut ada tamu penting datang"
"Siapa ?"
"Gak taulah, itu alasan Fania saja"
Gina mengangguk, tanpa berbicara lagi Hendra melangkah sambil menggandeng tangan Gina.
Hari ini mereka akan menghabiskan waktu berdua saja, mereka akan mengunjungi setiap tempat yang menurut mereka menarik.
"Non Fania, bibi boleh masuk ?"
"Masuk bi, gak di kunci"
Bi Siti membuka pintu perlahan dan melihat Fania yang masih tiduran di kasur.
"Ada apa bi ?"
"Tadi ada telpon dari den Andra katanya kalau non Fania gak sibuk disuruh datang ke kosnya sekarang"
"Ada apa ?"
"Gak tahu non, gak bilang ada apa cuma bilangnya penting sekali"
"Baiklah, nanti aku kesana"
Bi Siti menggangguk dan kembali pamit dari kamar Fania, Fania mengernyit fikirannya menebak apa yang menjadi tujuan Andra memintanya datang.
"Kenapa gak telpon ke HP gue sih, so berkepentingan banget tuh anak"
Fania bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, Fania masih betah di kasur tapi panggilang darurat telah sampai ke telinganya beberapa menit lalu.
Disaat Fania tengah bersiap, 6 sahabatnya tengah asik berkumpul di rumah Andra.
Tempatnya tak begitu luas tapi membuat nyaman, menurut mereka Andra pintar memilih tempat.
"Ini bisa jadi pengganti rumah gue untuk kumpul"
"Betul, tempatnya nyaman"
Raka menjawab ucapan Anggi, saat ini mereka tengah menikmati minuman hangat buatan Andra.
"Fania mana, gak akan datang ?"
"Pasti datang tunggu saja gue sudah telpon tadi ke rumahnya"
"Terus lagi ngapain dia ?"
"Kata bibi sih masih tidur"
"Haaah dasar pemalas"
Sahut Gilang ditengah obrolan Anggi dan Andra, Anggi mengangguk jika tidak buat janji sebelunya Fania pasti malas-malasan di rumahnya apa lagi akhir-akhir ini Fania sering tidak enak badan.
"Eh gimana nih buat acara ulang tahun lo, tinggal 2 minggu lagi bukannya mau ngadain pesta ?"
Yuda membuka topik baru untuk obrolan mereka, Gilang mengangguk menjawab pertanyaan Yuda.
"Tentu saja, bukan pesta, cuma seru-seruan saja gak mewah"
"Ya tetap saja kalo undang-undang berarti pesta"
"Gue gak datang kayanya Yud"
Semua beralih melirik Andra, mereka menatap heran dengan semua sikap Andra dan juga perkataannya yang makin jelas menghindar dan menghindar.
"Kenapa Dra ?"
Andra menggeleng dan tersenyum saat beberapa pasang mata dihadapannya tengah menatap kompak dirinya.
"Apa, kenapa gak datang, gue gak pungut biaya ko"
"Bukan, gue kan harus cari kerjaan"
"Alasan lo gak masuk akal, cari kerja itu siang dan acara gue itu malam gak jadi halangan kan"
Andra mengangguk tapi tak menjawab apa pun, hal itu membuat sahabatnya semakin heran dengan Andra saat ini.
"Ya sudahlah gak usah dibahas, kan masih lama juga waktunya"
Wulan mengakhiri topik yang dirasanya kurang cocok untuk dibicarakan.
Mereka kembali menikmati minumannya dan mulai sibuk dengan ponsel masing-masing.
Andra pun turut memainkan ponselnya mencari-cari lowongan kerja yang mungkin bisa dimasuki olehnya, Andra tak sabar menunggu kabar dari Fania karena kebutuhannya selalu ada setiap hari dan Andra gak mungkin meminjam uang lagi jika nanti uang pegangannya telah habis.
"Yud, gimana tugas sudah selesai ?"
"Belumlah Lan, gue kan biasa nyontek dari lo kalau ada tugas"
"Dasar oon"
Yuda tak peduli dengan ucapan Wulan, game online diponselnya lebih membutuhkan perhatiannya saat ini
Fania bergegas setelah persiapannya selesai, dengan cek segala keperluannya Fania menggeleng karena menjadi perempuan itu simple simple ribet, kemana-kemana tas tak pernah kosong terisi makeup dan keperluan lainnya.
"Bibi, Fania pergi ya, nanti kalau mamah sama papah pulang bilangin Fania di rumah Andra akan pulang telat"
"Iya Non, tapi makan dulu tadi tuan berpesan agar Non Fania makan dirumah sebelum pergi"
"Bibi aku mau pergi ke rumah Andra bukan ke kantor, nanti disana pasti banyak makanan dan aku bisa bebas makan kapan saja iya kan"
Bi Siti hanya mengangguk menjawab ucapan Fania, Fania pun ikut mengangguk kemudian pamit untuk segera pergi.
"Hati-hati Non"
Iya bi, jangan lupa sampaikan sama Mamah sama Papah ya, Fania bisa pulang telat"
"Iya"
Fania berteriak karena langkah kakinya tak dihentikan, Fania memasuki mobilnya sebenarnya malas disaat libur kantor harus pergi pagi-pagi.
"Awas saja kalau sampai sana gak disiapin apa-apa mending gue balik lagi saja tidur lagi"
Fania melajukan mobilnya dengan semangat yang sedikit tersembul dihatinya.
Setelah melewati panjangnya perjalanan, Fania pun sampai di rumah yang mengundangnya untuk datang.
"Ternyata lagi kumpul, gue kira cuma gue saja yang diminta datang kesini"
"Fania masuuuuk"
Teriak Anggi, rumah Andra yang terbilang minimalis membuat deru mobil Fania terdengar jelas.
Fania menggeleng dan melangkah masuk menyusul penghuni yang lebih dulu masuk.
"Datang juga nih ratu satu"
"Apa lo, euh ganggu santai gue saja"
"Ahh santai dirumah gue juga kan bisa, sama ada kasur kok"
"Tahu ah, gue belum sarapan mana disini gak disediain makanan"
"Tenang saja spesial buat lo akan gue siapkan sesuai permintaan tuan putri"